Bab 6

Aku memberikan minuman itu benar pada John, tapi kenapa dia terlihat baik-baik saja? Batin Camila.

Setelah Alexa pergi aku mencoba merayunya juga tapi tak ada reaksi apapun padanya. Kembali Camila membatin.

"Kau masih lama?" Seru Alexa dari luar bilik toilet setelah mencuci tangan di wastafel melihat bilik toilet yang digunakan sahabatnya masih tertutup.

"Iya sebentar." Jawab Camila terkejut.

Alexa melirik jam tangannya, sudah kurang dari lima menit waktu makan siang berakhir. Alexa mengangkat panggilan dalam ponselnya.

"Ya?" Jawab Alexa.

Cklek

Suara bilik toilet dibuka, munculah sahabatnya keluar dari dalam.

"Baiklah tuan, saya akan mengeceknya lagi."

Alexa memberi kode pada sahabatnya keluar toilet bersama setelah melihatnya mencuci tangan masih dengan ponsel di telinga.

"Baik. Saya masih di toilet akan segera kembali ke meja kerja saya."

"..."

"Baiklah."

"Siapa?" Tanya Camila setelah melihat Alexa menutup panggilannya.

"Asisten bos."

"Oh." Jawab Camila.

Mereka pun kembali ke ruang kerja masing-masing setelah waktu istirahat selesai. Alexa menuju lantai dua puluh dan Camila di lantai sepuluh. Mereka berpisah di dalam lift.

Ting

Pintu lift terbuka lebar dan Alexa langsung keluar karena tinggal dirinya sendiri di dalam lift. Alexa segera menuju meja kerjanya mengecek email yang tadi masuk yang diberi tahukan asisten CEO.

"Bagaimana kabarnya?" Suara seseorang yang dikenalnya di kejauhan membuat Alexa mau tak mau mendongak.

"Dia baik-baik saja." Jawab suara satunya lagi.

"Dia minta tolong untuk mengirimkan ini?" Tanya pria yang dikenali Alexa sebagai CEO nya.

Deg

Bukan John yang tiba-tiba keluar dari ruangannya yang membuatnya terkejut tapi seseorang yang bersama John. Seseorang dengan wajah mirip dengan John. Dan Alexa bisa menebaknya sebagai saudara kembar John. Dan Alexa juga pernah diperkenalkan. Dan mereka juga...

"Alexa, kau sudah kembali makan siang?" Tanya John bersamaan dengan itu Josh ikut menoleh menatap Alexa dengan tatapan wajah datar. Alexa terdiam menatap keduanya. Lidahnya kelu untuk bicara. Dia tak pernah berpikir akan bertemu kembali dengan pria yang sudah merenggut kehormatannya meski itu semua karena ulahnya sendiri.

"Alexa!" Panggil John lagi melihat kekasihnya kembali terdiam kaget.

"Ah, iya tuan."

"Kau baik-baik saja?" John menyentuh bahu Alexa lembut namun reaksi penolakan berlebihan membuat John juga terkejut melihat reaksi kekasihnya.

"Aku... baik-baik saja." Jawab Alexa menundukkan kepalanya merasa bersalah menatap John. Dia juga berusaha menghindari tatapan Josh, merasa takut jika pria itu mengatakan semuanya pada saudara kembarnya.

"Baiklah. Kau pasti capek." Jawab John mencoba mencairkan suasana canggung itu.

"Apa kabar tuan?" Sapa Alexa menatap Josh meski akhirnya kembali menunduk sopan.

"Kabar baik." Jawab Josh dingin. Entah kenapa hal itu membuat Alexa merasa kosong di dadanya menerima tanggapan dingin Josh.

Ah, begitu mungkin lebih baik? Batin Alexa tertawa getir dalam diam.

Alexa menatap saudara kembar itu berjalan menuju lift dengan tatapan nanar.

Mereka terlihat akrab dan saling menghormati dan menghargai. Apa yang akan terjadi jika John tahu apa yang terjadi pada kami? Akankah mereka sehangat itu lagi nanti? Batin Alexa berkecamuk merasa bersalah dan merasakan tak nyaman di sudut hati kecilnya.

"Kau yakin baik-baik saja? Kenapa kau bereaksi begitu berlebihan?" Tanya John setelah memastikan saudara kembarnya pergi.

"Maaf, tadi aku sedang melamun." Jawab Alexa menatap bersalah pada John.

"Kau lelah? Kau butuh cuti? Liburan mungkin?" Saran John.

"Tidak terima kasih. Mungkin tidak lembur sedikit membantu." Jawab Alexa tersenyum membuat John tertawa dengan candaan kekasihnya.

"Maaf, aku pasti sering memaksamu untuk lembur." Sesal John menatap kekasihnya merasa bersalah.

.

.

Sudah hampir sebulan sejak kejadian malam itu. Alexa sedikit melupakan hari itu dengan menyibukkan dirinya dengan pekerjaannya. Meski masih sering lembur karena banyaknya pekerjaan hal itu malah membuat Alexa merasa bersyukur. Karena kekasihnya lebih banyak menghabiskan waktu di luar kantor karena bertemu dengan beberapa klien. Sehingga waktu untuk mereka berdua benar-benar hampir tidak ada.

Meski John masih memberikan perhatiannya lewat hadiah-hadiah juga perhatian kecil lewat pesan untuk mengingatkan jam makan, hal itu membuat Alexa merasakan dadanya menghangat mendapatkan perhatian kecil itu. Namun rasa bersalah juga terus menghinggapinya juga.

"Kau ada waktu nanti malam?" Isi pesan John sore itu yang dibaca Alexa.

"Kalau pekerjaanku beres mungkin ada." Jawaban pesan Alexa.

"Bagaimana kalau nanti makan malam?" Isi pesan John. Alexa terdiam, dia terlihat menimbang-nimbang hal itu. Menatap meja di depannya tinggal beberapa berkas lagi.

"Baiklah." Jawaban pesan Alexa.

"Aku akan menjemputmu pukul tujuh malam. Bersiaplah! Dandan yang cantik!" Isi pesan John.

"Apa ada acara spesial malam ini?" Jawaban pesan Alexa.

"Ini kejutan." Alexa menghela nafas panjang. Entah kejutan apa yang diberikan kekasihnya itu.

"Baiklah."

.

.

Alexa tidak kembali ke mansionnya. Setelah kejadian malam itu Alexa memilih untuk menyewa apartemen dekat kantor. Selain tidak mau berurusan dengan ibu dan saudara tirinya dia juga menghindari berinteraksi lebih pada mereka. Dan untungnya ayahnya mengizinkannya dengan alasan jauh dari mansion.

Dia mulai bersiap mencari-cari gaun yang pantas untuknya makan malam nanti dengan kekasihnya setelah lama sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Meski bekerja di tempat yang sama hanya terhalang tembok, mereka sibuk sendiri dengan pekerjaannya masing-masing. Dan John sering keluar kantor untuk mengurus proyek juga bertemu dengan rekan bisnis.

Tiba-tiba Alexa merasakan mual di perutnya. Namun dia mencoba untuk tidak menghiraukannya. Bagaimana pun juga dia sudah siap dan hendak berangkat. Dia mencoba mencium aroma minyak kayu putih yang membuatnya sedikit lega.

Ting tong

Suara bel apartemen berbunyi membuat Alexa meraih tasnya untuk segera berangkat. Dia sudah bisa menebak siapa tamunya.

Cklek

"Selamat malam baby, kau sudah siap?" Sapa John setelah melihat pintu apartemen itu terbuka.

"Selamat malam John." Sapa balik Alexa tersenyum menatap kekasihnya yang langsung terdiam terpesona dengan penampilannya.

"Kau cantik sekali baby." Puji John membuat pipi Alexa memerah karena malu.

"Kita berangkat sekarang?"

"Tentu." Alexa meraih uluran jemari tangan kekasihnya untuk digandeng membuat Alexa lagi-lagi merasa malu.

.

.

Tak sampai satu jam mereka sampai di tempat makan yang sudah direservasi oleh John. Alexa terlihat tersenyum bahagia menatap suasana romantis restoran itu membuat Alexa merasa dadanya membuncah karena bahagia.

"Mari princess!" Sambut John membukakan pintu mobil untuk Alexa sambil mengulurkan jemari tangannya layaknya sang putri. Alexa tersenyum malu-malu diperlakukan layaknya seorang putri. Dia pun tersenyum tersipu malu sambil menerima uluran jemari tangan John.

"Terima kasih." Ucap Alexa membuat John mengernyit melihat keringat sebesar biji jagung di dahi kekasihnya dan entah kenapa wajahnya terlihat pucat membuat John cemas.

"Kau pucat beb, kau baik-baik saja?" Tanya John cemas.

"Entahlah... aku..."

Bruk

Tubuh Alexa yang hendak jatuh langsung ditangkap spontan oleh John yang menatapnya cemas dengan raut wajah khawatir.

"ALEXA!" Seru John dan pandangan mata Alexa pun menggelap.

.

.

TBC

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!