Ketidakpercayaan Velia

Velia kembali dari kantor Cakra dengan keadaan yang tidak baik. Wajahnya merah, matanya berair dan siap untuk menangis kapan saja.

Velia yang biasanya pulang mencium tangan mamanya, kini tidak. Gadis itu melewati Mama Erina begitu saja tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"Kak, kamu ada masalah sama Mama?" tanya Mama Erina menyindir sang anak sulung.

Velia menghentikan langkahnya. Ia memejamkan mata sesaat lalu menyeka air matanya sebelum membalik badan dan menatap sang Mama.

"Maaf, Ma. Mungkin karena lelah aku sampai nggak lihat Mama." Ucap Velia seraya berjalan mendekati mamanya.

Velia mencium punggung tangan sang Mama, dan hal itu tentu saja membuat Mama Erina geleng-geleng kepala.

"Lagi ada masalah di kantor?" tanya Mama Erina lembut.

Velia menghela nafas. Ia tidak memiliki masalah di kantor, melainkan di hatinya. Namun tidak mungkin ia mengatakan itu, sebab belum ada yang tahu soal hubungannya dengan Cakra.

"Nggak kok, Ma." Jawab Velia singkat.

Mama Erina mengusap kepala putrinya.

"Kamu masuk dulu ke kamar gih, nanti Mama buatin jus mangga kesukaan kamu." Tutur Mama Erina.

Velia tersenyum lebar. Mamanya memang selalu mengerti suasana hatinya, dan memang benar bahwa jus mangga adalah favoritnya.

Velia mengangguk. Ia berniat untuk pergi ke kamar nya, namun terhenti saat suara adiknya yang baru saja pulang.

"Assalamualaikum, eh kakak sudah pulang?" tanya Ryan yang baru saja kembali dari sekolahnya.

Velia mengangguk. "Kamu tumben juga pulang siang, biasanya latihan basket dulu." Sahut Velia.

Ryan menggeleng pelan. "Nggak dulu hari ini, mau ajak kak Rhea jalan-jalan sebagai permintaan maaf aku." Ujar Ryan terkikik.

Velia mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan sang adik. 

"Minta maaf buat apa?" tanya Velia heran.

"Karena dia ngeledek aku terus, Kak." Jawab Rheana yang baru saja turun dari kamarnya.

Velia menoleh, ia menatap adiknya dengan sedikit berbeda. Entah mengapa saat menatap wajah Rheana, Velia teringat penolakan Cakra tadi.

Rheana mendekati keluarganya, ia tiba-tiba menggandeng tangan Ryan.

"Cepet ganti baju, katanya mau ngajak nonton gue." Ucap Rheana kesal.

Ryan berdecak, andai saja bukan karena maaf, maka ia akan menolak untuk mengajak kakaknya jalan-jalan.

Lebih enak meledek kakaknya daripada bersikap manis.

Ryan pun berlalu menuju kamarnya untuk bersiap-siap pergi. Mama Erina juga pergi ke dapur untuk membuat jus mangga yang Velia inginkan.

Kini tinggal Rheana dan Velia yang ada disana.

"Kak, kakak tumben udah pulang?" tanya Rheana tersenyum manis.

"Kenapa? Lo nggak suka gue balik cepet?" tanya Velia balik, kemudian langsung pergi begitu saja.

Rheana menatap kepergian kakaknya dengan alis mengerut. Ia heran mengapa Velia tiba-tiba jutek padanya, bahkan tidak seperti biasanya.

Velia mirip dengan Mama Erina yang lembut dan selalu hangat, entah mengapa tiba-tiba demikian.

Ingatan Rheana berpusat pada malam itu, disaat dirinya menangis dan melihat Velia sempat datang ke kamarnya, namun tidak masuk.

"Apa kak Velia benar-benar salah paham?" gumam Rheana khawatir.

Setelah menunggu hampir 1 jam, Rheana dan Ryan akhirnya pergi bersama dengan mengendarai mobil. Tentu Rheana yang mengemudi, sebab jika Ryan yang melakukannya, maka bisa-bisa ia dibunuh oleh Mama Erina.

"Lagian lo berlagak banget, Kak. Segala marah, kan gue jadi nggak enak." Celetuk Ryan menoleh ke arah sang kakak.

"Siapa suruh lo ngeledek gue terus, ya gue marah lah." Sahut Rheana tanpa menatap adiknya.

"Ck, tapi nggak sampe diemin gue juga. Gue kan jadi risih, biasanya bercanda sama lo eh malah diem-dieman." Timpal Ryan diakhiri helaan nafas.

"Yaudah, yang penting sekarang gue udah nggak marah lagi." Ucap Rheana.

"Ya tapi kan gue harus ajak lo jalan-jalan, pasti berjam-jam deh lo belanja." Sahut Ryan bersungut-sungut.

Rheana tertawa mendengar ucapan adiknya. Ia memang kerap menghabiskan waktu untuk berbelanja, namun belanja yang bermanfaat.

Terkadang Rheana beli buku, sepatu atau tas yang harganya masih terbilang standar.

Ia tidak seperti Velia yang memakai barang branded.

Sementara itu di rumah kediaman Chandrama, tampak seorang gadis tengah duduk di depan meja rias sambil menatap pantulan dirinya sendiri.

Gadis itu adalah Velia. Ia menatap dirinya sendiri sambil membayangkan wajah Rheana, membandingkan kecantikan diantara mereka.

"Aku lebih cantik kok dari Rheana, dan aku yakin Cakra tidak akan berpaling padanya." Gumam Velia tersenyum simpul.

Saking takutnya Cakra berpaling, Velia sampai membandingkan kecantikannya dengan Rheana dan memang benar bahwa Velia lebih cantik, hanya saja Rheana memiliki wajah manis yang tidak membosankan.

***

Sore harinya, usai kembali dari mall. Rheana masuk ke dalam kamarnya dan langsung bersih-bersih.

Ryan dan Rheana kembali di jam mendekati waktu makan malam, sehingga mereka tidak makan diluar dan memilih untuk makan di rumah saja.

Saat Rheana sedang mandi, ada seseorang yang masuk ke dalam kamarnya. Dia adalah Velia.

Gadis itu duduk dipinggir ranjang adiknya, menunggu Rheana sampai selesai mandi untuk membicarakan sesuatu.

Sambil menunggu, Velia tidak henti menatap kamar adiknya yang rapi dan estetik. Rheana memang terkenal sebagai orang yang rapi dan anti berantakan.

Setelah 20 menit, akhirnya Rheana keluar dari kamar mandi dengan piyama biru yang melekat pada tubuhnya.

Rheana kaget melihat kehadiran kakaknya di sana, ia bahkan sampai memegangi dadanya sendiri karena terlalu kaget.

"Kakak, astaga aku terkejut." Ucap Rheana mengusap dadanya pelan.

Velia tidak membalas. Gadis itu bangkit dari duduknya lalu mendekati sang adik.

"Gue nggak mau basa-basi, jadi langsung ke intinya aja." Ucap Velia tanpa senyuman.

"Gue mau lo jauhin Cakra, gue tahu lo suka kan sama pacar gue." Lanjut Velia sedikit meninggikan suaranya.

Rheana melotot, ia melempar handuk di tangannya dan berusaha meraih tangan sang kakak, namun Velia menolak.

"Kak, dengerin penjelasan aku dulu. Aku udah nggak suka kok sama kak Cakra semenjak tahu dia pacar kakak," ucap Rheana mencoba menjelaskan.

"Nggak mungkin!" sarkas Velia.

"Nggak mungkin gimana, Kak. Aku sungguh sudah melupakan kak Cakra, aku sadar bahwa dia cintanya sama kakak." Ujar Rheana masih mencoba menjelaskan.

Velia tersenyum mengejek, ia maju selangkah lalu menepuk bahu adiknya pelan.

"Nggak percaya gue. Gue aja nggak mau berkorban melepas Cakra buat lo, mana mungkin lo mau ngelakuin itu buat gue." Ucap Velia seperti bisikan.

"Cukup mendramatisir keadaan, Rhe." Lanjut Velia membuat Rheana benar-benar melotot tak percaya.

MAKIN PENASARAN NGGAK?

Bersambung.......................

Terpopuler

Comments

Juan Sastra

Juan Sastra

wahh velia sangat mengejutkan di balik wajah cantiknya tersimpan ke busukan hatinya

2024-05-24

0

Julik Rini

Julik Rini

cantik wajahnya tapi tidak cantik hatinya

2024-02-08

0

zizi.

zizi.

apaan dah si velia, katanya lebih cantik dari rhea kok takut kalah saing sama adik sendiri. cakra juga udah jadi milikmu rhea pun udah berusaha untuk melupakan cakra. gitu masih dibilang mendramatisir keadaan, kebangetan hmmm🌚

2022-08-23

5

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan pertama
2 Bertemu lagi
3 Bertukar nomor
4 Pesan tak terbalas
5 Ungkapan hati Cakra
6 Kenyataan pahit
7 Tangisan Rheana
8 Perubahan sikap
9 Jauhi dia!!
10 Ketidakpercayaan Velia
11 Menghibur diri
12 Sandiwara?
13 Pertemuan dua keluarga
14 Iri dengki
15 Obsesi Velia
16 Sakitnya perpisahan
17 Rencana Velia
18 Rencana Velia 2
19 Langkah Velia
20 Tuduhan besar
21 Pembelaan atau harapan?
22 Keputusan mengejutkan
23 Sahhhh
24 Tamparan pertama
25 Mengambil paksa
26 Selalu siksaan
27 Pemakaman Velia
28 Tidak akan diterima
29 Meminta keadilan
30 Hanya pemuas
31 Imbalan??
32 Menjadi pelayan?
33 Keputusan Rheana
34 Kepercayaan dan semangat Ryan
35 Dukungan penuh
36 Mencicipi masakan
37 Rutinitas yang menyiksa
38 Ada apa dengan Cakra?
39 Alasan Cakra
40 Kecupan hangat
41 Makan siang bersama
42 Pelukan di dapur
43 Sebuah rencana
44 Tipuan manis
45 Apa kau mencintaiku?
46 Cakra cemburu?
47 Hukuman
48 Pelaku dibalik rencana
49 Rindu keluarga
50 Rhea, aku mencintaimu
51 Kepercayaan Rheana
52 Mengenalinya
53 Kemana selama ini?
54 Mengingat kembali
55 Menyadari kesalahan
56 Rheana hancur
57 Terjatuh
58 Rheana keguguran
59 Velia menemui Rheana
60 Rheana pergi
61 Meninggalkan kenangannya
62 Merindukanmu
63 Sebulan sudah berlalu, Rhea ...
64 Aku melepasmu, Kak
65 Ingin sesuatu
66 Bertemu teman lama
67 Tekad mencari
68 Mencari seorang wanita
69 Menemukanmu
70 Kakak yang dirindukan
71 Pengaruh Rheana
72 Rheana kembali
73 Dia anakku!
74 Kata-kata pedas Rheana
75 Persyaratan dari Cakra
76 Pelukan yang kembali
77 Pagi yang indah
78 Ciuman di teras
79 Bibir semanis cherry
80 Kasih sayang Cakra
81 Cakra sakit
82 Aku juga mau
83 Obat paling enak
84 Periksa kandungan
85 Telepon menggemaskan
86 Ingin cepat nikah
87 Candaan di pagi hari
88 Mas Cakra
89 Nyaris tertabrak
90 Persiapan calon pengantin
91 Ryan patah hati
92 Hari pertunangan
93 Hari bahagia tapi sial
94 Peluk cium lebih
95 Villa nya berhantu tidak?
96 Biasa diselingkuhi
97 Berbagi pengalaman
98 Penderitaan Abel
99 Kepikiran Abel
100 Hari pernikahan
101 Malamnya pasutri baru
102 Pertolongan Ryan
103 Baby Peachyyy??
104 Ancaman Rizi
105 Pelukan nyaman dan aman
106 Interaksi baby Peachyyy
107 Menjenguk mama Abel
108 Mengenalkan Abel
109 Kok jadi pasrah??
110 Pengorbanan Ryan
111 Tatapan tajam dan menusuk
112 Menolak keras
113 Kabar duka
114 Pelaku kejahatan
115 Memberitahu Abel
116 Keadilan!!
117 Ingatan tentang permintaan
118 Syndrome couvade
119 Ada apa dengan Cakra?
120 Apapun untuk Rheana
121 Baby boy or girl?
122 Mikayla Zahra Dharmawan
123 Sikap manis di pagi hari
124 Surat perpisahan?
125 Pasangan manis-manis
126 Mau adu bibir, Sayang
127 Rencana Cakra
128 Tugas Abel
129 Menuju puncak keberhasilan
130 Rheana cantik, hanya milikku
131 Malam pertama?
132 Pagi indah untuk si cantik
133 Hadiah dari Cakra
134 Ketakutan Fikri
135 Mau susu kamu
136 Ayla, tolongin mama!!
137 Velia masuk rumah sakit
138 Kesadaran Velia
139 Gara-gara merokok
140 Waktu yang berlalu cepat
141 Tukar cincin
142 Keluarga kecil Cakra
143 Pengganggu
144 Pantai yang indah
145 Bakar-bakar atau ciuman?
146 Siap hamil lagi
147 Lewat mana?
148 Hari kelulusan
149 Cium aku
150 Bukan sakti, tapi ....
151 Hari Ryan dan Abel
152 First night
153 Ngidamnya papa Ca
154 Pagi penuh haru (End)
155 Ekstra part (Next)
Episodes

Updated 155 Episodes

1
Pertemuan pertama
2
Bertemu lagi
3
Bertukar nomor
4
Pesan tak terbalas
5
Ungkapan hati Cakra
6
Kenyataan pahit
7
Tangisan Rheana
8
Perubahan sikap
9
Jauhi dia!!
10
Ketidakpercayaan Velia
11
Menghibur diri
12
Sandiwara?
13
Pertemuan dua keluarga
14
Iri dengki
15
Obsesi Velia
16
Sakitnya perpisahan
17
Rencana Velia
18
Rencana Velia 2
19
Langkah Velia
20
Tuduhan besar
21
Pembelaan atau harapan?
22
Keputusan mengejutkan
23
Sahhhh
24
Tamparan pertama
25
Mengambil paksa
26
Selalu siksaan
27
Pemakaman Velia
28
Tidak akan diterima
29
Meminta keadilan
30
Hanya pemuas
31
Imbalan??
32
Menjadi pelayan?
33
Keputusan Rheana
34
Kepercayaan dan semangat Ryan
35
Dukungan penuh
36
Mencicipi masakan
37
Rutinitas yang menyiksa
38
Ada apa dengan Cakra?
39
Alasan Cakra
40
Kecupan hangat
41
Makan siang bersama
42
Pelukan di dapur
43
Sebuah rencana
44
Tipuan manis
45
Apa kau mencintaiku?
46
Cakra cemburu?
47
Hukuman
48
Pelaku dibalik rencana
49
Rindu keluarga
50
Rhea, aku mencintaimu
51
Kepercayaan Rheana
52
Mengenalinya
53
Kemana selama ini?
54
Mengingat kembali
55
Menyadari kesalahan
56
Rheana hancur
57
Terjatuh
58
Rheana keguguran
59
Velia menemui Rheana
60
Rheana pergi
61
Meninggalkan kenangannya
62
Merindukanmu
63
Sebulan sudah berlalu, Rhea ...
64
Aku melepasmu, Kak
65
Ingin sesuatu
66
Bertemu teman lama
67
Tekad mencari
68
Mencari seorang wanita
69
Menemukanmu
70
Kakak yang dirindukan
71
Pengaruh Rheana
72
Rheana kembali
73
Dia anakku!
74
Kata-kata pedas Rheana
75
Persyaratan dari Cakra
76
Pelukan yang kembali
77
Pagi yang indah
78
Ciuman di teras
79
Bibir semanis cherry
80
Kasih sayang Cakra
81
Cakra sakit
82
Aku juga mau
83
Obat paling enak
84
Periksa kandungan
85
Telepon menggemaskan
86
Ingin cepat nikah
87
Candaan di pagi hari
88
Mas Cakra
89
Nyaris tertabrak
90
Persiapan calon pengantin
91
Ryan patah hati
92
Hari pertunangan
93
Hari bahagia tapi sial
94
Peluk cium lebih
95
Villa nya berhantu tidak?
96
Biasa diselingkuhi
97
Berbagi pengalaman
98
Penderitaan Abel
99
Kepikiran Abel
100
Hari pernikahan
101
Malamnya pasutri baru
102
Pertolongan Ryan
103
Baby Peachyyy??
104
Ancaman Rizi
105
Pelukan nyaman dan aman
106
Interaksi baby Peachyyy
107
Menjenguk mama Abel
108
Mengenalkan Abel
109
Kok jadi pasrah??
110
Pengorbanan Ryan
111
Tatapan tajam dan menusuk
112
Menolak keras
113
Kabar duka
114
Pelaku kejahatan
115
Memberitahu Abel
116
Keadilan!!
117
Ingatan tentang permintaan
118
Syndrome couvade
119
Ada apa dengan Cakra?
120
Apapun untuk Rheana
121
Baby boy or girl?
122
Mikayla Zahra Dharmawan
123
Sikap manis di pagi hari
124
Surat perpisahan?
125
Pasangan manis-manis
126
Mau adu bibir, Sayang
127
Rencana Cakra
128
Tugas Abel
129
Menuju puncak keberhasilan
130
Rheana cantik, hanya milikku
131
Malam pertama?
132
Pagi indah untuk si cantik
133
Hadiah dari Cakra
134
Ketakutan Fikri
135
Mau susu kamu
136
Ayla, tolongin mama!!
137
Velia masuk rumah sakit
138
Kesadaran Velia
139
Gara-gara merokok
140
Waktu yang berlalu cepat
141
Tukar cincin
142
Keluarga kecil Cakra
143
Pengganggu
144
Pantai yang indah
145
Bakar-bakar atau ciuman?
146
Siap hamil lagi
147
Lewat mana?
148
Hari kelulusan
149
Cium aku
150
Bukan sakti, tapi ....
151
Hari Ryan dan Abel
152
First night
153
Ngidamnya papa Ca
154
Pagi penuh haru (End)
155
Ekstra part (Next)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!