Sepulang dari kampus, Rheana berniat untuk meminta jemput sopirnya, namun saat ia hendak menghubungi sang sopir, tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti di depannya.
“Hai!” sapa orang yang ada di dalam mobil, duduk di kursi kemudi dengan gagahnya.
Rheana tentu saja terkejut saat melihat Cakra ada disana, bahkan pria itu kini keluar untuk menghampirinya.
Di Sore hari yang sangat cerah ini, Rheana bisa melihat wajah tampan Cakra yang diselimuti rasa lelah, namun malah menambah kesan tersendiri bagi Rheana yang melihatnya.
Astaga, nikmat Tuhan mana lagi yang Rheana dustakan.
“Kak Cakra, anda disini?” tanya Rheana keheranan.
Cakra mengangguk. “ Tadi kebetulan lewat, dan saya melihat kamu makanya berhenti.” Jawab Cakra.
Rheana tersenyum simpul. Ia jadi membayangkan adegan novel dimana si pria yang lebih dewasa menjemput kekasihnya di kampus, sehingga mengundang tatapan iri dari orang sekitar.
“Kenapa kamu belum pulang?” tanya Cakra seraya melirik jam tangan mahal miliknya.
Rheana tertawa renyah, ia menunjukkan ponselnya yang kini sedang menghubungi sopirnya.
“Saya sedang minta jemput, Kak. Tapi anda tiba-tiba memanggil, jadi saya gagal fokus.” Jawab Rheana.
Cakra tersenyum melihat gadis di depannya ini tertawa.
“Ya sudah, lebih baik saya antar kamu pulang saja.” Ucap Cakra, namun dibalas gelengan kepala oleh Rheana.
“Tidak usah, biar saya dijemput sopir saja, Kak. Saya sudah merepotkan anda sejak pagi!” tolak Rheana, kali ini penolakannya benar-benar pure ia tidak enak hati, bukan sekedar pura-pura.
“Tidak merepotkan sama sekali, lagipula kita kan teman.” Balas Cakra lalu membukakan pintu untuk Rheana.
Rheana akhirnya tidak menolak, gadis itu masuk ke dalam mobil Cakra dan duduk di samping kursi kemudi. Rheana memperhatikan Cakra yang mengitari mobilnya. Saat Cakra masuk, buru-buru Rheana memalingkan wajahnya.
“Baiklah, dimana rumah kamu?” tanya Cakra seraya mulai menjalankan mobilnya.
Rheana memberitahu arah rumahnya, mereka juga berbincang dengan hangat bahkan sesekali terdengar tawa dari keduanya. Rheana dan Cakra terlihat seperti pasangan kekasih, namun harus di garis bawahi adalah Cakra hanya menganggap Rheana sebagai temannya.
Jalanan yang cukup macet membuat Rheana dan Cakra menghabiskan waktu di jalan, sehingga saat sampai di kediaman rumah Chandrama, hari sudah mulai gelap.
“Kak, masuklah dulu, kita makan malam sama-sama. Kak Velia dan papa pasti senang melihat anda.” Tawar Rheana dengan harapan Cakra mau menerima tawarannya.
Cakra diam sejenak, mendengar nama Velia membuatnya jadi tidak bisa menolak. Alhasil Cakra mengangguk dan ikut Rheana masuk ke dalam rumahnya.
Saat mereka baru saja masuk, mama Erina datang karena sejak tadi sudah menunggu kepulangan putrinya itu.
“Rhea, darimana saja, Nak?” tanya Mama Erina terlihat khawatir.
“Kejebak macet, Ma.” Jawab Rheana tersenyum lebar.
Mama Erina menghela nafas seraya menggelengkan kepalanya. Tatapannya lalu beralih kepada pria yang diajak masuk oleh Rheana.
“Dia siapa, Rhe. Mama kok nggak asing ya sama wajahnya?” tanya Mama Erina pelan.
“Iya, Ma. Dia Pak Cakra Dharmawan, putra keluarga Dharmawan yang terkenal sukses di usia muda.” Jawab Rheana membuat Cakra terkekeh karena Rheana terlalu berlebihan memperkenalkan dirinya.
“Malam, Nyonya. Saya Cakra, temannya Rheana dan juga Velia,” ucap Cakra memperkenalkan dirinya sendiri.
Mama Erina manggut-manggut, kini ia ingat pernah membicarakan pemuda ini dengan suaminya beberapa hari lalu.
“Oh iya, saya mengingatnya. Mari silahkan duduk,” tutur Mama Erina mempersilahkan Cakra.
Cakra duduk di sofa dengan ditemani berbincang oleh Mama Erina, sementara Rheana tadi pamit untuk mandi dan bersih-bersih. Ia tentu tidak mau kelihatan dekil oleh pria yang menjadi pujaan hatinya.
Saat Mama Erina dan Cakra sedang asik berbincang, papa Rama dan Velia pun datang setelah seharian bekerja di kantor.
“Lho, Cakra. Kau disini?” tanya Papa Rama tampak terkejut dengan kehadiran Cakra di rumahnya.
Velia pun tidak kalah terkejut melihat pria tampan dan mempesona itu kini ada di rumahnya, namun ia bingung, bagaimana Cakra bisa tahu alamat rumahnya dan datang tanpa memberitahu sebelumnya.
Mama Erina dan Cakra ikut bangkit, membuat Papa Rama langsung mendekat begitu pula dengan Velia.
“Apa ada masalah sampai-sampai kau datang kesini, saya benar-benar kaget tadi.” Ucap Papa Rama seraya duduk di sebelah istrinya.
Cakra terkekeh mendengar ucapan papa Rama. Kepalanya menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan ayah dari Rheana itu.
“Semua baik-baik saja, Pak. Saya datang kesini karena tadi mengantar Rheana pulang, kami tidak sengaja bertemu di kampusnya.” Jelas Cakra.
Papa Rama manggut-manggut, sementara Velia hanya menjadi pendengar saja.
“Jadi dia kesini dengan Rheana.” Batin Velia.
“Wahh, saya bersyukur jika kalian bisa akrab, Velia juga senang katanya bisa mengenalmu.” Sahut Papa Rma.
Cakra senang saat tahu Velia juga senang bisa kenal dengannya. Setidaknya ini adalah langkah awal untuk mengenal gadis itu lebih jauh.
Tidak lama kemudian Rheana dan Ryan turun bersama untuk makan malam. Mereka semua pergi ke meja makan, dan tentunya mengajak Cakra juga.
Di meja makan, bukan hanya dentingan sendok yang terdengar, melainkan obrolan dari papa Rama dan Cakra juga.
“Ya, perusahaan Y katanya akan memperluas cabang baru, sehingga kemungkinan persaingan semakin ketat sekarang.” Ucap Velia mulai berkomentar atas obrolan Papa Rama dan juga Cakra.
“Itu sudah biasa, asal susunan strategi kita bagus maka semuanya lancar.” Sahut Cakra.
Velia tersenyum sambil mengangguk, ia setuju dengan pendapat Cakra yang selalu mempertahankan posisinya dalam dunia bisnis.
“Kak, nanti ajari aku fisika ya. Demi Tuhan sulit sekali soalnya, kakak kan pandai.” Ucap Ryan kepada Velia.
“Maaf ya, kakak nggak bisa. Nanti malam kakak ada acara mengisi seminar online, jadi nggak bisa bantu kamu.” Balas Velia lembut.
Rheana memukul lengan adiknya.
“Udah sama gue aja, jangan ganggu kakak.” Ucap Rheana dengan cepat.
“Ah, belajar sama lo berasa belajar sama dosen killer.” Balas Ryan menekuk wajahnya.
Semua yang ada disana terkekeh mendengar ucapan Ryan, namun tidak dengan Rheana. Gadis itu malah melotot mendengar ucapan adiknya.
“Justru belajar sama dosen killer itu cepat tangkap loh,” ucap Cakra menyahut.
“Memang iya, Kak. Tapi bersama Kak Rhea, bukan hanya harus kuat mental, tapi kuat fisik juga.” Sahut Ryan menghela nafas kasar.
“Sudah tidak apa-apa, daripada tidak belajar sama sekali.” Timpal Mama Erina.
Usai makan malam, Rheana pamit kepada Cakra untuk mengajarkan Ryan. Cakra tentu saja mengiyakan, ia juga sudah ingin pulang karena semakin malam.
Cakra diantar oleh Velia sampai ke depan rumah saja.
“Terima kasih atas kunjungannya ya, Pak Cakra.” Ucap Velia mengulurkan tangannya dengan maksud berjabatan.
Cakra tersenyum lalu membalas jabatan tangan gadis itu.
“Sama-sama Nona Velia.” Balas Cakra.
“Oh iya, boleh saya minta nomor anda untuk jaga-jaga apabila saya ada perlu?” tanya Cakra berdalih.
Velia memberikan kartu namanya kepada Cakra. Usai saling bertukar nomor, Cakra pun langsung pergi dari rumah kediaman Chandrama.
YUUHUUUU, DITUNGGU LIKE NYA :)
Bersambung......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Juan Sastra
owh jadi dekatin adiknya buat merekap kakaknya.. hadeeehh kasian deh rhea niatnya di modusin
2024-05-24
0
guntur 1609
calon saingan ygvdengki
2024-04-07
0
Dewi Nurmalasari
oh berarti uda berhub juga sama velia
2024-02-21
0