Selama menonton bioskop, Rheana hanya diam. Berusaha untuk tidak menangis saat sadar bahwa kakaknya tidak berhenti menebar kemesraan bersama Cakra.
Air mata Rheana sudah penuh di pelupuk matanya, tidak kuasa menahan sesak di dadanya jika terus melihat aksi yang Velia lakukan.
Kini tampak Velia bersandar di dada Cakra, tangannya berada dia dada pria itu juga, dan Cakra tentu saja membalasnya dengan mengusap kepala Velia.
Mereka berdua seakan lupa jika ada Rheana juga disana. Andai saja bioskop terang, pasti mereka tahu bahwa Rheana sedang menangis.
Rheana ingin pergi keluar dari ruangan yang begitu menyesakkan dadanya, namun ia tidak bisa karena berada di kursi paling pojok, itu artinya ia harus melewati Velia dan Cakra dulu jika ingin pergi.
Akhirnya Rheana memilih untuk tetap diam di kursinya, menggigit bibir untuk meredam suara tangisannya.
Sampai akhirnya film pun selesai, dan Rheana yang tidak siap tentu saja terpergok sedang menangis oleh Cakra yang kebetulan menoleh kearah gadis itu.
"Lhoo, Rheana. Kamu nangis?" tanya Cakra terkejut.
Rheana yang mendengar itu buru-buru menghapus air matanya, ia tersenyum seraya menggelengkan kepalanya.
"Tidak, saya–" ucapan Rheana terhenti saat Velia bicara.
"Kamu nangis kenapa, Rhe. Genre yang kita tonton kan romantis, bukan sad." Ucap Velia.
Rheana bingung harus menjawab apa, karena film yang mereka tonton memang film romantis, dan sangatlah cocok untuk pasangan kasmaran seperti Velia dan Cakra, namun tidak untuknya yang sedang hancur.
"Nggak apa-apa, Kak. Cuma lagi pusing sama dosen," jawab Rheana berbohong.
"Kenapa lagi, Rhe. Skripsinya masih ada yang salah, perlu saya bantu?" Tanya Cakra menawarkan diri.
Rheana memejamkan matanya, jantungnya semakin berdetak kencang mendengar suara Cakra yang begitu lembut, namun ia sadar bahwa itu semua tidak boleh.
"Nggak, Kak. Terima kasih, saya bisa sendiri kok." Tolak Rheana.
Velia tiba-tiba menggandeng tangan Cakra. Untuk pertama kalinya, Rheana melihat kakaknya itu begitu manja, padahal selama ini ia mengenal Velia sebagai gadis mandiri.
"Sayang, mau makan. Aku laper nih," ucap Velia mendayu-dayu.
Rheana memalingkan wajahnya saat Cakra mengusap wajah cantik Velia. Ia sudah tidak tahan dengan situasi seperti ini.
"Aku ke toilet dulu." Ucap Rheana pelan dan cepat.
"Eh, Rhe. Kita anterin ya, takutnya nanti kamu nggak tahu kita makan dimana." Ucap Cakra.
"Nggak usah, Kak. Lagian aku nggak laper, kayanya abis ini langsung pulang aja." Tolak Rheana.
"Lhoo, kok gitu. Kita makan dulu dong, kan pasti laper abis nonton." Ucap Cakra, namun Rheana sudah keburu pergi.
"Rheana." Panggil Velia yang berhasil menghentikan langkah adiknya.
Velia melepaskan rangkulan tangannya, ia mendekati sang adik lalu tersenyum.
"Jangan bilang orang rumah dulu ya tentang hubungan aku sama Cakra, kami masih sama-sama diam soalnya." Ucap Velia pelan.
Rheana hanya mengangguk dan langsung pergi. Gadis itu memilih untuk langsung pulang daripada terus merasa sesak dengan kemesraan Velia dan Cakra.
Rheana tentu pulang dengan mengendarai mobilnya sendiri, ia yakin bahwa Cakra akan mengantarkan Velia pulang nanti.
Sementara Rheana pulang, Velia dan Cakra pergi ke restoran untuk mengisi perut mereka yang berbunyi karena terlalu lama di studio.
"Tadi Rheana kenapa buru-buru banget ya." Ucap Cakra tiba-tiba.
Velia mengangkat bahunya. "Kayanya dia nggak nyaman sama kita, mungkin dia nggak enak gangguin kita yang lagi pacaran." Sahut Velia asal.
Velia tidak tahu saja jika sepanjang film tadi adiknya itu menangis karena patah hati, sedih dan hancur karena cintanya ternyata bertepuk sebelah tangan, dan yang lebih parah jadinya dengan kakak kandung.
***
Rheana sampai di rumah. Gadis itu masuk dan tidak membalas sapaan siapapun yang berpapasan dengannya, hal yang tidak pernah Rheana lakukan.
"Non Rhea kenapa ya?" gumam asisten rumah tangga disana.
Rheana tentu saja tidak membalas sapaan, gadis itu sedang berusaha menahan isak tangisnya dengan menggigit bibirnya.
Saat sampai di kamar, Rheana langsung menjatuhkan diri di atas ranjang. Menyembunyikan wajahnya dibawah bantal sehingga suara tangisannya tidak terdengar jelas.
Rheana mencengkram erat sprei ranjangnya, sesekali memberi pukulan sebagai bentuk pelampiasan sakit hati yang diterimanya.
Rheana tidak bisa apa-apa, ia tidak mungkin memisahkan kakaknya dari Cakra, apalagi mereka saling mencintai.
Hanya satu solusinya, yaitu melepaskan Cakra dan melupakan bahwa ia pernah mencintai pria itu.
Rheana juga tidak boleh lagi berdekatan dengan Cakra, ia akan berusaha untuk tidak menghubungi pria itu lagi.
Semua itu lakukan tentu saja agar cintanya segera hilang.
"Hiks … hiks … kenapa sesakit ini, Tuhan!!!" Teriak Rheana dengan posisi wajah masih menghadap bantal.
Rheana ingin mencabik-cabik bantal, namun tenaganya tidak sekuat itu.
Rheana merasa sangat bodoh karena telah mengira bahwa Cakra juga akan membalas perasaannya.
Sikap Cakra yang baik selama ini telah ia salah artikan, karena kenyataanya Cakra mencintai Velia dan bukan dirinya.
"Kenapa jatuh cinta harus sesakit ini." Lirih Rheana.
Kepala gadis itu mulai terasa pusing, ia sudah menangis sejak tahu bahwa Velia dan Cakra berpacaran, dan itu terhitung sudah hampir 4 jam.
"Aku ikhlas jika dia mencintai kakakku, dan aku akan berusaha untuk melupakannya." Batin Theana.
Rheana yang kelelahan setelah menangis akhirnya tertidur, gadis cantik itu memejamkan matanya dengan bekas air mata yang terlihat jelas.
Rheana yang malang.
SABAR YA RHEEE😢
Bersambung ........................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 155 Episodes
Comments
Julik Rini
gugur sebelum berkembang, sabar masih ada cinta yang lain
2024-02-08
0
sherly
sakitnya yg patah hati...
2023-08-03
1
Neneng cinta
gpp Rhe....kau hrs kuat 💪💪💪
2023-06-19
0