16. Bagaskara Adewangsa

...Happy Reading......

...🌹🌹🌹...

Kusibukkan diri sejak sampai dirumah. Mencari-cari pekerjaan yang sekiranya belum dikerjakan Nadya sebelum berangkat ke Semarang, tapi nihil. Nggak ada satupun pekerjaan yang bisa aku kerjakan selain duduk diatas sofa sambil menyambung pekerjaan kantor dari iPad karena belum rampung.

Nggak ada Nadya itu, sepi. Seperti waktu berjalan sangat lamban dan nggak ada ujungnya. Bosan.

Aku melirik ke arah jam dinding, ingat kalau belum melihat ponsel sejak terakhir bertukar pesan dengan Nadya tadi siang. Dengan gerakan cepat, aku melompat turun dari sofa dan berlari menuju kamar untuk mengambil ponsel.

Ketika display ponsel sudah menyala, ada beberapa notifikasi yang terlihat berjejer rapi menunggu untuk dilihat. Ada puluhan panggilan masuk, ada beberapa pesan WhatsApp, dan ada beberapa pemberitahuan pada alamat E-mail milikku tentang pekerjaan dan beberapa pemberitahuan pembayaran listrik dan air yang kulakukan beberapa jam lalu.

Kemudian hal pertama yang aku lakukan adalah, membuka pesan Nadya. Aku benar-benar sudah merindukannya hari ini. Padahal, belum sehari dia meninggalkan aku.

Nadya: Aku sudah sampai di hotel. Kamu udah pulang?

Sudah dua jam yang lalu pesan itu masuk. Aku bergegas membalas.

Sorry baru baca. Baru kelar ngerjain laporan di ruang tengah. Aku udah nyampe rumah jam empat sore tadi.

Kamu udah makan?

Centang satu. Mungkin Nadya sedang istirahat dan mematikan data telepon karena nggak ingin di ganggu. Aku menyesal mengapa tidak melihat dan membalas pesannya secepat mungkin tadi. Paling tidak, aku kan bisa mengurangi beban rinduku jika bertukar pesan dengannya.

Ditengah rasa kecewa dan menyesal karena terlambat membalas pesan dari Nadya, aku ingin bertemu dan berbicara dengan salah satu teman kuliah yang cukup dekat. Tanpa membuang waktu, aku mencari nomor sahabatku itu.

Lo ada waktu kaga? Ngopi kuy Ngab?!

Namanya Antariksa Galetto...—dia ngga mau nama terakhirnya disebut, pamali katanya. Usia? Sama. Cuma beda bulan lahir, lebih tua dia tiga bulan dari aku. Teman ngopi jaman kuliah, temen curhat juga, temen paling ngga jaim-an, dan temen paling ngerti. Dia pemilik salah satu kafe yang cukup beken di sekitaran Jakarta. Tapi sayang, ngga berani ambil komitmen rumah tangga sampai sekarang, padahal ekonominya udah mapan.

Letto: Bilang aja Lo pingin kopi gratis sama kangen gua. Dateng aja di mari. Gua kasih gratis ples cemilannya.

Taik. Gas lah kalo gratisan.

Letto: Bini Lo kaga ngambek?

Do'i lagi luar kota. Gue OTW sekarang.

Aku menyambar jaket jeans hitam dan kunci mobil lalu menuju kafe milik Letto berada. Lokasinya nggak jauh dari kampus kita dulu. Dia itu otak bisnis, jadi pinter nyari kesempatan buat ngembangin usahanya. Ya ini, salah satu kelebihan Letto. Dia pantang nyerah dan nggak akan kalah.

Setelah memarkir mobil, aku berjalan santai mendorong pintu kafe yang hari ini sangat ramai. Full mahasiswa/i yang lagi ngopi dan ngobrol. Dan yang baru aku sadari, ternyata kedatanganku cukup mengundang perhatian.

“Kopi pahitnya satu drum Ngab.” candaku berdiri diluar meja bartender, menyapa sahabat cowo satu-satunya yang paling aku percaya.

“Taik lu. Duduk sono.” jawab Letto santai, nggak peduli tuh pegawainya lagi Syok berat karena umpatan kasarnya, oh ralat, itu umpatan yang biasa kami gunakan. “Ndre, ntar kasih sianida di gelas kopi Abang ini ya.”

“Woy, gua punya bini cantik. Ntar diembat orang dong kalau gua ko'id.”

Jangan kaget Bercandaan kami memang suka berlebihan, bawa-bawa ko'id segala.

“Tenang. Karena bini Lo cakep, gua mau jadi suami pengganti.”

“Sarap. Dia yang kaga mau. Lo nya ngga jangkep. Cuma 99%.”

“Lha taik. Elu emang taik.” sahutnya cepat hendak menoyor kepalaku. Tentu saja gagal, lha wong aku jago nge-less kok.

“Makanya, buruan nikah.”

Hah...sudahlah. Kalau dilanjutkan, tuh isi bool gak bakalan ada habisnya disebut.

“Minum apa? Kopi item apa Americano?”

“Kalau gratis mah, gua mau yang Americano aja bro. Berhubung gua cinta negara kelahiran gua, jadi milih kopi item aja. Non sianida, karena gua masih pingin hidup bahagia sama bini gua.”

“Okey, gue tau. Dasar bucin.” cerca Letto bikin aku tertawa. “Lo duduk sana aja dulu. Gue mau ke belakang bentar ambil hape.”

Aku mengacungkan jempol, meninggalkan meja bartender dan menuju kursi kosong yang ditunjuk Letto.

Aku mengajaknya bertemu, bukan tanpa tujuan. Meskipun slengehan, Letto cukup bijak jika memberi saran, dan itu yang membuat aku betah berteman sama dia.

Setelah lima menit menghilang dari pandangan, Letto kembali dengan ponsel ditangannya, berjalan ke meja tempat ku duduk. Aku menoleh dan memperhatikan sekitar, ternyata kami terlihat paling dewasa disini. Bahkan ada juga yang menatap aneh kearah kami. Mungkin mereka mengira kami pasangan kekasih. Ck, ck, ck!

“Ada apa?” tanyanya, membanting tubuhnya diatas kursi yang design nya lumayan estetik. Aku ingat, dia sempat meminta pendapatku dulu.

“Kopi aja belum keluar. Masa lu to the point aja.”

“Lu yang biasa langsung nyerocos.”

Aku tertawa atas kalimat Letto. Nggak ada yang salah, karena aku memang begitu, nggak pernah mau nunggu Letto duduk dulu, sudah aku kasih dia curahan hati. Baik kan aku? Tapi untuk kali ini, aku mau ceritanya pelan-pelan aja.

Setelah diam cukup lama, akhirnya aku mulai bicara. “Lu inget Hansel kaga?”

“Hansel? Senat itu ya?”

Aku mengangguk.

“Kenapa? Ganggu Lo lagi?”

Aku tertawa kecil menanggapi Letto yang bicara santai. Tapi, dalam hati kecilku berharap, Letto masih mau aku ajak bicara menyangkut sosok Hansel.

“Kaga juga sih.” jawabku mencoba menenangkan diriku sendiri. “Tapi, dia jadi atasan bini gue. Dia jadi kepala divisi di kantor tempat bini gue kerja.”

Aku melihat keterkejutan Dimata Letto. Dahinya mengernyit cukup dalam. “Lo ngga cerita ke bini Lo?”

“Lo tau kayak apa bini gua Lett. Dia ngga mau percaya gitu aja. Gua juga sempet ribut sama istri gua cuma gara-gara gua ngomong kalau gua kayak kenal sama Hansel yang jadi atasannya itu.”

“Ya ngomongnya baek-baek Cong, jangan langsung tembak aja. Ya jelas istri Lu kagak mau dengerin.”

Aku mengangguk. Aku juga sudah mencoba begitu, tapi Nadya nggak mau terima dan berakhir mendiamkan aku.

“Sekarang, mereka lagi kerja bareng diluar kota.”

“Apa?!” tanya Letto penuh kejut seperti aku sedang memberinya kejutan paling mengejutkan dalam hidupnya. “Eh? Lo ijinin?”

Aku mengangguk. “Gua bilang percaya sama Nadya. Semoga gua cuma parno aja.”

“Ck! Suruh bini Lu cari kerjaan lain aja.”

“Udah gua coba. Lu tau gimana keras kepalanya Nadya.”

“Istri Lo itu emang keras kepala beneran. Kayak batu.”

“Sialan. Gua sayang sama dia.”

“Hera?”

Aku cukup terkejut akan pertanyaan Letto. Aku hampir lupa sama Hera.

“Masih.”

Kepalaku tiba-tiba terjungkal kebelakang. Letto menoyor jidadku cukup keras.

“Njing!!” umpatku kesal tanpa berniat membalas. Letto memang bar-bar. Dia suka nyerang tanpa peringatan terlebih dahulu. Dan aku salah satu korban paling menderita dimuka bumi atas kelakuan bar-bar nya itu.

“Lo kebangetan. Bini Lo buat gue aja kalau gitu. Bini cakep kayak gitu masih aja di dua-in. Lo gak mikir, kalau Hansel nanti berhasil nyuri Nadya dari Lo?”

“Ah, sialan Lo Lett. Gua kesini malah tambah kesel dah tuh.”

“Salah Lo sendiri. Jadi lakik jangan serakah. Gak dapet dua-duanya ngenes elo nya nanti.”

Aku tertohok akan kata-kata Letto yang seratus persen benar. Jika aku nggak ngambil langkah tegas dalam hubungan transparan ini, aku bakalan kehilangan Nadya. Dan aku nggak pingin itu terjadi. Apalagi kalau Hansel yang jadi pemicunya.

“Gue tau, Lett. Tapi masalahnya, Nadya nggak percaya sama gua kalo ngomongin soal Hansel.”

“Udah gue bilang kan. Ngomongnya baek-baek. Jangan langsung lu todong si Nadya dengan masa lalu Lo sama si ***** Hansel. Beri dia penjelasan sedikit demi sedikit. Lama-lama dia juga bakalan ngerti dan mau dengerin elo.”

Aku hanya diam, menyimak setiap kata yang keluar dari mulut Letto dengan seksama.

“Kalau memang Nadya masih nggak mau percaya, gue siap jadi saksi.”

“Lah Anjir, lagak Lo udah kayak super hero aja?”

“Taik Lu.”

Aku tertawa puas ketika wajah Letto berubah kesal. Sebalnya Letto itu hiburan buat aku.

“Pokoknya, kalau si Hansel itu berani usik rumah tangga elu, bilang ke gua, gua siap jadi partner lu.”[]

Terpopuler

Comments

Love 💞💞💞

Love 💞💞💞

kirain si manusia anta berantah graham,ternyata antariksa letto 😅😅😅

2023-06-28

1

lihat semua
Episodes
1 1. Nadya Ayunda
2 2. Bagaskara Adewangsa
3 3. Nadya Ayunda
4 4 Bagaskara Adewangsa
5 5. Nadya Ayunda
6 6. Bagaskara Adewangsa
7 7. Nadya Ayunda
8 8. Bagaskara Adewangsa
9 9. Nadya Ayunda
10 10. Bagaskara Adewangsa
11 11. Nadya Ayunda
12 12. Bagaskara Adewangsa
13 13. Nadya Ayunda
14 14. Bagaskara Adewangsa
15 15. Nadya Ayunda
16 16. Bagaskara Adewangsa
17 17. Nadya Ayunda
18 18. Bagaskara Adewangsa
19 19. Nadya Ayunda
20 20. Bagaskara Adewangsa
21 21. Nadya Ayunda
22 22. Bagaskara Adewangsa
23 23. Nadya Ayunda
24 24. Bagaskara Adewangsa
25 25. Nadya Ayunda
26 26. Bagaskara Adewangsa
27 27. Nadya Ayunda
28 28. Bagaskara Adewangsa
29 29. Nadya Ayunda
30 30. Bagaskara Adewangsa
31 31. Nadya Ayunda
32 32. Bagaskara Adewangsa
33 33. Nadya Ayunda
34 34. Bagaskara Adewangsa
35 35. Nadya Ayunda
36 36. Bagaskara Adewangsa
37 37. Nadya Ayunda
38 38. Nadya Ayunda
39 39. Nadya Ayunda
40 40. Nadya Ayunda
41 41. Nadya Ayunda
42 42. Bagaskara Adewangsa
43 43. Nadya Ayunda
44 44. Bagaskara Adewangsa
45 45. Nadya Ayunda
46 46. Other side's Garden (Senior High School period)
47 47. Other side's Garden (Before Wedding)
48 48. Other side's Garden (Decision)
49 49. Bagaskara Adewangsa
50 50. Nadya Ayunda
51 51. Bagaskara Adewangsa
52 52. Nadya Ayunda
53 53. Nadya Ayunda
54 54. Bagaskara Adewangsa
55 Bukan hanya Nadya Dan Bagas, tapi Kita.
56 EXTRA PART (Eveana dan Evander)
57 Me Gustas Tu
58 My Angel Baby
59 We
60 Nightfall
61 Recognize You
Episodes

Updated 61 Episodes

1
1. Nadya Ayunda
2
2. Bagaskara Adewangsa
3
3. Nadya Ayunda
4
4 Bagaskara Adewangsa
5
5. Nadya Ayunda
6
6. Bagaskara Adewangsa
7
7. Nadya Ayunda
8
8. Bagaskara Adewangsa
9
9. Nadya Ayunda
10
10. Bagaskara Adewangsa
11
11. Nadya Ayunda
12
12. Bagaskara Adewangsa
13
13. Nadya Ayunda
14
14. Bagaskara Adewangsa
15
15. Nadya Ayunda
16
16. Bagaskara Adewangsa
17
17. Nadya Ayunda
18
18. Bagaskara Adewangsa
19
19. Nadya Ayunda
20
20. Bagaskara Adewangsa
21
21. Nadya Ayunda
22
22. Bagaskara Adewangsa
23
23. Nadya Ayunda
24
24. Bagaskara Adewangsa
25
25. Nadya Ayunda
26
26. Bagaskara Adewangsa
27
27. Nadya Ayunda
28
28. Bagaskara Adewangsa
29
29. Nadya Ayunda
30
30. Bagaskara Adewangsa
31
31. Nadya Ayunda
32
32. Bagaskara Adewangsa
33
33. Nadya Ayunda
34
34. Bagaskara Adewangsa
35
35. Nadya Ayunda
36
36. Bagaskara Adewangsa
37
37. Nadya Ayunda
38
38. Nadya Ayunda
39
39. Nadya Ayunda
40
40. Nadya Ayunda
41
41. Nadya Ayunda
42
42. Bagaskara Adewangsa
43
43. Nadya Ayunda
44
44. Bagaskara Adewangsa
45
45. Nadya Ayunda
46
46. Other side's Garden (Senior High School period)
47
47. Other side's Garden (Before Wedding)
48
48. Other side's Garden (Decision)
49
49. Bagaskara Adewangsa
50
50. Nadya Ayunda
51
51. Bagaskara Adewangsa
52
52. Nadya Ayunda
53
53. Nadya Ayunda
54
54. Bagaskara Adewangsa
55
Bukan hanya Nadya Dan Bagas, tapi Kita.
56
EXTRA PART (Eveana dan Evander)
57
Me Gustas Tu
58
My Angel Baby
59
We
60
Nightfall
61
Recognize You

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!