Bab 20

"Helena masih berharap padamu?" Tanya John setelah menyeruput kopinya di balkon lantai dua mansion. Kini keduanya duduk menatap keluar mansion sambil melihat bintang di langit yang bermunculan.

"Ya." Jawab Josh singkat masih menatap langit malam itu.

"Kau tak mau memberinya kesempatan?" Tanya John. Josh tampak menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aku tak bisa berpura-pura menerima perasaannya." Jawab Josh.

"Kau masih mengharapkan dia?" Tanya John menatap adiknya lekat.

"Aku sudah menyerah." Jawab Josh lemah.

"Kau sudah menemukannya?" Josh menggelengkan kepalanya lagi.

"Lalu?"

"Aku tak mau dibuat kecewa setelah tahu dia nanti. Bagaimana kalau dia ternyata sudah bahagia dengan orang lain." Jawab Josh menoleh menatap John yang masih menatapnya.

"Ya, kemungkinan hal itu juga benar." Jawab John setelah menghela nafas panjang.

"Apa kakak sudah yakin untuk menikahinya?" Tanya Josh ganti menatap John intens.

"Tentu saja." Jawab John kembali menyeruput kopinya.

"Meski anak itu bukan anak kandung kakak?" Tanya Josh.

"Ya. Aku... mencoba menerimanya." Jawab John sambil mengangguk-anggukkan kepalanya menerawang jauh ke langit.

"Kakak pasti sangat mencintainya."

"Kami saling mencintai Josh. Dan selama dia juga mencintaiku, kami akan berjuang dan berusaha menerima segala yang ada padanya. Kau tahu kalau aku bukan pria yang sempurna di masa lalu. Aku ingin mencoba memperbaikinya. Dan baru kali ini aku mendapatkan wanita yang tulus menerimaku apa adanya tanpa embel-embel seorang Alensio." Jawab John panjang lebar membuat Josh mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.

Josh terlihat menghela nafas panjang. Dia pun melirik jam dinding sudah menunjukkan pukul dua belas tengah malam.

"Aku istirahat dulu kak. Besok banyak pekerjaan karena ku sudah tiga hari ini cuti." Pamit Josh meninggalkan balkon.

"Ok." Jawab John tersenyum kembali menatap langit malam hari itu.

.

.

Akhir pekan, John merealisasikan ucapannya untuk bertemu dengan orang tua Alexa. Meski bukan ibu kandungnya, namun John tetap harus melakukan lamaran resmi pada keluarga kekasihnya itu untuk meminang Alexa. Dan tentu saja karena kehamilan Alexa juga dirahasiakan dari keluarganya karena tak mau membuat malu. Baik pihak keluarga Alensio juga pihak keluarga Ramirez.

Alexa mencoba pulang ke mansion ayahnya pagi itu. Karena malam nanti John akan datang bersama keluarga besarnya. Alexa tampak ragu untuk masuk ke dalam mansion masih setia berdiri di depan mansion setelah lima belas menit yang lalu taksi yang ditumpanginya sudah meninggalkan mansion ayahnya.

"Nona Alexa!" Sapa sekuriti yang berjaga di mansion keluarga Ramirez.

"Selamat pagi pak." Sapa Alexa tersenyum ramah pada sekuriti itu.

"Langsung masuk nona!" Sekuriti yang baru tahu kalau tamu yang datang adalah nona mudanya dengan segera membuka pintu gerbang mansion keluarga Ramirez.

"Terima kasih pak. Ayah ada?" Tanya Alexa basa-basi.

"Tuan besar ada nona, beliau mungkin sedang sarapan." Jawab sekuriti itu sopan dan ramah.

Alexa hanya tersenyum dan melangkah masuk ke dalam mansion setelah menghela nafas panjang dan berat.

.

.

"John memintaku untuk melamarkannya Rian." Ucap Jo saat asistennya masuk dengan membawa sejumlah laporan.

Rian masih diam belum bisa menjawabnya karena menunggu tuan besarnya melanjutkan ucapannya.

"Apa yang harus kulakukan? Kita tahu bayi milik siapa yang dikandungnya." Ucap Jo lagi.

"Apa reaksi Josh?" Tanya Jo menatap Rian.

"Tuan Josh tak begitu menujukan protesnya. Sepertinya beliau melakukan apa yang diinginkan oleh nona Alexa." Jawab Rian. Jo tampak menaikkan satu alisnya sambil menatap Rian seolah bertanya 'kenapa'.

"Menurut maid yang menjaga nona Alexa. Tun Josh berusaha untuk bertanggung jawab dan mengajak untuk jujur pada tuan muda John. Tapi nona Alexa memohon pada tuan muda Josh untuk tetap merahasiakan hal itu. Nona Alexa mengatakan kalau dia sangat mencintai tuan muda John. Jadi, dia meminta Josh untuk mengikhlaskan keduanya menikah dengan tuan muda John." Jelas Rian panjang lebar.

"Huff.... mereka pasti akan bertengkar jika suatu hari nanti hal ini terbongkar." Ucap Jo membuat Rian hanya bisa terdiam. Jo tampak frustasi menghadapi masalah putranya. Kalau saja istrinya masih hidup, pasti dia akan memberikan solusi yang terbaik dengan suara lemah lembutnya.

"Apa yang harus kulakukan istriku?" Bisik Jo lemah.

.

.

"Apa? Lamaran?" Ucap Leonardo terkejut dengan pemberitahuan putrinya.

"Iya ayah. Nanti malam keluarganya akan datang." Jawab Alexa menunduk dalam tak berani menatap mata ayahnya.

"Kenapa mendadak sekali. Siapa dia? Apa tuan muda Alensio?" Tebak Leonardo membuat Alexa tersentak kaget dengan tebakan ayahnya yang tepat sasaran.

"Jadi benar ya?" Ucap Leonardo lagi melihat reaksi putrinya yang tidak protes.

"Aku akan meminta maid untuk menyiapkan semuanya." Putus Leonardo setelah memikirkan masak-masak keputusannya. Juga memikirkan apa keuntungan dan kerugian dengan bermenantu seorang Alensio. Pasti banyak untungnya dari pada ruginya. Leonardo tersenyum penuh arti setelah melihat Alexa meninggalkan ruang kerjanya.

.

.

"Kakak, maafkan aku tidak bisa menemani acaramu nanti, aku ada jadwal operasi darurat ." Ucap Josh dalam panggilan ponselnya menyatakan penyesalannya pada sang kakak.

"Tak apa Josh. Aku tahu menyelamatkan nyawa orang itu lebih penting. Aku akan mengabarimu nanti saat pulang." Jawab John di seberang ponselnya tersenyum.

"Maafkan aku sekali lagi kak." Ucap Josh lagi merasa bersalah.

"Jangan terlalu dipikirkan! Lakukan pekerjaanmu dengan baik!" Ucap John lagi.

.

.

Flashback on

"Kau benar-benar sudah merelakannya Josh?" Tanya sang Daddy siang itu. Jo memanggil putra bungsu kembarnya untuk bicara dengannya.

"A-apa maksud Daddy?" Tanya Josh dengan jantung deg deg an mendengar pertanyaan daddynya. Meski dalam tebakan sama, dia berharap bukan hal itu yang dimaksud daddynya.

"Bukankah, anak yang dikandung Alexa adalah anakmu?" Ucapan Daddy Jo membuat Josh shock tersentak kaget. Dia tahu tidak ada yang bisa disembunyikan dari sang Daddy. Entah daddynya tahu dari mana, segala hal selalu diketahui oleh sang Daddy.

"Mereka saling mencintai dad." Jawab Josh lemah menundukkan kepalanya.

"Jangan pernah menyesal karena kau tak memperjuangkannya!" Ultimatum daddynya membuat Josh kembali berpikir, antara ingin berjuang untuk anak dan ibu dari anaknya itu atau merelakan mereka berbahagia dengan ada anaknya diantara mereka nanti.

"Aku tak menyalahkan mu juga tak membela John. Kalian sama-sama putraku. Dan entah kenapa hal ini menjadi karma untukku di masa lalu karena mendapatkan mommymu hampir dengan cara yang sama. Hanya saja dulu mommy tak sampai hamil. Daddy hanya memaksa untuk menjadi suami kedua dari mommymu." Jo menatap lekat Josh.

"Suami... kedua...?" Guman Josh menatap daddynya tak percaya.

"Karena bagi Daddy, Daddy tak akan bisa menemukan lagi wanita seperti mommymu. Untuk itulah, meski perasaan belum ada diantara kami, Daddy ingin mengikat erat mommymu disisi Daddy agar tidak bisa lepas dari Daddy." Ucap Jo tersenyum mengingat masa lalunya dengan sang istri.

Josh terdiam, namun lagi-lagi dia mengingat tentang permohonan Alexa dengan deraian air mata tempo hari yang membuatnya tak sanggup untuk tidak berkata iya padanya.

.

.

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!