"Jadi...?" Helena tak meneruskan ucapannya, dia memilih untuk tidak bertanya lebih lanjut.
"Apa?" Tanya Josh yang sedang fokus melajukan mobilnya.
"Lupakan!" Jawab Helena tersenyum kembali menatap jalanan ke arah depan.
"Kau memutuskan untuk tinggal disini?" Tanya Josh.
"Ya, untukmu." Jawab Helena menggoda Josh yang sontak menatap tajam pada Helena meski hanya bercanda.
"Kenapa? Kau masih belum menemukannya?" Tanya Helena. Josh menggelengkan kepalanya.
"Bagaimana dengan keluarganya?" Tanya Helena.
"Aku tak menemukan jejaknya. Tetangganya dulu mengatakan kalau gadis itu sudah dibawa ayahnya entah kemana." Jawab Josh terlihat putus asa.
"Jika kalian berjodoh pasti akan bertemu suatu hari nanti." Hibur Helena meski merasa sesak di dadanya. Josh kembali menggelengkan kepalanya.
"Tidak. Aku sudah menyerah." Jawab Josh sendu.
"Kenapa?" Tanya Helena.
"Mungkin saja dia sudah bahagia dengan seseorang yang dicintainya." Jawab Josh simpel.
"Bisa jadi dia masih menunggumu." Ucap Helena membuat Josh menggelengkan kepalanya.
"Ada hal lain yang harus menjadi fokusku saat ini." Jawab Josh masih fokus menyetir.
"Baguslah kalau kau sudah memutuskan untuk melupakannya. Dan jadi aku benar-benar tidak ada peluang lagi?" Ucap Helena menoleh menatap Josh dengan sorot mata mendamba membuat Josh menoleh sekilas menatap Helena yang menatapnya penuh harap.
"Kau akan mendapatkan seseorang yang benar-benar mencintaimu dan menerimamu." Ucap Josh.
"Huff... padahal aku berharap itu kau." Jawab Helena kembali menatap ke arah depan.
"Aku hanya menganggapmu sebagai teman. Kau tahu itu kan, sejak dulu." Jawab Josh sambil mengacak rambut Helena.
"Hei... kau merusak tatanan rambutku." Hindar Helena karena sebenarnya dia suka perlakuan Josh yang mengacak rambutnya, itu terlihat sangat menyukainya. Namun Helena tahu, dia tidak bisa merebut hati seorang Josh.
"Hahaha.." Josh malah tertawa mendengarnya. Baru kali itu dia menunjukkan tawanya di hadapan orang lain.
Setengah jam kemudian, mobil diparkir di sebuah apartemen mewah di kawasan rumah sakit milik keluarga Alensio.
"Kau tinggal disini lagi?" Tanya Josh menatap apartemen mewah yang sering dikunjunginya dulu saat Helena lulus S1.
"Mau kemana lagi? Ini satu-satunya apartemenku. Aku tak mau tinggal di mansion tanpa orang tuaku." Jawab Helena sambil keluar dari dalam mobil Josh.
"Terima kasih sudah mengantar." Ucap Helena lagi berdiri di dekat jendela mobil.
"Masuklah!"
"Sampai jumpa besok." Josh hanya melambaikan tangannya menatap punggung Helena yang sudah masuk ke dalam lift.
.
.
"Kau baik-baik saja?" Tanya John saat tiba di depan apartemen Alexa.
"Hm.. aku baik." Jawab Alexa mencoba menghindari tatapan mata John.
"Tapi kau terlihat pucat? Apa ada yang salah dengan makanan tadi?" Tanya John cemas menatap wajah Alexa lekat.
"Sungguh, aku tidak apa-apa. Mungkin aku hanya kecapekan karena faktor kehamilan ini. Mungkin dengan segera istirahat akan kembali baik-baik saja." Hibur Alexa mencoba menekan perasaannya.
"Baiklah. Jaga dirimu! Juga anak kita!" John tersenyum lembut sambil mengelus perut Alexa membuat Alexa sontak terpundur merasa bersalah melihat perlakuan manis John. Sesaat hati John merasa kecewa dan berusaha untuk menepisnya.
Ting
Suara lift berdenting menandakan sudah sampai ke tujuan lantai mereka. Sontak memecah keheningan diantara keduanya yang tiba-tiba canggung.
"Maaf. A-aku..."
"Tak apa. Ayo!" Ucap John menautkan jari-jari mereka menuju unit apartemen Alexa.
"Masuklah! Istirahatlah!" Ucap John mengantarkan Alexa dari pintu unit apartemen yang sudah disambut oleh maid yang menemaninya selama di apartemen.
"Selamat malam." Sapa Alexa sambil menutup pintu apartemen perlahan.
John menghela nafas panjang dan berat setelah Alexa benar-benar menutup pintu apartemennya.
Anggap sebagai penebusan kesalahanmu dulu John. Batin John pergi meninggalkan kawasan apartemen Alexa.
.
.
"Kakak baru pulang?" Tanya Josh melihat John masuk ke dalam mansion masih dengan berpakaian jas formal.
"Ah, Josh. Kau sudah pulang?" Sapa John paling sambil memijit pelipisnya yang terasa berdenyut.
"Kakak baik-baik saja?" Tanya Josh cemas.
"Kau buat kopi? Bisa buatkan aku sekalian?" Pinta John menatap cangkir milik Josh yang belum diseduh karena menunggu air mendidih.
"Ok."
"Aku ganti baju dulu. Kita minum ditempat biasa." Ucap John.
"Ok." Jawab Josh sambil menunjukkan ibu jarinya sebelah kanannya.
.
.
"Nona baik-baik saja?" Tanya maid melihat Alexa hanya diam sejak diantar tuan mudanya tadi.
"Aku baik-baik saja." Jawab Alexa singkat.
"Nona butuh sesuatu?"
"Tidak, terima kasih. Kau istirahatlah!"
"Kalau begitu, permisi nona." Alexa hanya menganggukkan kepalanya sambil menutup pintu kamarnya.
Flashback on
"Kakak akan menyayangi anak itu nanti." Ucap Josh saat di restoran tadi. Saat itu John dan Helena belum kembali dari toilet.
"Tentu saja. Aku yakin John seorang yang penyayang meski pada orang lain yang tidak dikenalnya. Dia juga pria yang romantis. Tidak dingin pada orang." Jawab Alexa masih terus menyuapkan irisan steak tanpa menatap wajah Josh yang berusaha menatapnya.
"Aku memang sulit untuk mengekspresikan pada orang lain." Jawaban menohok Josh membuat Alexa seketika merasa bersalah karena sikap sarkasnya barusan.
Entah kenapa setelah melihat kedekatan John, Josh dan Helena membuat Alexa terlihat uring-uringan dan ingin melampiaskannya entah pada siapa. Dan Josh lah sasarannya kali ini. Namun saat melihat kedekatan John dengan Helena, Alexa tak merasakan apapun. Alexa hanya menganggap hal itu adalah faktor kehamilannya.
"Aku tak membicarakanmu." Jawab Alexa masih dengan nada ketus.
"Tapi seolah kau menujukan hal itu padaku." Ucap Josh ikut menikmati daging steaknya.
"Tapi aku tidak menujukannya padamu!" Seru Alexa kesal hingga tanpa sadar menatap Josh tajam. Josh yang baru kali ini melihat perlakuan Alexa yang tidak seperti biasanya membuat Josh menatap Alexa lekat.
"Maaf jika itu membuatmu tersinggung." Jawab Josh mengalah menatap Alexa lembut. Karena dia bisa menebaknya kalau Alexa sedang dalam pengaruh hormon kehamilannya. Emosi yang berubah-ubah.
Alexa seketika tersadar dengan kelakuannya, diapun merutuki dirinya dalam hati.
Bodoh kau Alexa, tidak seharusnya kau melampiaskan kemarahanmu padanya. Batin Alexa mencoba meredam rasa malunya.
"A-aku juga minta maaf. Tidak seharusnya aku marah dan berteriak padamu." Ucap Alexa membuat Josh tersenyum menatap Alexa lembut. Entah kenapa tiba-tiba wajah Alexa memerah malu melihat senyum lembut Josh yang ditujukan untuknya itu.
Dia merasa besar kepala disenyumi oleh ayah dari anak yang dikandungnya.
"Semoga kau bahagia dengan pernikahanmu." Ucapan terakhir Josh membuat Alexa serasa dijatuhkan dari ketinggian tebing. Setelah disenyumi manis dan lembut, hati Alexa mencelos mendengar ucapan selamat dari ayah dari bayi yang dikandungnya.
"Kau senang?" Tanya Alexa kembali bersikap ketus lagi menatap tajam Josh.
"Tentu saja. Bukankah itu yang kau inginkan?" Tanya Josh dan keduanya pun saling diam menatap satu sama lain membuat Alexa langsung memutuskan tatapan saat mendengar pintu ruang privat terbuka.
Flashback off
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments