Wanita pengganggu

"Aku udah kenyang. Jangan suapin lagi." Intan tadi tadi sudah mengatakan jika ia sudah kenyang, namun pemuda didepannya tetap memaksanya untuk menghabiskan makanannya.

"Dikit lagi. Baru juga sepuluh sendok udah kenyang aja. Gimana kamu sembuh kalo makan dikit banget." Dirganta kembali menyodorkan sendok berisi makanan pada Intan.

"Tapi sepuluh sendok itu udah banyak Dirganta. Perut aku beneran udah penuh Gak muat lagi. Gimana kalo aku malah muntah nanti. Kamu mau tanggung jawab." ucap Intan dengan wajah memelas.

"Jangan pasang wajah gitu sama saya. Dan juga kamu gak bakalan muntah kok. Sekarang ayo makan, setelah itu kamu bisa istirahat lagi."

Intan pun akhirnya hanya mengalah, dengan memakan habis semua makanan tersisa.

"Oh ya, kamu udah makan kan? Kamu nyuapin orang lain sedangkan kamu belum makan. Aku gak mau orang lain ngira kalo aku jahat gak biarin kamu makan." tanya Intan pada pemuda yang meletakkan piring berisi bubur di tangannya pada meja yang terletak di sampingnya.

"Aku udah makan kok tadi. Makanya aku punya waktu buat nyuapin kamu? Gimana rasa suapan aku? Enak gak?" tanya Dirganta menggoda Intan.

Pipi Intan sudah berubah warna. Pipinya juga terasa panas. Astaga, Kenapa pemuda di depannya ini mengatakan hal seperti itu dengan mudahnya. Bagaimana jika ada yang mendengarnya nanti. Dia pasti sangat malu, dokter yang terkenal dingin luluh dan mau menyuapi seorang mahasiswi yang masih koas di rumah sakitnya. Tidak, Intan tidak mau ada gosip seperti itu.

"Enggak kok, biasa aja."

Dirganta tersenyum tipis. Dia tau Intan sedang berbohong padanya. Tidak mungkin gadis di depannya ini tidak menyukai saat dia menyuapinya.

Seorang wanita mendekat pada keduanya membuat pembicaraan mereka teralihkan.

"Dokter, saya berterima kasih karena dokter udah mau korbanin nyawa demi saya." ucap wanita yang tak di ketahui namanya itu.

Intan melihat kearah orang berbicara barusan. Ternyata orang itu adalah orang yang ia selamatkan. Wanita itu tampak sudah lebih baik dari yang terakhir kali ia lihat.

"Gak papa kok. Itu udah jadi kewajiban kami." Intan tersenyum kearah wanita muda itu. Namun senyumnya memudar saat melihat kemana arah pandangan wanita itu. Wanita itu malah menatap kearah Dirganta. Intan tidak tau apakah wanita itu tulus atau hanya mencari kesempatan agar bisa memandang Dirganta.

Intan berdehem, mendekatkan diri pada Dirganta. "Kamu gak usah kayak merasa bersalah gitu, santai aja. Sekarang maaf kalo saya ngomong gini, tapi saya mau istirahat dulu. Kamu juga belum pulihkan." Intan mengusir wanita itu secara halus. Intan tidak suka jika ada perempuan lain yang menatap Dirganta dengan damba.

"Iya dokter. Saya minta maaf jika mengganggu waktu istirahat dokter. Sekali lagi saya mengucapkan terim kasih." Wanita tersenyum dan pergi meninggalkan kedua sejoli itu di sana.

"Kayaknya perempuan tadi suka deh masa kamu. Dari tadi dia liatin kamu mulu. Aku gak tau dia emang tulus ngucapin terima kasih atau cari kesempatan buat liat muka kamu dari deket." ucap Intan dengan kesal.

"Kayak nya bener sih dia suka sama aku. Aku juga gak bisa kan larang perempuan lain buat suka sama aku. Dan itu juga membuktikan kalo aku itu sangat memikat." ucap Dirganta asal. Dia hanya ingin mengetahui respon Intan saat dia mengatakan hal itu.

Suasana hati Intan berubah seketika. "Sekarang aku mau istirahat dulu. Kamu boleh pergi, gak usah jagain aku, tugas kamu juga pasti masih banyak kan. Aku gak mau di ganggu."

Dirganta mengangkat sebelah alisnya.

"Apa kamu barusan ngusir saya? Kalo kamu mau istirahat ya tinggal istirahat aja. Gak perlu ngomong gitu."

"Saya juga jagain kamu karena saya udah janji buat jagain kamu sama orang tua kamu. Saya gak mau mereka kecewa karena saya gak lalai dalam menjaga kamu."

Mendengar itu Intan tambah kesal. Jadi alasan Dirganta menjaganya hanyalah karena permintaan kedua orang tuanya? Bukan karena pemuda itu memang tulus untuk menjaganya. Harga dirinya sedikit tercoreng.

"Ya terserah.." seru Intan singkat.

Intan menarik selimut menutupi tubuhnya sampai hidung. Hanya mata yang tidak tertutup selimut. Ah, jika bukan karena dia sakit Intan pasti sudah pergi jauh dari Dirganta.

Dia tidak peduli jika Dirganta akan susah mencarinya, Dari pada dia terlalu percaya diri.

"Intan, kenapa kau harus menyukai laki-laki seperti dia. Sangat menyiksa batin." ucap Intan dalam hati.

Dirganta melihat itu terkekeh pelan, Intan terlihat menggemaskan dengan hanya mata yang tidak tertutup selimut. Dirganta melihat kearah luar, ternyata sudah malam. Dirganta melihat kembali kearah Intan. Nafas gadis itu sudah teratur menandakan jika gadis itu sudah tertidur.

Dirganta mengelus kepala gadis itu pelan, seperti tak ingin membangunkan. Dirganta tau jika Intan kesal padanya, itu juga kan bukan salahnya. Tidak mungkin dia melarang orang lain untuk melihatnya.

Dirganta menghela nafas lelah. Tugasnya di sini sangat melelahkan, dan dia belum beristirahat sama sekali karena harus memastikan Intan baik-baik saja. Dirganta mengecup tangan Intan, lalu ikut memejamkan mata walaupun ia harus tidur dalam keadaan duduk.

Keduanya pun tertidur dengan lelap. Seseorang melihat itu dengan tangan yang mengepal. Ia sudah tertarik dengan dokter Dirganta namun dokter tampan itu malah tertarik pada wanita itu. Ia tidak terima.

"Kenapa dokter Dirganta malah tertarik sama dia si dibandingkan sama aku? Aku gak kalah cantik kok. Tubuh aku juga bagus." gerutu wanita itu melihat Dirganta yang bahkan rela tidur di samping perempuan itu dalam keadaan duduk. Badan pemuda itu pasti akan sakit besok.

"Aku gak bakal biarin dokter Dirganta jadi milik kamu. Walaupun kamu udah nyelamatin hidup aku, bukan berarti aku mau menyerahkan orang yang aku suka gitu aja."

Wanita itu berjalan ke dekat keduanya. Dia hendak menyentuh kepala Dirganta, namun ia mengurungkan niatnya kembali. Takut membuat Dirganta terbangun.

"Selamat tidur dokter Dirganta. Semoga tidur nyenyak ya. Selamat malam." dia memperhatikan wajah Dirganta yang terlihat sangat tampan ketika tertidur.

Setelah mengatakan itu wanita itu pun pergi dari sana sebelum ada yang melihat dirinya. Bisa gawat jika ada yang tau apa yang hendak dia lakukan.

Tanpa wanita itu sadari, seseorang telah melihat semua yang dilakukan wanita itu. Berani-beraninya wanita itu mengganggu hubungan Intan juga Dirganta. Ini tidak boleh dibiarkan. Ia harus segera bertindak.

Orang itu pun pergi di sana... Jika wanita itu membuat sebuah rencana. Maka ia juga akan membuat sebuah rencana untuk membalas....

Biarlah ia menjadi garda terdepan pendukung hubungan Dirganta dan Intan. Karena ia berharap, keduanya akan selalu bersama.

Dan dia harus mematikan itu dengan sangat baik..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!