Acara peringatan hari kematian mendiang nyonya besar keluarga Alensio dimulai sejak pagi itu. Seperti tahun-tahun sebelumnya, acara yang dilaksanakan di villa Sangrila milik keluarga Alensio. Yang juga villa keluarga yang dibangun untuk mengenang mendiang sang nyonya digelar tidak sederhana itu. Menghabiskan dana yang cukup besar meski tak mengurangi sedikitpun kekayaan keluarga Alensio.
Karena bagaimanapun juga kekayaan itu bisa dikatakan keluarga terkaya di dalam negeri. Dan urutan lima belas di luar negeri. Acara doa bersama para sahabat, rekan bisnis, keluarga besar Alensio dilaksanakan dengan khusuk dan khidmat. Juga acara pembagian sedekah untuk anak yatim-piatu dan para karyawan di perusahaan yang dinaungi Alensio grup ikut merasakannya juga.
Maka tak henti pula doa-doa yang dipanjatkan para penerima sedekah juga hadiah atas nama nyonya besar. Semua orang bersyukur dan selalu mendoakan mendiang nyonya besar juga mendoakan keluarga yang ditinggalkan agar diberi kesabaran dan keikhlasan.
John dan Josh juga hadir di villa pagi-pagi sekali. Hana pun juga datang, Joana juga izin libur untuk ikut acara tersebut setiap tahunnya juga. Bahkan keluarga Rian dan istri serta anak mereka turut hadir. Alexa ikut hadir meski sedikit paksaan dari John karena memang bertujuan untuk mengenalkannya pada keluarga besarnya meski Alexa masih merasa enggan juga tak enak hati.
Apalagi jika sampai bertemu dengan Josh yang sudah ditolaknya beberapa waktu lalu membuat Alexa memilih untuk berdiri sedikit jauh sebagai tamu undangan daripada mendampingi di sisi John. Meski John terlihat tidak terima dengan keputusan calon istrinya itu.
"Istirahat saja jika kau lelah!" Ucap John yang tiba-tiba muncul di belakang Alexa yang sedang berdiri di balkon jendela villa tersebut.
Setelah acara doa bersama dan makan siang. Semua keluarga besar yang sekiranya tidak ada urusan lagi pamit pulang. Hanya tertinggal keluarga inti saja juga termasuk keluarga Rian beserta anak dan istrinya.
Alexa juga memilih untuk beristirahat di balkon lantai dua villa tersebut. Karena John belum mengizinkannya untuk pulang. Alexa hanya bisa menurut karena dengan sedikit paksaan juga dari John.
"Aku baik-baik saja." Jawab Alexa tersenyum menoleh menatap John berusaha menghindari sentuhan John yang intim padanya. Entah kenapa dia sedikit risih dan penuh rasa bersalah. Apalagi beberapa keluarga masih ada di villa tersebut meski ada di lantai satu.
"Akhir pekan ini aku berencana untuk beternak dengan orang tuamu." Ucap John masih mengecupi punggung tangan Alexa menunjukkan kasih sayangnya.
"Eh? A-apa?" Ucap Alexa terkejut sontak menatap John yang menatapnya penuh kasih.
"Pernikahan kita sudah semakin dekat. Aku akan melamar pada orang tuamu secara resmi bersama keluarga besarku." Ucap John lagi tanpa melepaskan genggaman tangannya.
"I-itu terlalu cepat." Elak Alexa menarik jemari tangannya meminum tehnya di meja yang dibawakan maid villa.
"Aku memang berniat mempercepat pernikahan kita. Bagaimana pun juga bayi kita akan semakin tumbuh di dalam perutmu." Ucapan John membuat hati kecil Alexa menghangat saat mendengar 'bayi kita' yang diucapkan oleh John. Seandainya benar itu bayinya dan John kekasihnya, Alexa pasti juga akan bahagia mendengar ucapan kekasihnya itu.
Namun lagi-lagi perasaan bersalah kembali menyusup dalam relung hati Alexa saat mengingat bahwa bayi dalam kandungannya bukan darah daging kekasihnya meski masih ada hubungan diantara ayah biologisnya dengan kekasihnya ini. Yaitu keponakan.
"John?" Ucap Alexa menatap John dengan raut wajah bersalah.
"Ya sayang?" Jawab John dengan senyum manis terus terpatri di bibirnya.
"Aku...? Aku belum siap... aku..." Belum selesai Alexa mengeluarkan kata-katanya, John segera mendekat dan menggenggam jemari tangan Alexa penuh kasih sayang.
"Aku mencintaimu sayang, aku akan tetap menerima kalian dengan penuh kasih sayang. Asalkan dia anakmu aku akan menerimanya sepenuh hati dan menganggapnya seperti anakku sendiri." Hibur John menatap Alexa dengan penuh kasih sayang. Alexa mendongak menatap John yang tiba-tiba berdiri di sisinya dengan menggenggam jemari tangannya meyakinkan dirinya bahwa dia bersungguh-sungguh dengan niatnya untuk menikahinya.
Alexa menatap John dengan intens, menelusuri wajah kekasihnya mencari kebohongan di dalam mata birunya yang menyoroti penuh kejujuran dan ketulusan. Membuat Alexa tk mampu lagi menolaknya sontak menganggukkan kepalanya mengiyakan dan hal itu membuat John tersenyum sumringah hingga bibirnya membungkam bibir tipis Alexa yang dibalas oleh Alexa penuh kasih juga.
Hingga kemudian keduanya berciuman intens penuh kelembutan tanpa menyadari ada seseorang yang menguping dan melihat percakapan mereka sejak tadi membuat seseorang tersebut merasakan dadanya berdenyut nyeri dan sesak. Seseorang itu memilih pergi meninggalkan sepasang kekasih yang sedang bercumbu dengan bayi kandungnya.
Ya, Josh yang niat hatinya ingin memanggil kakaknya untuk pamit pulang karena dirasa urusannya sudah selesai. Josh terlihat menghela nafas panjang dan berat mencoba mengikhlaskan keduanya serta anaknya yang dikandung kekasih kakaknya.
Aku tahu kakak pasti akan tulus menyayangi anakku nanti. Tapi... bagaimana kalau kakak nanti tahu bahwa aku adalah ayah biologis dari bayi itu? Josh meninggalkan villa tersebut dengan helaan nafas berkali-kali yang terasa menyesakkan dadanya.
.
.
"Kak Evan?" Panggil Hana saat selesai makan siang melihat Evan asisten kakaknya membantu ibunya membereskan piring bekas makan di meja.
"Ya nona?" Jawab Evan sopan membuat Hana terdiam sungkan mendengar ucapan formal Evan yang sudah dianggapnya kakak olehnya.
"Ah, tidak terlalu penting. Nanti... ehm... bolehkah aku ikut mobil kakak untuk kembali ke kota?" Ucap Hana malu-malu dan canggung.
Ibu Evan hanya tersenyum kecil saat tak sengaja mendengarnya. Karena dia tahu sang nona sangat menyukai putranya. Namun ibu Evan yang tak lain adalah istri dari Rian selalu mengingatkan pada Evan untuk tidak berharap lebih pada putri majikannya itu. Yang bagaimana pun juga mereka hanyalah seorang bawahan yang tidak pantas bersanding dengan putri majikannya yang sudah begitu baik pada keluarganya.
"Pak Maman yang akan mengantar nona nanti. Saya harus mengantar tuan muda pertama." Tolak Evan sopan berusaha untuk tidak menyakiti perasaan putri majikannya. Meski sebenarnya niat hatinya menolak tanpa menyakitinya.
"Oh begitu ya... pak Maman akan mengantar Daddy nanti. Tapi ya sudahlah tak apa, aku akan mencoba mencari tumpangan pada keluarga yang lain." Jawab Hana penuh rasa kecewa namun tidak begitu memperlihatkannya, karena dia tahu perasaannya selalu bertepuk sebelah tangan pada putra asisten daddynya itu.
Evan merasa bersalah mendengar ucapan Hana yang terdengar serak namun dia segera menarik jemari tangannya saat hendak menghentikan langkah Hana yang sontak langsung berbalik saat dia menolak permintaan putri majikannya itu. Evan tahu hal itu akan menyakitinya namun itulah yang harus dilakukannya dari pada menyakiti lebih dalam terhadap perasaan Hana yang diketahuinya itu.
"Kau sudah benar nak." Hibur ibu Evan menepuk lembut pundak putranya yang juga memiliki perasaan pada putri majikannya itu.
"Aku... sudah mengecewakannya Bu." Sesal Evan menundukkan kepalanya sedih.
"Tidak nak, itu lebih baik. Tuan besar dan mendiang nyonya besar sangat baik pada kita. Kita tak boleh semakin ngelunjak dengan berharap yang tidak mungkin." Hibur ibu Evan membuat Evan memaksakan senyumnya.
.
.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments