"Nona, nona.. apa yang anda lakukan?" Seru perawat itu mencekal kedua tangan Alexa yang berusaha menyakiti kandungannya. Perawat itu menahan sebisa mungkin sambil berteriak meminta tolong pada siapapun yang mungkin mendengar teriakannya di sekitar ruang perawatan Alexa.
"Apa yang terjadi suster?" Tanya seorang perawat pria yang kebetulan lewat mendengar teriakkan histeris Alexa juga termasuk perawat yang menjaganya yang ikut panik.
Setelah perawat pria itu mencekalnya karena tenaga perawat wanita itu dapat dilepas dengan mudah oleh Alexa, perawat wanita itu menekan tombol panggilan dokter.
Tak sampai lima belas menit dokter datang dan memberikan suntikan penenang yang aman untuk kandungan pasien. Hingga Alexa yang histeris langsung tenang.
"Bagaimana hal ini bisa terjadi sus?" Tanya dokter menatap perawat yang terlihat juga ketakutan.
"Maafkan saya dok, saya hanya menjelaskan tentang keadaannya yang sedang hamil. Lali tiba-tiba dia berteriak histeris sambil memukuli perutnya." Cerita sang perawat membuat dokter menghela nafas panjang.
"Saya akan menghubungi walinya untuk memberi tahunya. Suster tetap disini menunggui pasien jikalau dia siuman nanti." Ucap dokter itu yang diangguki perawat wanita tadi.
Dokter pun keluar dari ruang perawatan tersebut diikuti perawat pria yang ikut membantu tadi untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
Para perawat yang sempat lewat dan mendengar teriakkan histeris tadi mulai kasak-kusuk dan bercerita pada rekan-rekannya sesama perawat yang lain. Dan kabar itu seketika langsung heboh ke penjuru rumah sakit meski tidak ada yang tahu siapa pasiennya. Mereka hanya mendengar kabar kalau ada seorang pasien wanita korban pelecehan seksual yang sekarang hamil namun dia tidak terima saat dinyatakan positif hamil oleh dokter.
Josh yang memang sudah ada di ruang kerjanya juga mendengar kasak-kusuk para perawat yang memang seolah-olah hal biasa untuk digosipkan. Josh langsung memanggil salah seorang stafnya namun tak ada jawaban dari telpon meja kerjanya.
Josh pun beranjak keluar ruangan melihat sekeliling mencari seseorang yang mungkin bisa dimintai pertanyaan tentang desas-desus yang didengarnya. Namun sepertinya memang tak ada yang banyak perawat atau dokter yang berlalu lalang di depan ruangannya. Bahkan semuanya takut walau hanya sekedar lewat saja. Karena sang direktur utama rumah sakit sangat dingin dan galak.
"Ya dok?" Jawab pria di seberang ponsel Josh.
"Apa yang terjadi?" Tanya Josh langsung yang dijawab kernyitan di dahi si penerima telepon. Dokter jaga yang mengurusi pasien kemarin juga pagi ini.
"Kenapa banyak perawat yang bergosip?" Ucap Josh.
"Ah... itu dok... ada pasien yang histeris ingin membunuh bayi dalam kandungannya." Jawab dokter itu ragu.
"Apa?" Sentak Josh terkejut.
"Kau kirim berkasnya ke emailku. Sekarang!" Seru Josh tak mau dibantah, bahkan ponselnya langsung ditutup tanpa mendengar jawaban dari si penerima panggilan.
"Ba...ik dok."
"Direktur pasti akan marah setelah ini." Guman dokter itu langsung berlari ke ruangannya tak mau sang direktur menunggu lama.
Tak sampai lima menit, Josh sudah menerima email yang dikirim tentang pasien yang sedang digosipkan. Dia langsung membuka data-data serta rekam medis milik pasien tersebut.
Deg
Dadanya berdetak kencang, jantungnya berdebar-debar. Rasa bersalah kembali menghantuinya. Berdasarkan rekam medis pasien, dia bisa menghitung benih siapa yang ada di kandungan pasien. Apalagi saat melihat wali penanggung jawab pasien dirinya kembali bagai tertimpa batu.
Josh tak banyak diam langsung berlari menuju ruang perawatan pasien yang digosipkan tadi. Panggilan serta salam dan sapaan para perawat dan dokter tak dihiraukannya. Bahkan semua orang terlihat cemas dan mengernyit keheranan melihat direktur utama rumah sakit tempat mereka terlihat tergesa-gesa dengan raut wajah cemas dan khawatir.
"Ada apa dengan pak direktur?"
"Entahlah, dia terlihat cemas dan khawatir."
"Iya betul."
"Mau kemana beliau?"
"Apa ke pasien yang sedang viral tadi?"
"Mungkin?"
"Lalu, apa hubungannya dengan direktur?"
"Entahlah, mungkin dia merasa bertanggung jawab karena dia selaku direktur utama penanggung jawab di rumah sakit ini."
"Bukan." Para perawat yang bergosip tadi langsung menoleh ke arah suara.
"Siapa kamu?" Tanya salah seorang perawat menatap wanita berpakaian formal seorang pekerja kantoran menghampiri tiga perawat yang sedang bergosip tadi.
"Kalian ingin tahu, apa ingin tahu banget?" Canda wanita itu dengan seringai tipis di bibirnya.
"Memangnya ada apa?"
"Wanita tadi sepertinya korban pelecehan seksual oleh atasannya di tempatnya bekerja." Bisik wanita itu membuat ketiga perawat tadi melongo mengetahui kenyataan yang sebenarnya terjadi.
"Jadi?" Wanita itu dengan seringaiannya mulai kembali memprovokasi.
"Tapi, karena wanita tadi tidak hanya dengan atasannya melakukannya jadi... dia histeris karena bayi siapa yang dikandungnya." Bisik wanita itu membuat ketiga perawat bergidik ngeri dan jijik pada pasien.
"Betulkah?" Ketiga perawat saling berpandangan.
"Apa yang kalian lakukan disini?" Seru dokter penanggung jawab Alexa.
"Dokter... Rizal.." Ketiga perawat tadi pun ngacir meninggalkan tempat setelah memberi salam sopan pada dokter Rizal.
"Maaf... siapa anda berani mengatakan kenyataan yang belum tentu benar itu?" Tanya dokter Rizal menatap wanita di hadapannya itu kesal.
Dia merasa bertanggung jawab untuk menutupi tentang riwayat rekam medis pasiennya. Namun sekarang wanita di hadapannya yang berpakaian kantor serba mini seperti kekurangan bahan itu menyebarkan hal-hal yang belum tentu benar. Apalagi dia diwanti-wanti oleh wali pasien kalau hal ini jangan sampai menyebar. Karena wali pasien adalah kakak kembar sang direktur. Hanya dia yang tahu kenyataan, karena bagaimanapun dia masih sepupu jauh keluarga Alensio.
"Maaf dokter, jika saya menyampaikan berita fakta." Jawab wanita itu yakin.
"Bagaimana anda bisa seyakin itu tentang kabar itu. Padahal anda bukan siapa-siapa." Jawab dokter Rizal semakin kesal menatap wanita itu dingin.
"Saya tidak perlu memperkenalkan diri pada anda yang memang tidak penting untuk saya kenal." Jawab wanita itu pergi begitu saja meninggalkan dokter Rizal yang masih jengkel.
"Apa-apaan dia, tak punya sopan santun sama sekali." Umpat dokter Rizal.
.
.
"Kak John?" Josh sedikit tersentak mendapati kakaknya ada di ruangan Alexa.
"Josh?"
"Apa yang terjadi?" Tanya Josh masih memilih diam.
"Aku yang seharusnya bertanya padamu Josh?"
Deg
Josh kembali tersentak kaget dengan ucapan kakaknya yang menatapnya penuh intimidasi.
"Ya?"
"Kau kan dokter, apa yang harus dilakukan padanya?"
Josh sedikit lega, dia pun menghela nafas panjang, dia mengira kalau kejadian malam itu kakaknya mengetahuinya.
"Aku... baru membaca rekam medisnya. Dan dia..." John mengangguk tanpa menunggu ucapan adiknya berakhir.
"Aku tak pernah menyentuhnya Josh. Aku sangat menjaganya seperti pesan mendiang mommy." Ucap John membuat rasa bersalah Josh semakin besar.
"Dan sekarang aku sedang mencari dimana ayah kandung dari bayi yang ada dalam kandungannya." Lanjut John terdengar putus asa.
"A-apa?"
"Tapi semuanya nihil. Seolah pelaku sudah merencanakan semuanya dan menghapus jejak mereka." Lanjut John lagi membuat Josh mengernyit.
"Apa yang akan kakak lakukan jika sudah mengetahuinya? Apa kakak akan melepaskannya?" Tanya Josh dengan jantung yang berdetak kencang karena rasa bersalahnya.
"Entahlah... di satu sisi aku masih mencintainya. Di satu sisi aku tak mungkin memisahkannya dari ayah kandungnya. Apa yang harus kulakukan Josh?" Tanya John menoleh menatap sang adik dengan tatapan mata penuh keputus asaan.
Josh hanya terdiam dan balik menatap kakaknya yang menatapnya sendu.
"Aku mencintainya Josh, aku sangat mencintainya. Apa aku bersalah jika bertanggung jawab terhadap bayi yang bukan anak kandungku?" Ucap John lagi membuat Josh terdiam karena lidahnya terasa kelu mendengar keluh kesahnya.
"Apa yang akan kakak lakukan pada laki-laki itu?" Tanya Josh dengan dada berdebar-debar karena sedikit takut.
"Kalau mereka ingin berbahagia bersama, aku rela Josh." Lirih John tak bersemangat. Terlihat putus asa.
"Kakak... "
"Ya?"
"Sebenarnya..."
"Ukh..." Suara Alexa terbangun dari tidurnya membuat kedua saudara itu terkejut, serentak menghampiri bersamaan.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments