Alexa menatap keduanya kaget, mereka. Pria yang tidak diinginkan Alexa hadir disana sekarang juga ada di sana. Di ruang perawatan yang sama. Seketika dirinya teringat kalau pria one night stand nya seorang dokter bahkan direktur utama rumah sakit.
Josh, juga ada disana. Ayah biologis bayi yang ada di kandungannya. Namun Alexa tak berharap sama sekali kalau bayi itu akan tumbuh di rahimnya karena kejadian semalam mereka. Kalau begini, itu artinya dia tak mungkin bisa menghindar lagi.
Dan kekasihnya, yang notabene adalah calon paman dari janinnya. Apa yang harus dia katakan nanti untuk menjelaskan semuanya. Kalau disuruh memilih lebih baik janin itu tidak ada. Mata beratnya terasa berat untuk dibuka namun samar-samar dia bisa mendengar percakapan dua orang yang ada di ruang perawatannya.
"Kak?"
"Ya?"
"Sebenarnya..."
Apa? Apa dia berniat akan mengatakan yang sebenarnya pada kakaknya? Batin Alexa memaksa membuka matanya meski berat dan seketika dirasakan kepalanya berdenyut sakit.
"Ukh ..." Keluh Alexa memegangi kepalanya.
"Kau sudah bangun?" Tanya John antusias, Josh ikut mendekat tak mengatakan apapun selain diam menatap datar ke arah wanita yang sedang mengandung darah dagingnya itu.
Alexa menatap ke arah John yang menatapnya cemas. Kemudian dia menoleh ke arah Josh yang berdiri disisi ranjang yang lainnya menatap jas dokter yang dikenakannya. Dan seketika dia sadar, dia tak mungkin bisa menutupi lagi tentang kehamilannya ini.
Alexa kembali beralih menatap John yang masih khawatir dengan dirinya dan berharap dijawab olehnya.
"Bisa... tinggalkan aku sendiri?" Pinta Alexa menatap John penuh harap.
John terdiam, bukannya menjawab pertanyaannya tapi kekasihnya memilih untuk mengusirnya. John beralih menatap Josh adiknya meminta pendapat. Dia tak mau kekasihnya kembali melakukan hal nekat lagi menyakiti dirinya sendiri atau janin yang ada di dalam kandungannya.
"Aku akan memeriksanya sebentar." Ucap Josh berinisiatif meski dia sebenarnya juga cemas meninggalkan dia sendiri.
Josh pun memeriksa dengan teliti dan seksama. Berharap tidak melukainya.
"Aku ingin diperiksa dokter yang sebelumnya." Tolak Alexa membuang pandangannya ke arah tanpa mau menatap Josh lagi. John mengernyit, dia memang meminta dokter yang sebelumnya bertanggung jawab pada Alexa untuk melimpahkannya pada adiknya agar lebih terjamin penanganannya.
"Josh akan lebih baik merawatmu." Jawab John.
"Aku akan pergi saja." Alexa mencoba bangun meski dirinya belum terlihat baik-baik saja.
"Apa yang kau lakukan beb?" Tanya John menahan Alexa yang hendak bangkit namun kesulitan. Josh hanya terdiam, dia merasa kekecewaan karena merasa ditolak kembali. Namun dia memilih diam tak mau protes.
"Aku ingin dokterku sebelumnya." Ucap Alexa lagi semakin membuat mengernyit heran. Entah kenapa Alexa terlihat enggan berurusan dengan adiknya.
"Oke, Josh akan memanggilnya." John pun menyerah, dia memilih untuk menuruti keinginan kekasihnya setelah melirik Josh meminta pendapatnya lewat tatapan mata.
"Ya dok?"
"Datanglah ke ruangan VIP kamar anggrek kemarin!" Titah Josh lalu menutup ponselnya.
"Ba...ik ... dok..." Dokter Rizal terlihat menghela nafas berat.
"Apa dia tidak bisa menghargai orang?" Guman dokter Rizal kesal. Meski begitu dokter Rizal tetap pergi menuju ruang perawatan yang dimaksud. Tempat kekasih sepupunya dirawat.
.
.
"Bagaimana keadaannya?" Tanya John pada dokter Rizal begitu juga Josh ikut menyimak meski tak begitu menunjukkan raut wajah cemasnya.
"Beliau baik-baik saja tuan, kandungannya juga baik-baik saja, dia hanya butuh istirahat yang cukup." Jawab dokter Rizal bergantian menatap John dan Josh.
"Terima kasih." Jawab Josh karena John terlihat diam dengan perasaan lega tak berniat menjawab John.
Namun tiba-tiba ponsel John berdering, dia pun mengangkat sebentar setelah melihat nama asistennya tertera di layar ponselnya.
"Ya?" Tanya John.
"..."
"Kau gantikan saja!" Titahnya.
"..."
"Kau tahu masalahku lebih serius bukan?" Ucap John marah, ekspresi wajahnya terlihat kesal.
"..." John terlihat menghela nafas panjang dan ragu sambil terlihat kesal dan marah.
"Baiklah. Kau tunggu! Akan kuusahakan!" Jawab John menutup ponselnya. Dia pun berbalik menghampiri adiknya yang masih diam di dekat pintu ruang perawatan.
"Josh!" Panggil John ragu.
"Ya?" Tanya Josh menatap John.
"Aku tak tahu kenapa dia tak mau kau yang memeriksanya. Tapi, sungguh... aku ada sedikit masalah tentang klien. Jadi..."
"Pergilah kak! Aku akan menjaganya untukmu!" Janji Josh tersenyum membuat John tersenyum dan memeluk adik kembarnya yang memang selalu tahu apa yang diinginkannya.
"Terima kasih Josh." Pamit John melirik sebentar ke arah pintu ruang perawatan Alexa dan setelahnya menghela nafas panjang.
.
.
Cklek
Alexa tak berminat untuk menoleh ke arah pintu yang dibuka entah oleh siapa. Dia memilih untuk memejamkan matanya karena merasa lelah. Lelah hati, fisik dan pikirannya. Suara langkah kakinya terdengar mendekati ranjangnya dengan santai membuat Alexa bertanya-tanya siapa yang masuk ke dalam ruang perawatannya. Dia hanya berharap bukan Josh yang masuk.
"Maaf." Bisik Josh yang terdengar bersalah, terdengar suara helaan nafas berat dan putus asa.
"Aku akan mengatakan yang sebenarnya pada John dan kita akan menikah secepatnya."
"Tidak." Tolak Alexa membuka matanya terkejut dengan pernyataan Josh. Dia pun menatap nyalang pada Josh.
"Tapi kenyataan kalau itu anakku tak bisa kau elakkan?" Jawab Josh tak menyerah.
"Ini anakku, bukan anak siapapun. Jadi..."
"Tapi aku lah ayah biologis bayi itu?" Sela Josh tak terima.
"Aku tak butuh tanggung jawabmu. Dari awal aku sudah memintamu untuk melupakan apa yang terjadi pada kita. Dan jangan harap aku akan berubah pikiran." Tolak Alexa berusaha bangkit dari tidurnya namun Josh langsung menahan.
"Kau yang memintaku untuk melupakan apa yang terjadi. Tapi aku tak pernah menginginkan untuk melupakannya. Dari awal aku sudah berniat untuk bertanggung jawab. Jadi, anak itu juga anakku." Final Josh menatap Alexa lekat. Josh mengukung tubuh Alexa diranjang. Kejadian itu begitu cepat saat Josh berusaha menahan Alexa yang hendak mencabut selang infusnya.
"Apapun yang terjadi diantara kita malam itu memang kecelakaan yang tidak kita inginkan. Namun kehadiran bayi itu membuktikan kalau kita telah terikat. Jadi jangan harap aku akan melepaskanmu, apalagi ada darah dagingku ada di dalam perutmu. Meski aku harus merebutmu dari kakakku. Akan kulakukan itu. Camkan itu! Jangan mencoba untuk menyakiti dirimu sendiri ataupun bayi itu. Aku tak akan segan-segan untuk mengulanginya malam bergairah itu." Ancam Josh kesal karena mendapatkan penolakan berkali-kali dari kekasih kakaknya yang tidak sengaja dia tiduri hingga hamil itu.
"Kau kejam Josh. Kakakmu begitu baik padamu. Apakah ini balasanmu?" Ucap Alexa lirih tanpa sadar air matanya mengalir mendengar pengakuan Josh.
"Apapun akan kulakukan demi bayi yang terlanjur ada di dalam rahimmu." Jawab Josh tegas menatap Alexa dingin seolah tak merasa kasihan pada wanita itu. Meski sebenarnya Josh merasa bersalah dan tak tega melihat air matanya. Namun dia terlanjur benci yang selalu mendapat penolakan dari ibu bayinya.
"Kau yakin ini bayimu? Bagaimana kalau bukan? Bahkan aku juga sudah tidur dengannya?" Tantang Alexa menatap tajam penuh kebencian pada Josh. Raut wajah Josh berubah, rasa kecewanya kembali terlihat dari raut wajahnya. Sebesar itu penolakan Alexa padanya. Namun dia langsung teringat ucapan kakaknya kalau dia tak pernah menyentuh kekasihnya sekalipun.
"Kita bisa lakukan tes DNA saat dia lahir. Aku bisa jamin kalau itu adalah darah dagingku." Tantang balik Josh masih pada posisinya.
Keduanya pun saling diam, saling menatap dengan nafas yang sama-sama memburu karena bicara dengan emosi. Josh melirik pergelangan tangan yang dicekalnya terlihat memerah dan secepat itu melepaskannya. Dia pun segera keluar dari ruang perawatan Alexa tanpa pamit membuat Alexa menangis dalam diam sambil memegangi pergelangan tangannya yang memerah.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments