Sudah beberapa bulan berlalu sejak pertemuan Yasmin dan Anna dengan para preman suruhan Riska. Sejak saat itu, tak pernah lagi ada ancaman yang datang pada Yasmin.
Mungkin Riska hanya menggertaknya dan tidak ingin lebih nekat lagi. Begitulah pemikiran Yasmin, namun, ia masih saja selalu waspada saat keluar rumah.
Waktu telah menunjukkan pukul 23.30, Yasmin masih setia menunggu kepulangan Anna yang akhir-akhir ini sering keluar malam, entah itu balapan bareng temannya, ataupun nongkrong di cafe. Sejak menerima nasehat dari Yasmin, Anna mulai berhenti nongkrong di club malam dan mengalihkan basecampnya ke sebuah cafe.
Yasmin juga sering mengingatkan Anna agar membatasi diri bergaul dengan banyak pria, namun menurut Anna, ia sulit meninggalkan teman-temannya itu karena mereka adalah sahabat yang selalu ada saat Anna membutuhkan bantuan.
Satu hal yang sangat disyukuri Yasmin, Anna memiliki prinsip yang sama dengannya, bahkan perumpamaan yang Anna berikan sangat mengagumkan menurutnya.
"Menjaga mahkota", itu katanya kala itu. Menurut Anna, mahkota wanita itu bagaikan mutiara yang betul-betul terjaga dalam cangkang kerang di dasar laut. Hanya orang yang betul-betul serius ingin memiliki yang bisa menikmati keindahannya.
Meskipun memiliki prinsip hidup yang sama, Yasmin dan Anna memiliki sikap yang berbeda dalam bergaul dengan pria. Jika Yasmin lebih memilih menjaga batas bergaul dengan pria, maka Anna lebih bebas dalam bergaul dengan teman pria.
"Hufth.. menunggu kepulangan Anna adalah sesuatu yang membosankan" gerutu Yasmin yang sudah seperti setrikaan, mondar mandir depan pintu, sesekali mengintip keluar lewat jendela.
Tak lama, terdengar suara deru motor yang lumayan bising. Yasmin yang penasaran, mencoba mengintip dibalik jendela, sesuai dugaan, itu adalah Anna yang pulang di kawal oleh teman-temannya.
"Cekrek" suara pintu terbuka.
"Ekhem ekhem, baru pulang nona?" tanya Yasmin dengan tatapan intimidasinya.
"Eeeeh emak, dari tadi nunggunya? maaf mak, tadi lagi rapat geng, jadi telat deh pulangnya" jawab Anna tanpa rasa bersalah.
"Kamu tuh yah, udah sering dibilangin, pulangnya jangan kemalaman, bahaya tau anak gadis keluyuran sampai tengah malam kayak gini" kata Yasmin dengan mode emak-emaknya.
"Iya iya maaf mak, nggak diulangin lagi deh" kata Anna manyun seperti anak yang sedang dimarahi mamanya.
--
Di sebuah apartemen
Seorang pria nampak bolak-balik ke kanan dan ke kiri di atas ranjangnya.
"Duh, ini mata kenapa akhir-akhir ini sulit sekali bekerja sama?" monolog Yusuf.
"Telfon Wildan aja kali yah, sempat kalau dengar suaranya, gue bisa langsung tidur" ucapnya tersenyum jahil.
Tuuut..
Tuuut..
"Hmm.. halo?" suara ngantuk Wildan di seberang telfon.
"Wil.. gue nggak bisa tidur nih" kata Yusuf berpura-pura manja.
"Yaa teruss? lapor sana sama Pak RT!" ketus Wildan kesal.
"Gue nggak punya nomor hapenya, adanya nomor kamu doang" kata Yusuf menahan tawa.
"Oh yaa Tuhan, aku sumpahin kamu cepat nikah biar nggak ngusik kehidupanku lagi!" kata Wildan menahan emosi.
"Hahahaha" tawa Yusuf pecah
"Kalau aku nikah duluan, terus siapa yang temenin kamu kalau lagi gabut? dasar jomblo, seharusnya kamu nyumpahin diri kamu juga biar sama-sama cepat nikah" lanjut Yusuf merasa lucu.
Tut tut tut (suara telfon dimatikan)
"Hahahaha puas bangat ngerjain tuh anak" Yusuf tertawa lagi saat Wildan mematikan telfonnya secara sepihak.
Hening sejenak
"Hufth, aku kenapa sih, gelisah terus bawaannya, seperti merindukan seseorang yang entah siapa dan dimana".
-Bersambung-1
Yuk dukung karya author dengan like, koment dan vote novel ini agar author lebih semangat lagi update cerita selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Ria dardiri
😘😘😘😍
2022-12-17
1