Kini mereka semua sedang berada disalah mall terbesar di kota tempat mereka tinggal. Ibunya Dirganta mengajak mereka berdua agar pergi keluar, menikmati dunia luar sejenak, meninggalkan pekerjaan yang membuat mereka pusing.
Ibunya bercerita jika Dirganta sangat jarang menghabiskan waktu untuk waktu pribadi seperti saat ini. Dirganta hanya kan sibuk dengan pekerjaannya. Ibunya sudah sering menasehati, namun Dirganta yang notabene nya seorang pekerja keras tidak semudah itu untuk menurut. Pekerjaan adalah yang paling utama baginya.
"Ma!? Sebenernya kita mau kemana sih? Dari tadi keliling mall tapi belum jelas mau kemana, Dirganta udah capek. Mending kita pulang aja." Dirganta sudah sangat lelah berjalan. Dari tadi ibunya itu hanya asyik berbicara dengan Intan, sedangkan dia dan ayahnya hanya mengekor dibelakang kedua wanita itu. Sangat membosankan.
"Sabar dong sayang. Bentar lagi juga nyampe. Nah ini dia. Ayo kita masuk!!" Nyonya Kusuma itu menarik tangan Intan menuju sebuah toko yang menjual berbagai macam barang branded.
"Ngapain ke toko ini ma? Mama mau belanja? Kan barang-barang mama udah banyak di rumah." Seperti itulah Dirganta, dia akan selalu menceramahi ibunya ketika ikut pergi ke mall.
"Ini bukan untuk mama. Tapi buat calon mantu mama. Ayo sayang, mama bantu milih yang sesuai buat kamu." Ibunya Dirganta tampak sangat senang. Ia sudah lama menginginkan calon memantu, dia juga sangat iri melihat teman-temannya ketika pergi berbelanja dengan kekasih atau pun istri anak mereka. Hanya ia yang selalu pergi tanpa wanita anaknya. Sangat kasian sekali.
Intan menatap Dirganta.
"Gimana ni?" Ucap Intan dengan menggerakkan mulutnya tanpa bersuara.
Dirganta yang melihat itu hanya mengangkat bahunya acuh. Melihat ibunya yang terlihat bahagia juga membuatnya bahagia. Jadi biarkanlah untuk sekarang. Ikuti skenario nya...
Dirganta dan ayahnya duduk disebuah kursi panjang yang berada di toko itu. Ini sudah setengah jam dan kedua wanita berbeda usia itu belum keluar dari ruang ganti. Entah berada pakaian yang mereka gunakan.
"Sayang, liat. Intan cantik kan, Pilihan mama emang cocok banget sama pacar kamu." Ibunya datang dengan membawa seorang gadis yang memakai gaun berwarna peach, sangat cantik. Dirganta sempat terpana. Namun ia berdehem. Mencoba mengatur ekspresi nya kembali.
"Cantik banget kok ma. Kan pacar Dirganta emang cantik. Dirganta pasti gak bakal salah pilih." Dirganta berdiri, lalu mengambil tangan Intan. "Sekarang Dirganta pinjem pacar Dirganta dulu ya."
Dirganta menarik tangan Intan pelan dan membawanya kembali keruang ganti. Intan hanya menurut, tidak tau apa yang ada di pikiran Dirganta.
"Sekarang lepas gaunnya. Dan pakai pakaian kamu yang tadi. Saya udah gak betah disini, Saya bakalan kasi alasan kalo saya ada pekerjaan mendadak."
Mendengar itu Intan jadi sedih. Apa Dirganta begitu tidak maunya dekat dengannya, sehingga harus menyuruhnya agar cepat mengganti pakaian.
Intan ingin menolak, tapi ia dan Dirganta kan hanya pacaran pura-pura walaupun sebenarnya tidak papa jika mereka benar-benar berpacaran. Sebagai balasan, Intan hanya mengangguk.
Dirganta menjauhkan dirinya dari Intan. namun masih berada dalam bilik yang sama. Hanya dipisahkan oleh sebuah tirai.
Intan menarik resleting gaun yang dia kenakan, Namun macet, sepertinya tersangkut. Intan mencoba kembali namun tetap tidak bisa. Terpaksa dia harus meminta bantuan orang lain.
Intan menyembulkan kepalanya pada tirai yang memisahkan dirinya dan Dirganta.
"Dirganta, boleh minta tolong gak? Bantuin bentar ya." ucap Intan memohon.
Dirganta hanya memutar bola matanya malas. Dirganta ikut masuk kedalam. "Apa??"
"Tolong bantuin turunin resleting gaunnya ya. Soalnya gak bisa dari tadi." Intan menghadap ke ermin dengan Dirganta yang berada dibelakang tubuhnya.
Dirganta menarik resleting itu kebawah dengan pelan. Dirganta dapat melihat punggung putih bersih itu. Dirganta menelan saliva nya. Apa gadis didepannya berniat menggodanya?
Dirganta dapat melihat wajah Intan pada cermin didepan mereka. Tanpa sengaja Dirganta menyentuh kulit punggung Intan, menyebabkan efek geli ada gadis itu.
Mereka berdua saling menatap pada cermin itu. Dirganta memajukan wajahnya, mendekatkan nya pada ceruk leher gadis yang telah berhasil menggodanya.
Intan dapat merasakan hembusan nafas Dirganta pada leher nya. Apa yang terjadi? Intan merasakan geli pada lehernya.
Dirganta lalu membalikkan tubuhnya Intan dengan mudah, Sebelum Intan dapat berbicara bibir keduanya sudah menempel. Intan membelalakkan matanya. Terkejut!! Apa Dirganta sedang menciumnya sekarang?
Dirganta memungut bibir itu lembut. Intan hendak mendorong Dirganta, namun tangan pemuda itu lebih dulu menahan tangannya. Tidak memberi kesempatan Intan untuk kabur.
Intan awalnya hanya diam, Namun karen terbawa suasana ia pun membalas pangutan itu.
Saat nafas keduanya hampir habis, seseorang masuk kedalam. Intan segera mendorong Dirganta sehingga pungutan itu terlepas.
Intan membulatkan mata juga mulutnya. Ternyata orang yang masuk itu adalah ibu Dirganta. Astaga. Apa akan ada kesalahpahaman lagi?
Intan berusaha menyembunyikan wajahnya di dada Dirganta. Ia sangat malu sekarang. Wajahnya berubah panas. Mereka terlihat seperti pasangan yang terciduk mesum. Tapi yang menciduk adalah orang tua dari laki-laki itu sendiri.
"Mama keluar dulu ya, maaf mengganggu. Lanjutkan aja, tapi lebih baik kalo di rumah atau di hotel. Jangan ditempat umum." Ibunya Dirganta menggelengkan kepalanya. Sejak kapan anaknya jadi seperti ini? Dulu putranya itu paling anti dengan perempuan, sekarang putranya malah berubah jadi tidak tau malu.
"Ayo pa kita pulang. Kayaknya mereka masih lama deh."
"Loh kok pulang ma? Terus Dirganta sama Intan gimana? Apa mama udah liat mereka?" Kepala keluarga Kusuma itu heran. Istrinya pamit ingin melihat Dirganta dan kekasihnya, Karena terlalu lama. Namun setelah kembali malah mengajaknya pulang.
"Kalo papa mau cepat punya cucu mending nurut sama mama." Nyonya besar itu berjalan lebih dulu, meninggalkan suaminya yang masih berusaha mencerna perkataan istrinya itu.
Sementara pasangan yang ditinggalkan itu masih setia berada di sana.
"Sekarang ayo cepat ganti baju. Saya tunggu kamu diluar. Dan yang tadi lupakan saja." Dirganta meninggalkan Intan sendiri, tanpa memikirkan perasaan gadis itu.
Intan hanya termangu. Apa dia tidak dengar? Dirganta yang lebih dulu menciumnya, namun kenapa Dirganta juga yang berkata jika itu bukan apa-apa dan harus dilupakan? Apa ia tidak se berharga itu dimata Dirganta?
Intan mengganti pakaiannya dengan cepat. Bahkan ia meninggalkan gaun itu di sana. Ia tidak peduli. Hatinya sakit, Dirganta sangat tega ada dirinya. Baru kali ini ia diperlakukan seperti ini.
Intan pergi dari toko itu tanpa sepengetahuan Dirganta. Intan mengambil jalan belakang. Ia tidak ingin melihat dan bertemu dengan Dirganta.
Intan meninggalkan mall itu dengan perasaan terluka dan sakit...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments