Bab 3

Josh sudah berada di ruang kerjanya di rumah sakit. Meski dia datang sedikit terlambat, tapi siapa yang akan mengomentarinya, toh dia adalah pimpinan. Pewaris rumah sakit milik keluarga Alensio yang terkenal itu. Pekerjaan Josh hari ini tak ada yang masuk ke dalam otaknya. Pasalnya bayang-bayang wajah Alexa yang ditampar tadi sedikit mempengaruhi pikirannya.

Josh tak mengira jika hubungan kekasih kakaknya itu tidak begitu baik dengan anggota keluarganya. Buktinya dia diperlakukan buruk seperti itu meski berada di depan ayahnya.

Apa dia bukan ayah kandungnya? Tidak mungkin. Batin Josh menatap datar dan dingin berkas kerja yang hanya ditatapnya itu sejak dia datang ke ruangannya.

Tok tok tok

"Masuk!" Titah Josh membuyarkan lamunannya.

"Maaf dok, meeting segera dimulai setengah jam lagi." Beri tahu salah seorang staf rumah sakit yang menjadi sekretarisnya.

"Ya?" Jawab Josh mengernyit seolah pikirannya sedang blank. Apalagi dia sempat mengingat kejadian semalam yang begitu panas.

"Maaf dok. Hari ini kita akan membahas pasien VVIP di kamar anggrek 5A pemasangan ring pada jantungnya." Jelas sang staf yang melihat sang direktur melupakannya.

"Kita berangkat." Jawab Josh yang akhirnya ingat.

.

.

Alexa membuka matanya perlahan, setelah sarapan yang diantar oleh maidnya. Dia tadi beranjak ke kamar dan merebahkan tubuhnya. Tanpa sadar dia pun tertidur pulas karena merasa lelah. Lelah fisik dan pikirannya. Dia mencoba mencari ponselnya yang sejak semalam mati yang ternyata terletak di nakas sebelah ranjangnya.

Alexa mencoba menyalakan ponselnya dan langsung diberondong dengan beberapa panggilan tak terjawab juga pesan masuk hingga puluhan kali. Terdapat banyak pesan dari sahabatnya Camila juga kekasihnya John.

Rasa bersalahnya pun mulai menghinggapi dirinya saat mengingat kenapa dia menghindar dari kekasih yang sudah menjalin hubungan dengannya itu setahun terakhir ini. Rasa kotor pada tubuhnya membuat Alexa berpikir untuk minta mengakhiri hubungan mereka saat ini saja. Namun rasa cintanya begitu besar pada sang kekasih hingga dia tak rela untuk melepasnya. Namun dia juga tak tega untuk terus berada di sisinya karena rasa kotor dan jijik pada tubuhnya.

Perlahan dia membaca satu persatu pesan yang masuk ke dalam ponselnya berisi pesan manis dan penuh kasih sayang serta perhatian yang diberikan sang atasannya di kantor itu. Atasan sekaligus kekasihnya itu begitu mencintainya dan melindungi dirinya. Selama mereka pacaran tidak ada kedekatan yang intim hanya sebatas ciuman bibir dan pegangan tangan.

Meski kadang-kadang sang kekasih menciumnya menggebu penuh hasrat namun dia langsung bisa mengendalikannya. Dan katanya dia ingin menikmati saat malam pertama pernikahan mereka. Kebahagiaan mana yang Engkau dustakan Tuhan. Di saat keluarganya tak menghendaki dirinya ada di dalam keluarga. Kekasihnya begitu sangat mencintainya dan menghargainya.

Namun sekarang, dia telah kotor dan jijik pada dirinya sendiri. Karena telah tidur dengan adik kekasihnya yang dikira kekasihnya.

Seandainya aku tak mendengar kata-kata Camila? Hal ini pasti tidak akan terjadi kan? Batin Alexa menyesal. Meski sebenarnya penyesalannya tidak ada gunanya.

Maafkan aku John. Maaf...hiks...hiks...Batin Alexa berkecamuk antara ingin mengakhiri hubungan mereka atau tetap melanjutkannya tanpa mengatakan apapun pada kekasihnya. Bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Toh, Josh sudah berjanji akan melupakannya dan tak akan mengatakan pada siapapun.

Dering ponsel Alexa membuatnya terkejut sontak melempar ponselnya hingga jatuh ke lantai. Alexa mengelus dadanya pelan saat melihat ponselnya kembali berdering. Untung saja ponselnya tidak rusak meski layarnya terlihat retak.

Nama kekasihnya tertera di layar ponsel membuat Alexa ragu untuk menjawabnya. Takut dengan apa yang akan dijawabnya nanti jika kekasihnya bertanya tentang dirinya. Meski sebelumnya dia akan dengan semangat mengangkat panggilan itu. Namun sekarang karena dipenuhi rasa bersalah, Alexa pun mengurungkan niatnya untuk mengangkat panggilan itu.

Hingga kelima kali panggilan tetap membuat Alexa tak mampu menjawabnya. Berpura-pura tidak tahu dengan panggilan ponselnya. Besok, dia akan mencari alasan lain untuk menjawab semua pertanyaan kekasihnya itu saat di tempat kerja.

.

.

John menatap ponselnya dengan raut wajah cemas. Apalagi sudah lima kali dia melakukan panggilan namun tidak diangkat sama sekali oleh pemilik ponsel di seberang. Entah kenapa perasaannya tiba-tiba cemas dan tidak baik.

Sejak semalam dia mencoba bersabar karena kekasihnya tidak ada kabarnya membuat John cemas. Namun dia mencoba berpikir positif mungkin kekasihnya sibuk dan tertidur karena banyaknya pekerjaan yang dibebankan padanya sebagai sekretarisnya.

"Kemana kau sayang?" Guman John masih menatap ponselnya. Dia pun menghela nafas panjang meletakkan kembali ponselnya melanjutkan makan siangnya.

Padahal beberapa saat lalu pesannya sudah terlihat dibaca, namun entah kenapa tidak langsung dibalas oleh kekasihnya. Semakin membuat John cemas saja. Sedangkan hubungan mereka masih belum terekspos di media. Karena permintaan kekasihnya untuk tidak diketahui orang banyak. Meski awalnya John tidak setuju. Namun John sudah memperkenalkannya pada keluarganya tapi belum dalam keluarga kekasihnya.

.

.

Esok pagi.

Alexa masuk kantor seperti biasanya. Pesan dan panggilan dari kekasihnya diabaikan. Selain bingung mau menjawab apa. Dia pun memutuskan untuk bersikap biasa seperti tak terjadi apa-apa. Dan berencana untuk mengakhiri hubungannya dengan kekasihnya.

Suatu saat kekasihnya itu akan tahu meski dia menyembunyikan darinya serapat apapun. Seperti pepatah mengatakan sepandai-pandainya bangkai disembunyikan pasti akan tercium juga.

Alexa menghela nafas panjang sebelum dia turun dari mobilnya untuk masuk ke dalam gedung perusahaan tempatnya bekerja. Mencoba melupakan segalanya meski rasa sesal terus menggerogotinya.

"Baby!" Seru seseorang dari belakang tubuh Alexa saat dia hendak membuka pintu mobilnya.

Deg

Detak jantung Alexa semakin cepat saat mengenali suara yang memanggilnya itu. Alexa memejamkan mata sejenak mencoba mengendalikan dirinya. Kemudian dia membuka matanya dan menghembuskan nafas pelan.

"Selamat pagi tuan." Sapa Alexa dengan formal membuat John mengernyit heran melihat reaksi kekasihnya. Namun saat beberapa karyawan berlalu lalang beberapa di sekitarnya membuat John berdehem pelan.

"Ehm. Selamat pagi. Kau sudah baik-baik saja?" Tanya John ikut bersikap formal apalagi asistennya terus mengikutinya sejak tadi.

"Saya baik tuan. Maaf, kemarin saya tidak membuat surat izin. Ada urusan mendadak yang harus saya lakukan." Jawab Alexa menundukkan kepalanya sopan.

"Tentu." Jawab John singkat menatap kekasihnya yang terlihat berbeda.

"Aku ke atas dulu." Pamit John meski dirinya ingin sekali memeluk erat tubuh kekasihnya yang dirindukannya meski baru kemarin mereka tidak bertemu. Namun entah kenapa serasa sudah sangat lama tidak bertemu.

Alexa menghela nafas panjang menatap nanar punggung kekasihnya. Rasa bersalah kembali menyeruak meski rasa cintanya melebihi segalanya.

Maaf sayang, maafkan aku. Batin Alexa sendu.

.

.

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!