DINIKAHI ANAK MANTAN SUAMI
"Astagfirullah, jam berapa ini? Sebentar lagi bang Radis pulang kerja dan aku belum bersiap."
Raga semampai yang belum lama tertidur saat mendengar kajian di radio itu langsung beranjak. Ia menuju lemari dan menatap beberapa gaun tidur yang tergantung dengan bahan yang akan menampilkan lekuk tubuh indahnya.
Sabina menarik napas panjang. Baru saja melihat gaun-gaun tersebut desiran sesak sudah memenuhi kepalanya. Sabina seketika mengucap istigfar. Ia menghempas hal yang beberapa detik lalu mengacaukan bahagia hatinya. Sabina langsung mengalihkan wajah ke sebuah figura besar di atas ranjang. Foto cantik dirinya dengan busana adat Palembang yang tengah berpose mesra dengan seorang lelaki yang cukup tampan berbalut busana adat pula itu seketika membuat hatinya menghangat.
Sabina tersenyum. Desiran aneh memenuhi aliran darahnya saat melihat jemari kokoh melingkar di pinggang rampingnya dalam foto tersebut. Bagaimana tidak, itu adalah sentuhan pertama Radis di tubuh Sabina. Tujuh tahun lalu Sabina akhirnya melepas masa lajangnya. Dia Sabina, Sabina Carissa atau yang biasa dipanggil Bina yang baru genap berusia 20 tahun saat itu akhirnya dipersunting oleh Radis Hardan pria rupawan yang sudah menginjak usia 32 tahun.
Sabina yang melihat pantulan jam dinding menunjukkan pukul 21:05 merasa harus segera bersiap karena Radis akan segera pulang setelah menyelesaikan pekerjaan lemburnya. Seperti hari-hari sebelumnya, Radis akan sampai di rumah pada pukul 21:25 jika tak terkendala macet.
Sepuluh menit berlalu dan Sabina kini sudah tampil cantik dengan gaun tidur berwarna biru yang begitu cantik dipakai Sabina.
Sabina mematut diri di depan cermin. Desiran sesak seketika muncul, namun Sabina lagi-lagi berusaha membuang bayangan itu. Ia memilih memikirkan hal-hal indah saja, tentang hal-hal menyenangkan yang mungkin akan ia lalui bersama Radis malam nanti.
Sabina menatap tampilan cantik dirinya dengan gaun transparan melekat tubuh. Mood Sabina yang telah membaik membuat ia kembali tersenyum. Sejujurnya ada rasa malu saat Sabina melihat tampilan dirinya. Sebelum menikah, Sabina bahkan tak pernah mengenal pakaian semacam itu. Sabina yang mulai konsisten berjilbab sungguh malu bahkan saat memandang gaun seperti itu di kejauhan terpajang di muka toko.
Kini, siapa sangka Sabina kini justru sering menggunakannya. Sabina sangat ingin memanjakan mata suaminya saat ia pulang dan lelah bekerja. Sabina akan menyiapkan diri kalau-kalau suaminya menginginkannya. Sabina berusaha keras merias diri agar suaminya tak melihat hal yang tak ia sukai darinya. Ia akan membuat tubuhnya harum agar suaminya tak mencium aroma tak sedap darinya. Ia mengenyampingkan rasa malu hanya demi kebahagiaan suaminya.
Sabina baru saja selesai menghangatkan masakan saat didengarnya ketukan dari muka rumah. Sabina dengan semangat langsung mendekati pintu dan bersiap melukis senyum tercantiknya menyambut Radis.
Pintu terbuka bersamaan jawaban salam yang diucap oleh Sabina. Seperti biasa Radis akan menyodorkan jemarinya untuk dikecup Sabina dan Sabina dengan sigap meraih tas Radis dan meletakkannya di paku menempel dinding di samping lemari. Sabina mengambil segelas kopi yang sudah disiapkannya beberapa saat lalu dan meletakkannya di meja ruang tamu setelahnya dan ikut duduk di samping Radis.
Sabina sebetulnya ingin mendengar pujian Radis atas penampilannya, tapi ia tak mendengar itu.
"Bagaimana pekerjaan Abang hari ini?" Sabina menetralkan hatinya dan mulai bertanya memberi perhatian pada Radis.
"Seperti biasa," jawab Radis datar.
Sabina yang berharap suaminya itu akan menatapnya penuh cinta harus berkali menarik napas panjang saat tatapan itu hanya tertuju pada benda pipih di tangan. Ya, belakangan ini memang Radis lebih sering menatap ponsel ketimbang dirinya.
"Abang mau makan sekarang? Aku akan menyiapkannya." Sabina lagi-lagi berkata dengan sangat lembut, ia tersenyum bersiap jika suaminya akan menoleh dan menatapnya. Sabina ingin suaminya hanya melihat wajah cantiknya saja saat ia menoleh ke arahnya.
"Boleh, ambilkan lah!" kata Radis lagi-lagi tanpa menatap Sabina. Desiran sesak kembali menguasai, tapi Sabina mengalihkan semua dengan berbagai angan indah dalam otaknya. Sabina pun kembali tersenyum.
"Abang mau mandi? Aku akan siapkan air hangat!" kata Sabina yang melihat Radis sudah memasukkan suapan terakhirnya ke dalam mulut.
"Aku sepertinya tidak akan mandi malam ini, kau tidur saja, Bin! Ini sudah malam!"
Bang Radis menyuruh aku ti-dur, apa ini artinya a-ku akan tidur sendiri la-gi?
"O-hh, i-ya, Bang," lirih Sabina seketika langsung meraih piring dan gelas kopi yang telah kosong. Ia beranjak ke dapur dan menuju kamar tidur setelahnya.
Dalam kamar tidur Sabina langsung memeluk guling, tak terasa air mata itu seketika menetes saja dari sudut matanya.
Bang Radis tidak Rindu padaku, kah? Bang Radis jahat karena lagi-lagi membiarkanku tidur sendiri. Bang, aku juga ingin tidur dipeluk Abang. Janin dalam perutku juga ingin dibelai ayahnya pula.
Sabina terus bermonolog dengan air mata mulai membasahi kain penutup guling. Sabina yang tengah hamil 8 bulan memilih mengintip dari celah guling menatap langit-langit kamar. Sabina terus menahan air mata yang memaksa untuk ke luar.
Sabina masih melamun saat terdengar sayup suara televisi yang mulai menyala.
"Bang, apa kau masih mencintaiku? Mengapa menatap layar ponsel dan menonton televisi seolah lebih kau sukai kini ketimbang menatap wajahku? Mengapa kau seolah tak membutuhkan kehangatanku lagi? Apa karena aku tengah mengandung jadi tak secantik dulu? Bahkan Zidan putra pertama kita juga merindukan ayahnya. Kau selalu pulang saat Zidan sudah tidur, Bang. Apa kau tidak rindu putramu?
Sabina menarik tisu dan mengeluarkan lendir bening dari hidungnya.
Gaun tidur, untuk apa aku kenakan? Seharusnya aku sudah bisa menebak bang Radis juga tidak akan melihat penampilanku! Berhias, untuk apa! Bang Radis juga tak menghiraukanku! Bang, aku tanggung jawabmu. Jangan mengabaikanku, Bang. Aku ingin tidur ditemani olehmu! Apakah ini salah?
...💕💕...
"Mbak ... Mbak Bina!"
"Eh, Vi? Kamu balik la-gi?"
"Mbak pasti sedang melamunkan suami mbak lagi, kan? Mba-k, sudah!"
Wanita muda yang sudah terlihat cantik dengan seragam mini market tampak menggenggam jemari bocah kecil disampingnya.
"Zi-o?"
"Iya, tadi aku baru aja mau berangkat, tapi aku lihat Zio di sekitar lift. Karena aku khawatir, aku balik lagi mulangin Zio dulu," kata si wanita muda, ia meraih tisu setelahnya dan menyeka bulir di sudut mata wanita di hadapannya.
"Makasih banyak, Vi-o. Zio sini sama Bunda yaa, kak Vio mau berangkat kerja dulu! Lain kali Zio jangan ke luar apartemen ini ya anak pintar, kalau ada orang jahat bagaimana? Apa Zio ma-u jauh dari Bun-da?"
"Ng-gak, Bunda."
Bersambung ....
_____________
💕Maju mundur cantik ya😁
💕Karya ini Bubu tulis santai, plan akhir bulan 20 Bab diharap reader bersabar dan tidak baca setengah-setengah🙏
💕Terima kasih yang selalu support Bubu😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Imas Atiah
mampir nih Awal baca udh bikin nyesek
2022-11-14
0
Ainie Niknik Rafif
Semangat Bubu 😘❤❤❤
2022-11-06
0
fifid dwi ariani
trus sehat
2022-11-06
0