Cklek
Alexa tersentak kaget melihat pintu kamar perawatannya tiba-tiba terbuka. Muncul wajah yang tidak asing baginya. Setelah beberapa kali kemunculan Josh sang ayah biologis bayinya, hati Alexa selalu merasa tak tenang. Meski harus memaksakan untuk nyaman. Wajah yang sudah sejak tadi meninggalkannya beberapa jam lalu kini muncul lagi di kamar perawatannya.
Alexa memicing menatap pria di hadapannya membuat John mengernyit melihat reaksi kekasihnya seperti waspada pada kehadirannya. Perawat yang sejak tadi menungguinya juga terdiam, seolah sedang menebak siapa pria di hadapannya ini. Direktur utama rumah sakit tempatnya bekerja atau suami yang digembor-gemborkan oleh para perawat rumah sakit selama ini.
"Kau merasa lebih baik baby?" Satu kalimat pertanyaan John yang keluar dari mulutnya membuat Alexa menghela nafas lega saat tahu pria di hadapannya ini adalah kekasihnya John. Bukan Josh pria ayah biologis bayinya. Alexa sedang tidak ingin berdebat dengannya.
"Ya." Jawab Alexa singkat menatap John yang mendekati ranjangnya.
"Saya permisi tuan." Pamit perawat yang langsung tahu diri untuk memberikan waktu pada pasangan itu.
"Kau sudah makan siang?" Tanya John lagi.
"Ya."
"Sudah minum obat?"
"Baru saja." Jawaban singkat Alexa membuat John mengernyit melihat perubahan wajah tak bersemangat Alexa kekasihnya.
"Apa yang kau pikirkan beb?" Tanya John membelai pipi kekasihnya namun entah kenapa Alexa memilih menghindar.
"Ini rumah sakit John." Tolak Alexa beralasan. John terdiam merasakan kekecewaan di sudut hati kecilnya namun dia memilih untuk mengabaikannya.
"Apa dia baik-baik saja?" Tanya John melirik ke arah perut Alexa. Alexa yang tak paham dengan pertanyaan John mengikuti arah pandangnya.
"Begitulah kata dokter." Jawab Alexa menghindari tatapan mata John merasa bersalah.
"Boleh aku menyentuhnya?" Pertanyaan John membuat Alexa kembali menatap John intens dengan tatapan sendu.
"Tentu." John tersenyum sumringah, dia mengira akan ditolak lagi, kini tersenyum lebar sambil mengelus perut Alexa yang masih rata.
"Aku sudah memutuskan." Ucap John disela elusan tangannya.
"A-apa?" Tanya Alexa merasakan perasaan tak enak.
"Setelah bicara dengan Daddyku, aku berniat untuk melamarmu secara resmi. Dan..."
"Tunggu! Stop!" Sela Alexa sambil melambaikan tangan menghentikan ucapan John.
"Ya?" Tanya John menatap Alexa dengan senyumannya.
"Bisa kau ulangi lagi ucapanmu?" Tanya Alexa menatap John tak percaya.
"Aku akan melamarmu secara resmi setelah bicara dengan Daddyku. Saat ini beliau sedang mempersiapkan diri untuk peringatan kematian mendiang mommy. Jadi... maukah kau sedikit bersabar?" Jelas John menatap Alexa sumringah.
"Tapi... aku hamil anak pria lain John." Ucap Alexa sendu tak mau terlalu besar kepala dengan lamaran kekasihnya. Bagaimana pun juga John tak harus bertanggung jawab atas bayinya.
"Aku tak peduli. Asal itu anakmu aku akan menerimanya dengan baik." Jawab John masih mempertahankan senyumannya meski merasa tersayat di dadanya.
"Tapi aku peduli John." Senyum di bibir John memudar mendengar ucapan Alexa.
"Kau tahu siapa ayah kandungnya?" Tanya John dengan wajah datar.
"Maaf." Alexa menundukkan kepalanya merasa bersalah tak mampu menjawab.
John tersenyum getir mendengar permintaan maaf Alexa. Dia membuang pandangannya ke sembarang arah. Ingin dia berteriak mengamuk apapun, namun dia harus memikirkan kondisi mental Alexa. Dia tak mau bertindak brutal di hadapan Alexa saat ini.
"Aku akan memberikan waktu untukmu berpikir dengan lamaranku. Tapi, kalau pria itu datang untuk bertanggung jawab dan kau menerimanya. Aku rela, asal kau bahagia dengannya." Ucap John setelah menghela nafas panjang. Alexa sontak mendongak menatap John sendu.
"Istirahatlah! Aku akan bicara pada dokter tentang keadaanmu dan kapan kau bisa segera pulang." Ucap John dengan senyum terpaksa meninggalkan kamar perawatan Alexa.
.
.
"Tuan." Panggil seorang maid berdiri tak jauh dari sofa tempat duduk Jonathan sambil melihat pemandangan di luar jendela. Jonathan menoleh menatap maid itu.
"Tuan muda John mencari anda." Ucap maid itu seolah tahu tuan besarnya bertanya dengan kode tolehannya.
"Akhirnya dia mengutarakannya?" Jawab Jo yang sudah bisa menebaknya.
"Benar tuan." Jawab maid itu sambil menundukkan kepalanya sopan.
"Sepertinya mendiang istriku akan kecewa." Ucap Jo terdengar merasa bersalah, apalagi terdengar helaan nafas putus asa tuan besarnya terlihat jelas.
"Tuan sudah berusaha sebaik mungkin." Jawab maid paruh baya itu, maid yang sudah melayani keluarga Alensio saat awal pernikahan Jonathan.
"Aku akan merasa bersalah jika kedua bersaudara itu bermusuhan nantinya." Ucap Jo sambil menghela nafas kasar.
"Itu tidak akan terjadi tuan. Mereka adalah putra kebanggaan mendiang nyonya. Mereka pasti tidak akan membuat mendiang nyonya kecewa. Sejak kecil mereka sangat rukun, bahkan lupa bagaimana caranya mereka bertengkar." Ucap maid itu terdengar kalimat penghiburan bagi Jonathan.
"Kuharap begitu." Jo menerawang ke luar jendela kaca di depannya yang merupakan taman bunga mawar kesayangan mendiang istrinya.
"Aku merindukanmu baby." Guman Jo tanpa sadar air matanya menetes di pipinya.
Maid menatap sendu tuan besarnya yang masih tetap setia di tahun ketujuh kematian mendiang nyonya besar.
Nyonya, akan hadir calon cucu nyonya. Semoga nyonya tidak kecewa disana. Batin maid itu ikut menerawang ke luar jendela kaca.
.
.
"Aku harus berusaha memisahkan mereka berdua." Guman Camila berjalan bolak-balik di pantai kantor dengan gelisah.
"Sebenarnya dia sakit apa sampai dia tidak boleh ditemui sembarangan tanpa izin CEO." Guman Camila semakin kesal.
"Mana ponselnya tak bisa dihubungi lagi." Camila kembali mengumpat kesal berjalan gelisah.
"Aku akan mencari informasi itu. Ah... dia..dia bisa diandalkan." Camila meraih ponselnya menghubungi seseorang.
.
.
"Aku diizinkan pulang besok?" Tanya Alexa antusias. Dia merasa senang sudah diizinkan pulang. Dia sudah baik-baik saja. Dia ingin segera meninggalkan rumah sakit.
"Tentu." Jawab John ikut tersenyum melihat senyum antusias Alexa.
"Apa tidak bisa sekarang?" Tawar Alexa menatap John antusias.
"Dokter akan memeriksamu nanti malam dan besok pagi. Jika semua kondisimu stabil. Dokter akan mengizinkan pulang besok pagi setelah pemeriksaan terakhir." Jelas John ikut antusias.
"Aku... aku senang bisa segera pulang." Jawab Alexa masih dengan senyuman yang tidak pernah pudar di bibirnya.
"Kau bisa tinggal di apartemenku dengan ditemani beberapa maid dari mansion. Dan kau hanya perlu beristirahat yang cukup." Ucapan John membuat Alexa terdiam.
"Aku akan pulang ke apartemenku sendiri." Jawab Alexa membuat senyum John memudar.
"Kau baru sembuh, apalagi sedang hamil. Jadi, tinggalan di apartemen dengan beberapa maid." Tolak John terdengar tak mau dibantah.
"Aku sudah baik-baik saja John. Aku akan baik-baik saja sendiri. Jangan khawatir, aku tidak akan melakukan hal bodoh itu lagi." Ucap Alexa meyakinkan John.
"Dengarkan ucapanku! Aku tidak menerima penolakan!" Titah John tegas.
"Dia anakku John, bukan anakmu." Perkataan tegas Alexa membuat John terdiam membeku. Tatapan hangatnya berubah datar dan dingin mengarah sembarangan. Alexa merasa bersalah dengan ucapan spontannya.
"Mak-maksudku... biarkan aku mengurus diriku sendiri." Ucap Alexa lagi mencoba mereda ketegangan di dalam kamar perawatannya.
"Apa kau berusaha mendorongku menjauh darimu? Kau sudah tidak mencintaiku? Kau..." John langsung keluar dari dalam kamar perawatan Alexa begitu saja tanpa pamit membuat Alexa yang hendak meraih bahunya ditarik kembali karena ragu.
Cklek
Blam
John sedikit membanting pintu kamar dengan sedikit kasar hingga mengeluarkan bunyi dentuman yang keras.
"Kak?" Josh tersentak kaget saat melihat wajah dingin kakaknya muncul dari dalam kamar perawatan Alexa. Josh salah tingkah merasa kepergok berdiri sedikit lama di luar pintu.
"Kau mendengar semuanya?" Tanya John sendu.
"Maaf kak, aku tidak sengaja. Aku berniat mengucapkan selamat atas segera diizinkan untuk pulang besok pagi. Tapi... aku mengurungkan niatku saat mendengar teriakkan kakak. Maaf." Jelas Josh beralasan meski sebenarnya dia sudah sangat lama berdiri di luar pintu.
Tadi, setelah dia merasa kesal dengan pernyataan cinta Alexa yang begitu besar pada kakaknya membuat Josh memilih menjauh sebentar dari Alexa. Dia membiarkannya untuk merenung. Namun seolah wanita itu bahagia dirinya tidak muncul sama sekali. Malah dia harus mendengar kabar kalau Alexa akan diizinkan pulang besok pagi jika kondisinya membaik.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments