...Happy Reading......
...Jangan lupa jejaknya ya bebs......
...•...
“Aku takut kita akan berakhir buruk, Gas.”
“Buruk? Kenapa?”
Pertanyaan Bagas berhasil membuat salah satu bagian diriku ingin berkata yang sesungguhnya “Karena masing-masing dari kita, menyukai orang lain.”
Sontak, jawaban yang aku ucapkan membuat Bagas menatapku lama, ekspresi wajahnya berubah kaku. Dan entah mengapa, sejak kembali dari dapur, raut wajah Bagas terlihat cemas. Belum lagi dia yang tiba-tiba menanyakan periode menstruasi ku, yang bahkan tidak pernah ia tanyakan sebelumnya.
“Maksudmu, kamu sedang menyukai orang lain?”
Aku tau siapa yang dia tuju. Hansel, aku yakin sekali dengan nama itu. Karena Bagas tidak pernah suka dan selalu berfikir buruk tentang atasanku itu.
“Ngga lah. Coba kasih aku alasan kenapa aku harus suka sama orang lain?” tantangku, karena aku memang tidak ada tujuan kesana, meskipun sekarang aku sedang mengagumi seseorang yang tidak seharusnya aku kagumi.
“Ya, kali aja kamu bosan sama aku. Terus ketemu yang lebih baik,”
“Nggak!” tolakku cepat karena...ya, tidak seharusnya kami membicarakan hal ini setelah bercintha. “Ya udah, tidur. Besok kamu harus kerja.”
“Nad,”
“Hmm?”
Aku mendongak lagi setelah melepas pelukan dan bersiap menarik selimut.
“Kamu, beneran nggak bosan sama aku?”
“Ngga Gas. Kamu ngomong apa sih?! Aku tadi cuma mengandaikan doang. Kok kamu jadi parno gitu?”
“Karena aku salah. Karena itu aku takut.”
***
Pagi ini, pak Hans sudah dua kali mengirim pesan untukku.
Yang pertama ucapan selamat pagi, dan sejam kemudian dia mengingatkan aku agar mempersiapkan semua keperluanku tanpa terlewat atau tertinggal satupun, dan aku membalas singkat dengan kata ‘Ya’, itu saja. Dan tidak ada lagi Chat lanjutan untuk sekedar berbasa-basi.
Bagas sudah berangkat sejam yang lalu, dan aku juga sudah rampung membereskan rumah. Masih ada empat jam waktu tersisa sebelum berangkat, jadi aku berniat istirahat dan tidur sebentar agar nanti tidak terlalu lelah di perjalanan.
Aku duduk diatas sofa, menyalakan ponsel dan melihat ruang obrolan yang sedikit berisik. Grup alumni SMA kelihatannya sedang merencanakan acara reuni tahunan, dan nyatanya aku malas sekali datang. Dari pengalamanku datang satu kali—tahun lalu, obrolan mereka tidak ada sama sekali yang bermutu. Hanya membahas tentang masa lalu, anak, dan tanpa malu membeberkan kegiatan ranjang mereka bersama pasangan. Nah, nggak faedah bukan? Mending dirumah, bersihin rumah, terus lesehan julurin kaki biar relax dan capek berkurang, dari pada ngobrol nggak jelas begitu.
Setelah melirik saja ruang obrolan Grup tanpa berniat membaca, aku menuju ruang orolan lain. Dua chat dari Bagas, satu chat dari pak Hans, dan ada beberapa chat lain dari teman kantor yang nanti pasti akan aku balas. Tapi, untuk sekarang, mari baca pesan dari pak Bagas tercinta. Ups, maaf, keceplosan.
Bagas: Jangan lupa matiin kompor kalau berangkat nanti.
Aku berdecih sambil tertawa miring. Laki-laki ini tidak ada romantis-romantisnya. Masa chat sama istri yang mau ninggalin rumah dua hari lamanya, hanya menyuruh untuk mematikan kompor? Ada baiknya juga sih, takut kalau kelupaan, nanti rumah angus.
Mari baca yang kedua.
Bagas: Hati-hati disana. Chat aku setiap jam, karena aku pasti kangen sama kamu.
Aku memotong isi pesan Bagas disitu dan tertawa. Rupanya romantisnya ada dipesan kedua.
Lanjut,
Bagas: Jaga dirimu baik-baik disana, karena aku nggak bisa jagain kamu dan kita jauh. Jadi aku mohon jaga dirimu agar tetap baik-baik saja. Dan satu lagi, aku menunggumu pulang. I LOVE YOU.
Pipiku mendadak panas meskipun kalimat itu hanya dikatakan melalui ketikan kalimat dalam pesan berbalas. Selama lima tahun menikah, Bagas tidak pernah mengucapkan kalimat itu padaku. Kalian pasti tau alasannya. Ya, karena kami hanya sahabat yang menikah dan tidak mau menjadikan hubungan transparan kami menjadi relevan.
Aku menekan kolom replay, dan mengetik balasan yang tentu saja tidak akan membuat ego ku jatuh ke dasar jurang dan hancur begitu saja.
Haruskah aku balas dengan I LOVE YOU TOO?
Hanya itu, dan tanpa ragu mengirimkan pesan tersebut ke Bagas. Tidak menunggu sampai sepuluh detik, balasan masuk. Aku begitu bersemangat melihat balasan itu. Wajahku semringah berharap Bagas menjawab sesuai ekspektasi.
Bagas: Ngga perlu. Cukup kamu baca aja. Berangkatnya hati-hati. Kabari kalau sudah sampai.
Senyumanku sirna. Mengapa Bagas pandai sekali mempermainkan perasaanku. Mengapa dia membuat kebahagiaanku membuncah tanpa celah, lalu dia banting begitu saja hingga mood ku mendadak buruk. Sial!
Mencoba menenangkan diri dan menata mood yang kacau, aku membuka pesan dari pak Hans.
8.45 AM.
Head of Divisi: Lagi ngapain, Nad?
Ngapain? Haruskah aku balas?
Aku menarik nafas cukup dalam, lalu otakku mulai memikirkan jawaban yang pas agar tidak terkesan mencari perhatian dengan ketikan sok akrab.
Ah, balas pesan atasan yang nanyain ‘lagi apa’ satu kali nggak apa-apa 'kan?
Sedang istirahat, pak.
Balasku singkat, lalu aku mengarahkan ponsel hingga menempel di bibir. Mengetuk-ngetuk sisi kanan dan kiri dengan dua jari telunjuk karena gelisah. Ah, aku hapus saja balasan tadi. Nggak etis sekali berbalas pesan diluar konteks pekerjaan.
Tapi, tepat ketika aku hendak mengetuk layar ponselku, tiba-tiba persegi pintar itu bergetar. Nama Head of Devisi muncul, dan aku tidak sabar untuk melihat balasannya. Apa hanya ‘Oh’ saja? Atau...lebih panjang?
Head of Devisi: Pasti capek ya? Kamu pasti tipikal istri sayang suami.
Pak, mengapa anda jadi bertanya hal pribadi begitu sih? Tapi aku penasaran.
Bapak berlebihan. Saya cuma melakukan tugas saya sebagai seorang istri. Jadi, ya sudah kewajiban saya melakukan tugas rumah, dan melayani suami sebelum berangkat kerja.
Head of Devisi: Kamu wanita baik.
Aku tersipu. Gila. Tidak seharusnya aku tersipu hanya karena pesan yang dikirim atasanku yang ternyata juga sudah berkeluarga. Pak Hans sudah memiliki istri dan seorang anak berusia dua tahun. Tara yang ngasih tau.
Terima kasih atas pujiannya.
Gila. Aku memang gila karena setelah itu, aku mengganti nama kontaknya dengan nama Pak Hansel.
Pak Hansel: Sama-sama, neng Nadya Ayunda.
Pesan itu diakhiri dengan emoticon tersenyum dengan pipi memerah, yang membuat aku melebarkan mata. Ini tidak benar. Kami sudah sama-sama berkeluarga. Tak lama kemudian pesan lainnya masuk.
Pak Hansel: Sampai jumpa nanti siang ya cantik. See you...
Aku meletakkan ponsel diatas meja. Jantungku mendadak berdebar. Aku menengok ke arah kanan, dimana foto pernikahanku dan Bagas terpajang didalam pigura berukuran cukup besar.
Semoga, tidak ada yang akan berubah dalam pernikahan kami. Cukup Bagas saja yang berbuat curang, tidak dengan aku.
Atau, pernikahan kami benar-benar akan berubah menjadi debu, seperti yang pernah Bagas ucapkan padaku waktu itu.
Ya, aku harap, aku masih bisa menjaga hatiku untuknya. Untuk Bagas, sahabat sekaligus suamiku. []
^^^to be continued.^^^
...🖤🖤🖤...
Jangan lupa mampir juga,
—Vienna (Fiksi Modern)
—Another Winter (Fiksi Modern)
—Adagio (Fiksi Modern)
—Dark Autumn (Romansa Fantasi)
—Ivory (Romansa Istana)
—Green (Romansa Istana)
—Wedding Maze (Romansa Modern)
—WHITE (Romansa Modern)
Atas perhatian dan dukungannya, Vi's ucapkan banyak terima kasih.
...See You....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Kustri
lha koq qu seng deg"an to nad, py to kiiih
2023-08-30
1
Ratna Sari Dewi
kuatirnya nadya tergoda
2022-12-04
1
Seriani Yap
Semoga nadya dapat kebahagian nya deh
2022-08-22
1