Rheana menangis di kamarnya sambil menggigit bibirnya. Kamarnya tidak kedap suara sehingga kemungkinan kedua orang tuanya dapat mendengar, dan Rheana tidak mau itu terjadi.
Kini hati Rheana bukan hanya sakit karena cintanya kandas, namun juga karena kakaknya tidak mempercayainya, bahkan mencurigai dirinya.
Rheana benar-benar telah bertekad untuk melupakan Cakra, ia tidak pernah ada niat untuk bersandiwara apalagi mencari perhatian pria itu.
"Aku lebih baik melupakan kak Cakra daripada harus bertengkar denganmu, Kak." Lirih Rheana.
Disaat dirinya sedang menangis, tiba-tiba ponselnya berdering kecil menandakan sebuah pesan masuk telah diterimanya.
Rheana meraih ponselnya, ia melihat pesan masuk dari Cakra yang menanyakan seputar skripsinya seperti biasa.
Rheana menggenggam ponselnya erat. Mungkin inilah alasan mengapa Velia marah dan menuduhnya bersandiwara, sebab Cakra sering menghubunginya.
Demi Tuhan, Rheana memang menyukai Cakra bahkan ingin menjadi kekasihnya, namun itu semua sebelum dirinya tahu soal hubungan Cakra dan Velia.
Rheana terdiam sesaat, lalu tiba-tiba kepalanya mengangguk dengan yakin.
Jari jemari lentik gadis itu tampak mengetik sebuah pesan di ponselnya yang tentu saja ditujukan untuk pria yang baru saja mengirim pesan kepadanya.
"Skripsi nya hampir selesai, Kak. Terima kasih atas bantuan anda selama ini, kini saya bisa melakukannya sendiri. Saya sudah tidak butuh bantuan anda lagi," tulis Rheana dalam pesannya.
Rheana memejamkan mata sambil memeluk ponselnya, ia berharap Cakra bisa paham dengan maksud pesan yang ia kirimkan.
Rheana tidak mau menyebut secara langsung untuk Cakra jangan menghubunginya lagi, ia takut hal itu akan semakin membuat Velia marah kepadanya.
Rheana bahkan menghapus kontak Cakra, namun ia tidak memblokirnya. Ia takut akan menjadi pertanyaan bagi Cakra jika dirinya tiba-tiba memblokir.
"Tenanglah, Rhea. Kau cantik dan sedikit pintar, yakinlah bahwa kau akan mendapatkan pria yang akan sangat mencintaimu. Lupakan Cakra, dia milik kakakmu." Ucap Rheana untuk dirinya sendiri.
Rheana menyeka air matanya dengan kasar. Tampak jelas terlihat matanya bengkak dengan hidung merah dan suara yang sedikit bindeng.
Rheana bangkit dari duduknya, ia pegal juga duduk di lantai sambil menangis.
Rheana menoleh ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 11 malam. Itu artinya Rheana telah menangis lebih dari 3 jam.
"Jatuh cinta memang sangat menyebalkan." Gerutu Rheana seraya naik ke atas ranjangnya.
Rheana berbaring, ia menarik selimut sampai hampir menutupi seluruh tubuhnya.
Gadis yang sedang patah hati itu perlahan memejamkan matanya. Rasa pusing dan lelah menjadi satu, dan kini waktunya ia istirahat.
Keesokan harinya, Rheana bangun kesiangan karena terlalu pulas tidur.
Ia bagai orang di kejar hantu padahal tidak ada kegiatan pagi, melainkan ia ingin bicara dengan kakaknya dan meluruskan permasalahan diantara mereka.
Rheana keluar dari kamar nya dengan kepala yang masih digulung handuk, dan bergegas ke meja makan.
Disana ia melihat sudah tidak ada kakaknya, itu artinya Velia telah berangkat bekerja.
"Rhe, kok kayak dikejar hantu aja. Kamu kenapa?" tanya Papa Rama yang juga baru selesai menyantap sarapannya.
Rheana membuang nafasnya kasar. "Aku kesiangan, Pa. Kakak mana?" tanya Rheana balik.
"Sudah berangkat tadi, sengaja duluan karena mau antar Ryan dulu." Jawab Mama Erina seraya menyantap suapan terakhir nya.
Rheana berdecak, ia tampak gusar dan itu membuat kedua orang tuanya keheranan.
"Kenapa sih?" tanya Mama Erina dengan kening mengerut.
"Nggak apa-apa, Ma." Jawab Rheana.
"Ya sudah, Papa berangkat dulu. Kamu jangan lupa sarapan," ucap Papa Rama seraya bangkit dari duduknya.
Rheana mencium punggung tangan sang papa, lalu duduk untuk sarapan.
Menangis juga butuh tenaga, karena itulah ia harus makan dengan lahap.
"Mama mau mandi, kamu nggak apa-apa sarapan sendiri?" tanya Mama Erina.
"Iya, Ma. Nggak apa-apa, emang udah biasa sendiri aku." Jawab Rheana bergurau.
Mama Erina geleng-geleng kepala. "Kok jadi curhat," celetuk Mama Erina lalu segera pergi.
Kini Rheana sarapan sendiri di meja makan, namun sesekali ada obrolan dari para art yang kebetulan datang untuk melakukan sesuatu.
Selesai sarapan, Rheana pun kembali ke kamarnya untuk memeriksa skripsinya lagi dan merevisi jika ada kata-kata yang belum benar.
"Kalo bukan ngejar gelar, nggak mau nih gue gini-gini. Mata sakit, duit abis, jomblo terus." Gerutu Rheana seraya membaca kata demi kata.
Rheana menggerutu tentu untuk menghibur dirinya sendiri. Ia ingin melupakan masalah cinta untuk beberapa saat ke depan, kini fokusnya harus memperbaiki hubungannya dengan Velia.
Detik jam pun terus berlalu, tanpa terasa gadis itu telah duduk dengan memandang laptop selama 1 jam, dan ia harus pergi ke kampus 1 jam lagi.
Memang tidak ada kegiatan, revisi pun diundur besok, namun ia ingin pergi ke kampus untuk sekedar mencari hiburan bersama teman-temannya.
"Andai aja gue nggak jatuh cinta, pasti gue nggak akan repot-repot hibur diri. Biasanya kalo libur kan gue rebahan doang." Celetuk Rheana diakhiri helaan nafas pelan.
Rheana mengusap dadanya pelan, ia harus sabar melewati masa sekarang ini. Ternyata jatuh cinta itu memang sangat beresiko, mungkin kedepannya Rheana akan berpikir puluhan kali sebelum jatuh cinta.
SABAR YA, RHE. SINI HEALING BARENG AKU, AKU JUGA BARU PUTUS MAKKK😫😫
Bersambung............................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Neneng cinta
bagus Rhe...kamu pasti bisa👍🏼💪💪💪
2023-06-19
1
Tulip
velia sang kak kok gitu ya sm reana
2022-11-26
0
Joan Glarysilvia
next
2022-08-24
0