Bab 11

"Ya Josh?" Tanya John saat terdapat panggilan di ponselnya dari adiknya. Saat ini dia dalam perjalanan pulang ke mansionnya untuk bertemu sang Daddy setelah meeting mendadak tadi.

"Dimana kakak?" Tanya Josh sambil berjalan menuju ruang kerjanya.

"Aku mau pulang ke mansion sebentar." Jawab John sambil memberi kode untuk jalan pada sopirnya.

"Pulang?"

"Hmm. Aku ingin mengatakan pada Daddy untuk melamar Alexa Josh." Jawab John terdengar bersemangat membuat Josh entah kenapa merasa kecewa.

"A-apa maksud kakak?" Tanya Josh gugup namun berusaha menutupinya.

"Aku mencintainya Josh. Aku tak bisa hidup tanpa dia." Jawab John lemah meski masih terdengar sedikit antusias.

"Bukannya kakak mengatakan kalau janin itu..."

"Aku sudah tak peduli Josh. Siapapun ayah biologis bayi itu aku akan berusaha menerimanya asal itu anak dari Alexa. Wanita yang aku cintai." Jawab John yakin membuat Josh terdiam merasa tak rela anaknya diakui oleh pria lain meski itu kakaknya. Bukan dia yang tak mau mengakui tapi Alexa menolaknya berulang kali.

"Ka-kakak yakin?" Tanya Josh lagi.

"Ya Josh, aku sudah memikirkannya sepanjang hari ini. Aku sudah tak peduli dan mencari tahu siapa ayah biologis bayi itu. Karena aku mencintai apa yang ada di dalam kekasihku. Dan aku berniat untuk melupakan masa lalu dan mencoba untuk menerima bayi itu." Jelas Josh mengangguk yakin meski tahu Josh tak akan melihatnya.

"Bagaimana jika suatu hari kakak akhirnya tahu siapa ayah biologis bayi itu?" Tanya Josh lemah terdengar putus asa.

"Entahlah.... Ehm... Mungkin aku akan sedikit memukulinya, memberinya sedikit pelajaran... dan melupakan semuanya.... Asal kami saling mencintai kami rasa itu cukup." Jelas John lagi masih dengan nada yang sama meski tersimpan sedikit getir di hati John. Dia memang sudah bertekad untuk menerima apapun dalam diri kekasihnya itu. Meski dia bukan pria pertama kekasihnya yang telah menjalin hubungan dua tahun itu.

Josh terdiam tak mampu menjawab ataupun mencegah sang kakak lagi. Mungkin membiarkan anaknya diakui oleh kakaknya itu tidak buruk. Toh mereka saling mencintai. Cinta mereka tak mungkin goyah meski apapun yang terjadi pada mereka nanti.

*Apakah aku harus menyerah?

Apa dengan berdiam saja itu hal baik*?

Batin Josh berkecamuk sendiri antara rela dan tidak rela anak dalam kandungan ibunya diakui oleh kakaknya.

"Sudah ya Josh, aku sudah sampai, aku ingin menemui Daddy." Ucap John di seberang.

"Ah... tentu kak." Jawab Josh menatap layar ponselnya sendu.

Raut wajah marah, kecewa, sedih dan putus asa berhasil menyita perasaannya saat ini. Perasaan bimbang antara merelakan sang buah hati yang bahkan belum lahir untuk kakaknya hanya mampu membuat Josh merelakan demi kebahagiaan mereka berdua yang saling mencintai.

"Mungkin kalau kakak tidak apa-apa. Dia pasti bisa menyayanginya meski bukan anak kandungnya. Tapi keponakannya." Guman Josh mengusap wajahnya putus asa.

.

.

"Selamat datang tuan muda." Sapa maid di mansionnya.

"Apa Daddy ada?" Tanya John basa-basi tanpa menjawab sapaan maid yang hanya dijawab senyuman.

"Maaf tuan muda, tuan besar tidak ada di mansion." Jawab maid sopan sambil masih menunjukkan kepalanya.

"Tidak ada?" Ucap John terlihat kecewa langsung menatap maid itu.

"Iya tuan muda."

"Bukannya tadi pagi masih ada?" Tanya John tak percaya.

"Tuan besar berangkat lebih awal ke villa milik keluarga tadi pagi tuan muda."

"Berangkat ke villa? Villa Sangrila?" Ucap John menghela nafas kecewa.

"Benar tuan muda." Jawab maid.

John mulai mengingat sesuatu tentang villa kesayangan mendiang mommy nya itu. Seluruh keluarganya akan datang ke villa itu jika tepat peringatan meninggalkannya sang mommy. Tapi...

"Oh my God." Guman John sambil menepuk jidatnya terkejut, seolah dia baru mengingat sesuatu yang penting.

Dua hari lagi adalah peringatan kematian mendiang mommy. Sudah lebih dari tujuh tahun mommy meninggalkan dunia ini. Batin John.

"Tunggu! Bukannya peringatan kematian mendiang mommy masih dia hari lagi? Biasanya Daddy akan kesana sehari sebelumnya?" Tanya John menatap maid itu intens.

"Maaf tuan muda. Saya tidak begitu mengerti, tuan besar hanya mengatakan pada saya untuk mengatakan hal ini saja pada tuan muda. Dan beliau tidak mau diganggu urusan tidak penting setelah peringatan mendiang nyonya besar selesai. Begitulah pesan beliau tuan muda." Jelas maid itu panjang lebar membuat John kembali terdiam.

Dia tahu betul pesan itu disampaikan dengan benar-benar memang Daddy nya tidak mau diganggu hal apapun selama berada di villa Sangrila. Villa kesayangan mendiang mommy nya. Karena rasa cintanya yang begitu besar pada mendiang sang mommy, villa itu sengaja dibangun sang Daddy untuk mengingat mendiang mommy.

"Baiklah." John menghela nafas panjang, terpaksa dia mengurungkan niatnya untuk menunda niat hatinya untuk melamar sang pujaan hati.

John melepas dasinya yang terasa mencekik. Pikirannya beberapa hari kalut dan serasa mau pecah karena banyak masalah yang dihadapinya akhir-akhir ini. Tentang kekasihnya yang batal dilamarnya karena hamil anak pria lain yang dia tidak tahu siapa ayah biologis bayi itu.

"Ke rumah sakit!"

Blam

John menutup lebih kencang pintu mobil setelah masuk ke dalamnya. John memijit pelipisnya. Berharap datang ke rumah sakit untuk melihat sang kekasih. John melirik jam tangannya menunjuk pukul setengah satu siang. Waktunya jam makan siang.

"Kita ke apartemen dulu!" Titah John lagi.

"Baik tuan muda." Jawab sang sopir patuh.

.

.

Setelah dua jam John sampai di rumah sakit langsung menuju ruang kerja adiknya. Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian. John langsung pergi ke rumah sakit langsung menemui Josh untuk mencari tahu kondisi kekasihnya usai ditinggalnya untuk meeting dadakan tadi. John tak mau langsung menemui kekasihnya karena khawatir akan histeris lagi

Cklek

John langsung menyelonong masuk ke dalam ruang kerja Josh tanpa mengetuk pintu.

"Kau sibuk?" Tanya John melihat adiknya sedang menatap laptopnya serius.

"Kok John?" Josh langsung berdiri hendak menghampiri kakaknya.

"Tetaplah duduk! Aku hanya ingin tahu kondisi Alexa terakhir kali." Jelas John duduk di depan meja kerja Josh.

"Oh... dia lebih baik. Tidak histeris lagi. Sepertinya dia sudah bisa menerimanya." Jelas Josh terdengar ambigu.

"Huff... syukurlah." Ucap John menghela nafas lega.

"Kakak sudah mengatakan semua pada Daddy?" Tanya Josh ragu tidak berniat kepo.

"Daddy sedang pergi." Jawab John singkat kembali menghela nafas berat dan panjang.

"Apa ada masalah? Kemana Daddy pergi?" Tanya Josh santai berusaha tidak terdengar kepo, pura-pura sambil menatap laptopnya sesekali.

"Lusa peringatan kematian mendiang mommy? Apa kau ingat?" Tanya John menatap Josh lekat.

"Tentu. Kenapa?" Tanya Josh santai membuat John lagi kaget dan merasa bersalah.

"Berarti hanya aku yang lupa disini?" Ucap John tak percaya merasa bersalah semakin besar.

"Tidak apa, masih dua hari ke depan." Hibur Josh.

"Tapi aku seperti melupakan mendiang mommy." Jawab John putus asa menundukkan kepalanya di meja berbantal kedua tangannya.

"Berdoa saja semoga hanya tahun ini kakak lupa. Dan mendiang mommy pasti tidak akan kecewa." Hibur Josh lagi.

"Dan aku malah dengan egois mengurus masalahku." Ucap John masih merasa bersalah dengan berada di posisi semula.

"Sudahlah kak. Masih lusa. Yang penting kakak bisa menyiapkan segera apa yang biasa kita lakukan." Hibur Josh lagi membuat John merasa lebih baik dan mendongak menatap sang adik.

"Terima kasih Josh. Kau memang yang terbaik." Ucap John sambil mengacungkan kedua ibu jarinya kepada sang adik. Josh hanya tersenyum getir kembali merasa bersalah perihal Alexa.

"Kalau begitu aku akan pergi menemuinya." John berdiri merapikan jasnya yang dalamnya hanya kaus berkerah turtleneck.

"Ok." Jawab Josh menatap nanar punggung kakaknya yang menghilang di balik pintu ruang kerjanya.

.

.

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!