Bab 7

John terduduk lemas di kursi ruang tunggu depan UGD. Kabar kehamilan kekasih yang tak pernah disentuhnya karena menjaga kehormatannya membuat John shock bukan main. Rasa kecewa, sedih dan marah kini memenuhi benak pikirannya. Namun dia bingung harus pada siapa dia menumpahkan amarahnya itu. Dan siapa pria yang berani menyentuh kekasihnya. Dia tak percaya kekasihnya akan mengkhianati cinta mereka.

"Tuan." Panggil Evan melihat tuannya terlihat frustasi.

Rambut acak-acakan, baju sudah tidak rapi, dan wajahnya terlihat kusut membuat kadar ketampanan seorang Alensio masih tetap menang banyak meski dirinya dalam keadaan tidak baik-baik saja.

"Apa yang kau dapatkan?" Tanya John serius.

"Tidak ditemukan video apapun dalam kejadian saat itu." Jawab Evan penuh sesal.

"Kau sudah pastikan hal itu? Tak mungkin kan rekaman itu terhapus begitu saja?" Tanya John kesal.

"Maaf tuan, saya akan menyelidiki lebih teliti lagi." Jawab Evan menundukkan kepalanya sopan.

"Cari perawat yang bisa menungguinya malam ini!" Titah John meninggalkan kursi itu tanpa menemui kekasihnya yang sudah dipindahkan ke ruang perawatan VVIP.

"Ya?" Tanya Evan mengernyit bingung.

"Aku tidak akan mengulangi lagi." John langsung pergi meninggalkan rumah sakit tanpa menghiraukan asistennya yang masih menatapnya kebingungan.

Evan sendiri bingung dengan sikap atasannya. Dia tahu betul sebucin apa tuannya terhadap kekasihnya itu. Dan sekarang saat sang kekasih pingsan dan masih belum sadar dari pingsannya, tuannya memilih untuk tidak menemuinya bahkan menyerahkan pada seorang perawat untuk merawatnya.

"Kadang aku bingung dengan pikiran orang kaya." Guman Evan langsung pergi menemui dokter untuk menyewa perawat yang bersedia merawat kekasih tuannya itu.

.

.

"Kau baru pulang?" Tegur Josh saat melihat sang kakak masuk kedalam mansion dengan penampilan kusut. Josh tak berani menebak apa yang terjadi, dia hanya mengira kalau kakaknya sedang mengurus pekerjaan yang memang beberapa hari ini sibuk dan sering lembur.

"Hmm." Jawab John tk bersemangat, dia langsung menuju dapur untuk mengambil minuman air putih dingin. Dia butuh mendinginkan otaknya agar tetap waras setelah mendengar kejutan yang mencengangkan.

Josh hanya menatap sang kakak yang terlihat menatap kosong ke arah depan setelah meneguk air dinginnya. Josh memilih meninggalkan dapur setelah selesai membuat kopinya untuk menemani lemburnya. Besok pagi dia akan melakukan operasi pemasangan ring di jantung pasien VVIP nya.

"Istirahatlah! Jangan terlalu capek!" Saran Josh seraya pergi dari dapur membawa kopinya. John hanya mengangguk masih dengan posisi yang sama menatap kosong ke arah depannya.

.

.

"Apa yang kau dapatkan?" Tanya Jo pagi itu saat Rian masuk ke dalam ruang kerjanya di mansion.

"Non Alexa... hamil.." Ucap Rian terlihat ragu. Jo terdiam mendengar kabar dari asisten kepercayaannya itu.

"Huff... bagaimana pendapat John?" Tanya Jo.

"Tuan muda John semalam memilih untuk menghindar." Jawab Rian.

"Seharusnya aku tahu hal ini akan terjadi." Guman Jo membuat Rian terdiam tanpa menjawab apapun.

"Apa aku harus membongkar semuanya Rian?" Tanya Jo menatap asistennya intens.

"Saya mengikuti perintah tuan besar." Jawab Rian terdengar profesional.

"Termasuk sengaja menghapus rekaman cctv di hotel itu?" Tanya Jo lagi membalikkan kursi kebesarannya menatap jendela kaca di belakangnya yang menyorot langsung taman bunga mawar yang ditanam mendiang istrinya semasa hidupnya. Jo tampak menghela nafas berat, dia tak mau kedua bersaudara itu sampai bermusuhan hanya karena seorang wanita. Tapi..

"Istriku pasti akan kecewa melihat kejadian ini kan?" Ucap Jo lagi membuat Rian menundukkan kepalanya tak berani mengomentari keluhan tuan besarnya.

"Tapi aku harus menyampaikan kebenarannya kan?" Ucap Jo ragu.

"Katakan apa yang harus kulakukan Rian?" Tanya Jo lagi merasa pikirannya buntu.

"Tuan?"

"Mereka pasti akan berselisih setelah ini, istriku pasti akan kecewa disana. Aku...aku.."

"Tuan?"

"Kita tunggu saja apa yang akan dilakukan tuan muda John, bahkan tuan Josh belum tahu tentang kehamilan nona Alexa." Saran Rian tak tega melihat tuannya putus asa.

"Tapi... cepat atau lambat dia akan mendengarnya, apalagi dia dirawat di rumah sakit tempatnya bekerja. Jika melihat kepribadiannya, aku tahu dia akan berjuang untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya." Ucap Jo.

"Ingat penyakit anda tuan, jangan terlalu banyak berpikir. Anda hanya harus menjadi penengah di antara kedua tuan muda." Saran Rian tak tega melihat tuannya terlihat lemah sambil memegangi dadanya yang terlihat kesakitan setelah akhirnya dia mencoba menghela nafas mengendalikan nafasnya.

.

.

Flashback on

"Kau baru pulang?" Tanya Jo mengejutkan Josh yang baru masuk pagi itu melewati ruang keluarga yang ada Jo disana.

"Selamat pagi dad." Sapa Josh sopan.

"Duduklah!" Titah Jo dengan kode dagunya. Josh tak mampu menolak titah sang Daddy.

"Kau sudah punya kekasih?" Pertanyaan Jo membuat Josh tersentak kaget.

"Josh belum berpikir ke arah sana dad." Jawab Josh mencoba tenang.

"Kapan kau akan berpikir ke arah sana?" Tanya Jo membuat Josh lagi-lagi terdiam.

"Josh belum berniat untuk mempunyai hubungan dengan seseorang dad." Jawab Josh lagi beralasan.

"Bahkan kakakmu sudah berniat untuk melamar kekasihnya."

Deg

Detak jantung Josh terdengar kencang, lebih berdebar ketimbang biasanya. Dia terdiam tak menjawab apapun.

"Apa kau tak berniat menyusul kakakmu?" Tanya Jo lagi.

"Biarkan kakak menikah lebih dulu." Jawab Josh masih berusaha tenang.

"Josh!" Panggil Jo membuat Josh berdebar, seolah dia terpergok melakukan kesalahan sontak menoleh menatap sang Daddy.

"Ya dad?" Josh menoleh menatap sang Daddy.

"Kau tahu Daddy benci kebohongan kan?" Josh terdiam menatap wajah Jo intens.

"Dad?"

"Daddy hanya tak mau kalian berkelahi. Daddy hanya ingin kalian rukun. Kau mengerti kan maksud dad?" Josh terdiam, entah kenapa dia merasakan kekecewaan yang teramat sangat namun dia mencoba mengendalikannya memilih mengalihkan pandangannya.

"Josh tahu dad." Jawaban Josh membuat Jo sedikit lega. Dia pun menghela nafas panjang penuh kelegaan.

"Istirahatlah!" Titah Jo yang hanya diangguki Josh, dia pun beranjak meninggalkan ruang tengah untuk masuk ke dalam kamarnya yang ada di lantai dua tak jauh dari kamar John sang kakak.

Flashback off

.

.

Alexa membuka matanya perlahan menatap langit-langit kamar serba putih itu.

"Nona sudah siuman?" Tanya perawat yang menjaganya itu ramah tersenyum lembut.

"I-ini... dimana sus?" Tanya Alexa lemah.

"Anda dirawat di rumah sakit. Saya perawat yang diminta suami anda untuk menjaga anda semalam." Jelas perawat itu masih dengan senyum ramahnya.

"Su-suami... maksud suster?" Tanya Alexa mengernyit bingung.

"Iya nona, karena suami anda ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Suami anda meminta saya untuk menjaga anda. Apalagi kandungan anda terlihat lemah baru memasuki trimester awal kehamilan." Penjelasan perawat itu membuat Alexa shock. Dia pun terdiam mencerna semua ucapan sang perawat.

Hamil? Suami? Pekerjaan? Batin Alexa terheran-heran.

"Hahaha...." Alexa tertawa getir yang ditatap aneh oleh perawat yang menjaganya itu.

"Nona baik-baik saja?" Tanya perawat masih berusaha menjaga keramahannya meski mendengar tawa Alexa terlihat aneh.

"Jelaskan apa yang terjadi dengan saya sus! Jelaskan sekali lagi, apa kata dokter!" Pinta Alexa dengan nada putus asa.

"Anda sedang hamil empat minggu, karena kehamilan anda lemah dan ini baru memasuki trimester tahap pertama, anda harus dirawat setidaknya sampai infus pertama anda habis karena anda terlihat kelelahan karena bekerja. Jadi dokter menyarankan untuk perawatan semalam. Dan karena suami anda sibuk mengurus pekerjaan, beliau meminta saya untuk menunggui anda disini." Penjelasan perawat membuat bahu Alexa kembali lemah dan tubuhnya pun kembali bersandar pada ranjang.

Kejadian semalam telah membuahkan benih di perutnya. Kesalahan satu malam membuatnya hamil dan itu diketahui pertama kali oleh kekasihnya yang notabene bukan ayah dari yang dikandungnya. Lalu, bagaimana jika dia mendengar siapa ayah dari bayi yang ada dalam kandungannya nanti.

"Aku benci... aku benci... seharusnya kau tidak ada disini. Pergi...pergi!" Seru Alexa sambil memukuli perutnya tak terima. Perawat pun terkejut menahan tangan Alexa sambil berteriak mencari bantuan.

.

.

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!