Pura-pura

Kedua paruh baya itu saling memandang. Pagi ini mereka berniat untuk mengunjungi putranya itu, karena sudah lama tidak berkunjung. Namun saat pintu apartment terbuka, Bukan putranya yang membukanya!! Melainkan seorang gadis yang semalam putranya antar pulang. Sungguh mengejutkan.

Ibu Dirganta melihat gadis itu. Ya Tuhan.... Apa yang telah dilakukan anaknya pada gadis cantik didepannya?? Gadis itu bahkan memakai kemeja anaknya, dan rambut yang basah? Tunggu basah??? Sontak mata ibu Dirganta membulat.

Apa keduanya telah melakukan sesuatu semalam???

"Ma, kok mama gak bilang kalo mau dateng kesini?" Dirganta gugup sekaligus takut jika kedua orangtuanya berfikir yang tidak-tidak tentang mereka berdua. Jika tau begini, Dirganta pasti tidak akan membawa gadis batu itu ke apartemennya.

Lamunan ibunya Dirganta pecah. Ia menatap putranya seakan meminta penjelasan.

"Emang mama sama papa gak boleh ya ngunjungin anak mama sendiri? Lagi pula kalian ngapain pake baju kayak gini di pagi hari?" Ibunya Dirganta masih setia melihat Intan, ia bahkan tidak melihat kearah putranya ketika mengatakan itu.

Intan yang dari tadi hanya diam pun tidak tau harus melakukan apa.

"Maaf menyela tante. Tapi tante sama om masuk aja dulu. Nanti tetangga ngira kalo Dirganta gak bolehin orang tuanya masuk lagi." Intan mempersilahkan kedua nya masuk. Intan bahkan lupa jika ia yang sedang menumpang sekarang..

Kedua paruh baya itu pun masuk kedalam apartment putranya itu..

"Mama sama papa udah sarapan? Ayo sarapan bareng aja." tanya Dirganta pada papa dan mamanya.

"Belum. mama sama papa itu kesini sekalian pengen sarapan bareng. Tapi kamu nya ternyata udah ada yang masakin, Pantes aja kamu jarang dateng ke rumah." ucap ibunya menggoda putranya itu.

Kedua paruh baya itu pun berjalan menuju meja makan, sedangkan kedua insan muda mudi itu masih berdiri ditempatnya.

Dirganta menarik lengan Intan menuju kamarnya. Mereka masuk lalu Dirganta mengunci pintu itu dari dalam.

"Kamu itu ya, kenapa harus berpakaian seperti ini sih. Gimana kalo kedua orang tua saya salah paham? Sekarang cepat cari baju yang bisa kamu pakai." suru Dirganta tak sabaran.

Intan hanya diam. Berjalan menuju walk in closet mencari pakaian untuknya. Intan mendapat sebuah kaos dengan celana pendek, walaupun celana itu pendek untuk Dirganta, namun untuk dirinya celana itu bahkan mampu menutup paha mulusnya sampai bawah lutut.

Intan keluar dan melihat Dirganta yang masih berdiri di sana.

"Sekarang gini aja. Kamu pura-pura jadi pacar saya, tapi cuma didepan kedua orang tua saya. Bagaimana? Apa kamu paham?" Dirganta sebenarnya tidak ingin melakukan hal konyol ini. Tapi ia tidak mungkin membiarkan kedua orang tuanya salah paham. Dan malah memaksanya bertanggung jawab.

Mereka hanya perlu pura-pura, setelah itu ia akan mengatakan kepada kedua orangtuanya jika dirinya dan Intan sudah putus. Ya...Itu adalah rencana yang sempurna. Bahkan sangat sempurna..

"Iya baik dok, saya paham." Intan hanya menjawab singkat. Namun dalam hatinya berbunga-bunga. Tidak papa jika sekarang hanya berpura-pura, namun suatu saat nanti hubungan mereka pasti akan menjadi kenyataan.

"Dan kalo didepan mama sama papa saya, Jangan panggil saya dok. Tapi panggil nama saya. Sekarang ayo kita turun. Saya gak mau buat mama sama papa saya curiga lagi." Dirganta menarik tangannya pelan.

Mereka berdua pun turun kebawah dengan senyum yang terbit dikedua bibir itu.

"Kalian dari mana? Kok lama banget?" Nyonya Kusuma itu heran, kenapa pasangan itu pergi meninggalkan ia dan suaminya dimeja makan, sedangkan mereka menghilang entah kemana.

"Dirganta tadi nyuruh Intan buat ganti baju ma. Dirganta gak mau kalo papa liat pacar Dirganta. Dirganta cemburu." Ya Tuhan, apa yang barusan ia katakan? Ia cemburu dengan ayahnya sendiri??

"Kamu pikir papa mau cari istri kedua? Mama kamu ini udah lebih dari cukup buat apa." Papa Dirganta mengecup bibir mamanya di depan sejoli yang sedang berpura-pura pacaran itu.

Telinga Dirganta memerah begitu pula dengan wajah Intan. Keduanya tidak siap jika harus melihat hal seperti itu.

"Maafin Dirganta tante. Dirganta kadang emang gitu. Orangnya cemburuan parah." Intan tersenyum dengan tulus. Sepertinya jantungnya akan pecah karena berdetak terlalu kencang, mendengar Dirganta berbicara seperti itu.

"Iya sayang. Mama sama papa ngerti kok." Wanita paruh baya itu menatap Intan dengan senyum yang tulus.

"Dan mulai sekarang, jangan panggil tante ya. Panggil aja mama. Dirganta itu udah sering mama sama papa jodohin, tapi dia selalu nolak. Dan ternyata alasannya karena dia udah punya pacar secantik kamu sayang."

"Udah ma. Jangan goda mereka mulu. Sekarang ayo kita makan. Papa udah laper banget." potong papa Dirganta. Jika di teruskan istrinya itu tidak akan bisa diam. Dan makanan yang di depan mereka ini bisa-bisa sudah jadi dingin.

Mereka tertawa bersama. Intan menatap keluarga itu dengan binar. Ia jadi merindukan kedua orang tuanya.

"Ini kamu yang masak Intan?" Tanya papa Dirganta.

"Iya om. Eh pa! Saya yang masak. Gimana pa? Enak gak? atau ada papa rasa kurang mungkin?" Intan penasaran dengan tanggapan kedua paruh baya itu.

"Enak kok sayang. Bahkan enak banget. Dirganta emang gak salah pilih calon istri." ucap mama Dirganta.

Mendengar itu Intan pun tersedak. Ia segera mengambil air minum dan meminumnya hingga tandas. Apa ia tidak salah dengar? Calon istri Dirganta? Jika seperti ini jalannya untuk mendapatkan Dirganta akan semakin mudah. Dirinya juga sudah dekat dengan kedua orang tua Dirganta. Dan kini hanya tinggal satu lagi..

Intan harus membuat Dirganta nyaman dengannya, kemudian mulai mencintainya..

"Maafin mama. Mama gak tau kalo tanggapan kamu sama yang mama bilang bakalan kayak gini. Mama gak paksa kamu kok." Mama Dirganta menatap putranya dengan sinis.

"Mama tau pasti gak mudah kan jadi kekasih anak mama. Sifatnya dingin banget, gak humoris. Jadi kalo kamu gak tahan sama dia juga gak papa kalo kamu mau ninggalin dia." sambung mamanya.

Dirganta menganga tidak percaya. Apa yang mamanya lakukan? Mana ada orang tua yang menjelekkan anaknya di depan perempuan. Harga dirinya jadi jatuh, dan apa yang mama nya katakan? Meninggalkannya jika tak tahan dengan sifatnya?

Memangnya apa yang salah dengan sifatnya? Dia hanya tidak suka jika ada yang berusaha menarik perhatiannya. Itu tidak penting baginya. Apalagi jika ada seorang perempuan yang terlihat sangat modus, sungguh menjijikan. Perempuan itu sudah pasti bukan tipe nya. Dan Dirganta bertindak benar dengan bersifat dingin pada perempuan seperti itu.

Dan lihatlah gadis di sampingnya ini. Dia malah tertawa dengan yang di katakan mama. Sangat menjengkelkan..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!