Josh menyetir sendiri mobilnya untuk kembali ke kota melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda beberapa hari ini karena persiapan peringatan kematian mendiang mommy nya. Josh kembali menerawang mengingat percakapan kakaknya dan Alexa tadi.
Dalam waktu tiga minggu ke depan keduanya akan melangsungkan pernikahan mereka. Dan Josh berusaha merelakan hal itu meski sebenarnya sulit. Permohonan yang penuh tangisan Alexa kemarin membuat tak tega untuk tidak menurutinya. Dia berjanji akan menyayangi anak mereka nanti meski keduanya tidak bersama. Toh pria yang seharusnya menjadi paman untuk putranya itu yang akan menjadi ayah tiri anak yang dikandung Alexa.
Lagi-lagi Josh menghela nafas panjang dan berat. Semoga rahasia ini terkubur rapat-rapat entah sampai kapan nanti. Dia hanya tak mau membuat kecewa kakak yang sangat disayanginya itu. Dia hanya berharap jika suatu saat kakaknya tahu kenyataan itu, dia akan tetap menyayangi anak itu seperti sebelumnya.
"Hai Josh." Sapa seorang wanita muda seumuran dengannya saat dia muncul di rumah sakit.
"Helena?" Gadis itu menganggukan kepalanya tersenyum saat teman seangkatannya itu masih mengenalinya.
"Terima kasih tidak melupakan aku." Ucap gadis yang dipanggil Helena itu tersenyum manis menatap Josh.
"Kapan datang?" Tanya Josh sumringah mendekati Helena yang sudah siap dengan setelah jas dokternya. Josh menilik jas dokter yang dipakai teman kuliahnya itu dengan seksama. Helena yang merasa diperhatikan intens oleh Josh tersenyum.
"Coba kau tebak?" Ucap Helena tersenyum menatap Josh.
"Kau akan bekerja disini?" Tanya Josh tak percaya, dia bahkan tersenyum sumringah, senyum yang tak pernah ditunjukkan pada siapapun kecuali pada keluarganya saja yang membuat para perawat yang melihat interaksi keduanya melongo seolah melihat orang lain saat direktur rumah sakit tempatnya bekerja tersenyum penuh semangat. Sungguh pemandangan yang langka terjadi.
"Kau benar. Aku sudah mulai bekerja dari kemarin." Jawab Helena singkat mengikuti langkah Josh yang memintanya untuk masuk ke dalam ruangannya. Dia mulai mengendalikan kesan dingin dan datarnya saat tahu banyak yang memperhatikan interaksi mereka.
"Wah, aku tak tahu. Maaf, sejak tiga hari yang lalu aku cuti bekerja." Ucap Josh penuh penyesalan.
"Tidak apa Josh, aku yang harus minta maaf karena tak bisa menghadiri peringatan kemarin. Maaf." Keduanya pun tersenyum dan mulai berbincang-bincang berbagai banyak hal tentang masa lalu yang cepat berlalu dan bercanda ria sebagai seorang teman kuliah di Inggri* beberapa tahun yang lalu.
Hingga tanpa sadar sudah tiga jam mereka menghabiskan waktu untuk berbincang-bincang dan waktu sudah menunjukkan pukul empat sore membuat Josh tak bisa melanjutkan pekerjaannya karena sudah waktunya pulang begitu juga dengan Helena yang memang hari itu belum mendapatkan tugasnya karena Josh selaku direktur utama rumah sakit tidak ada ditempat.
"Bagaimana kalau kita makan malam sebagai peringatan pertemuan kita kembali?" Tawar Helena menatap Josh yang masih berpikir untuk menerima ajakannya atau tidak.
"Ayolah! Sudah lima tahun kita baru bertemu hari ini. Mumpung pekerjaanku belum padat jadwal operasi nantinya?" Bujuk Helena memelas membuat Josh tak mampu menolak lagi.
"Ok. Setelah pulang kita bisa makan malam langsung." Jawab Josh membuat Helena tersenyum.
"Tentu." Helena segera kembali ke ruangannya untuk membereskan pekerjaannya.
.
.
"Kita mau kemana John?" Tanya Alexa saat sudah duduk di mobil John.
"Kita makan malam di luar." Jawab John tersenyum menatap Alexa.
"Bukannya banyak pekerjaan ya kamu?" Tanya Alexa basa-basi.
"Besok aku mulai bekerja. Mumpung hari ini tidak banyak pekerjaan, aku ingin mengajakmu makan malam sebelum sibuk mengurus pernikahan kita." Jawab John tersenyum sumringah menatap Alexa kekasihnya penuh kasih.
Hati Alexa mencelos sedih mendengarnya. Bagaimana pun juga John terlalu baik untuknya. Bahkan dia masih berniat menikahinya meski dia sedang hamil anak dari pria lain meski yang tak lain adalah adik kandung kekasihnya itu.
"Kau tak perlu melakukan hal ini John, kau sudah terlalu baik padaku." Ucap Alexa merasa bersalah.
"Tidak. Sudah lama aku terlalu mengabaikanmu karena sibuk dengan pekerjaanku. Maaf." Alexa tersenyum mendengar permintaan maaf kekasihnya itu.
Seharusnya akulah yang minta maaf John. Kau sudah mengkhianati hubungan kita. Namun karena perasaan tulusmu itu membuatku semakin bersalah. Apalagi kau harus bertanggung jawab dengan perbuatan yang dilakukan adik kandungmu sendiri. Batin Alexa tersenyum getir tak mampu menjawab ungkapan kekasihnya.
Tak sampai satu jam mereka sudah tiba di restoran yang sudah di reservasi sebelumnya oleh John. Dan seorang pelayan pun menunjukkan ruangan privat itu. John menautkan jemari tangannya pada Alexa mengikuti langkah pelayan.
Namun saat hendak membuka sebuah ruangan privat pelayan lain segera menghentikan rekannya itu dengan raut wajah merasa bersalah dan tak percaya.
"Ada apa?" Bisik pelayan yang menunjukkan ruang privat yang dipesan John.
"Di dalam sudah ada orang." Bisik rekannya yang menghentikan langkahnya tadi.
"Apa maksudmu ada orang lain? Tuan Alensio baru saja datang bagaimana bisa sudah ada orang." Bisik pelayan itu merasa bingung.
"Ki juga tak tahu yang di dalam juga tuan Alensio." Bisik rekannya.
"Tapi..."
John yang merasa ada yang tidak beres segera menginterupsi keduanya.
"Ada apa ini?" Tanya Josh marah yang langsung dielus lengannya oleh Alexa untuk meredakan amarahnya.
Kedua pelayan tersebut sontak menundukkan kepalanya kepada John mendengar seruan sarat akan kemarahan.
"Ma-maaf tuan... i-itu..." Keduanya terlihat gugup dan gelagapan.
"Katakan yang jelas!" Tanya John tidak semarah tadi karena Alexa terus mencoba meredakan amarahnya.
"Maaf tuan, saya manager disini. Apa ada masalah?" Tanya seorang pelayan yang melihat keributan tersebut dan mencoba menengahi.
"Tanyakan pada mereka!" Ucap John menunjuk kepada kedua pelayan yang menundukkan kepalanya ketakutan.
"Ada apa?" Tanya manager restoran itu.
"Maaf pak, tuan Alensio sudah melakukan reservasi ruangan privat untuk sekarang. Tapi di dalam sudah ada tuan Alensio?" Ucapan ambigu kedua pelayan tersebut membuat semua yang ada disitu mengernyit bingung.
"Bagaimana mungkin ruangan yang aku reservasi ditempati orang lain?" Seru John kembali emosi.
"Ma-maaf tuan. tapi..."
"Apa ada ruangan privat lain?" Tanya sang manager berusaha untuk tidak berpihak pada salah satu dari mereka.
"Maaf pak, semua ruangan privat sudah penuh." Jawab salah seorang pelayan takut-takut.
"Hei.." Seru John yang langsung disela oleh Alexa.
"Kita, makan malam di tempat lain saja John." Hibur Alexa.
"Tapi?"
Cklek
Pintu ruang privat itu tiba-tiba terbuka dari dalam membuat semua orang yang memang sejak tadi berdiri di depan ruangan privat itu.
"Ada apa ini?" Tanya seseorang yang membuka pintu itu.
"Josh?" Panggil John menatap tak percaya orang yang membuka pintu ruang privat itu.
"Kakak?" Jawab Josh membuat semua orang mengernyit bingung melihat dua orang yang berpakaian berbeda ada di depan mereka.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments