"Astaga, Mbak! Pak Edo itu sama aja kayak mas Alex kakak iparnya teman aku dong?"
Sabina mengangguk.
"Kok laki-laki begitu sih! Jahat banget tau gak! Aku kayaknya akan mikir dua kali nih untuk dekat dengan lelaki! Kayaknya cuma papa aku aja yang setia sayang sama mama sampai napas terakhirnya."
"Oh ya, almarhum ayah Mbak juga lelaki setia, tapi gak tahu kenapa yang dekat sama Mbak rata-rata lelaki brengsek! Astagfirullah ...." Setelah melontar makian, Sabina ingat ia tak seharusnya mengucap kata-kata seperti itu. Keduanya tampak kompak memasukan bakso ke mulut setelahnya.
"Bunda, Zio mau kerupuk!"
"Oh iya ini, Sayang," kata Sabina menyerahkan kerupuk yang ditunjuk Zio.
"Yang jelas kamu nggak boleh benci sama lelaki, Vi. Nasib setiap orang kan beda, kali aja kamu nanti ketemu sama lelaki setia yang selamanya akan mencintai kamu dengan baik tanpa menduakan kamu. Lagi pula memang kodrat wanita itu menjadi istri dan ibu. Aku juga walau hidupku begitu selalu berusaha bersyukur. Setidaknya Allah SWT sangat baik menitipkan dua jagoan sebelum aku berpisah dengan bang Radis, dua jagoan yang menjadi semangatku dalam menghadapi hidup. Ya, intinya saat Tuhan mentakdirkan sesuatu pasti itu baik dan terselip hikmah," kata Sabina sebelum menyeruput es jeruk di meja.
"Kira-kita istrinya pak Edo tahu gak ya, Mbak, kalau suaminya seperti itu? Kalau dulu Mas Alex kan ketahuan tuh mbak Puspa nyatanya gak tahu kelakuan suaminya."
"Mbak gak tahu dan gak mau tahu. Bukan urusan Mbak juga," ucap Sabina.
"Iya sih. Pantas saja ya Mbak, dulu itu pengasuhnya Putri sering ganti. Ternyata semua karena kelakuan mas Alex. Eh, Mbak tahu gak kabarnya mbak Puspa sudah mengajukan gugatan cerai sama mas Alex. Sudah ketahuan kali tuh belangnya."
"Sudah ah nggak mau ngomongin itu. Semua urusan mereka. Mbak cuma minta dijauhkan dan jangan sampai deh ketemu lagi sama mereka." Sabina bergidik, ia sangat sungguh-sungguh dengan kalimatnya.
"Amiin. Oh ya Mbak, terus rencana Mbak kedepannya apa?" tanya Viola lagi. Ia tak ingin Sabina stres dan terlalu pusing dengan hidupnya, Viola pun berusaha memastikan dan tak ingin berasumsi.
"Mbak mau jualan online aja. Kayaknya itu lebih aman deh, no interaksi dengan lawan jenis. Mbak juga bisa kerja sambil jagain Zio di rumah."
"Wah boleh tuh. Nanti Mbak pakai laptop aku aja!"
"Eh emang kamu punya?" Sabina memang belum pernah melihat Viola mengeluarkan laptopnya. Viola biasa mengerjakan tugas di kamar saja.
"Punya."
"Iya, boleh boleh. Makasih banyak ya, Vi! Kamu tuh selalu jadi penolong aku banget!" Viola tersenyum mendengar sanjungan Sabina.
"Iya santai aja, Mbak." Keduanya lantas terus berbincang sembari menghabiskan makanan.
Di tempat berbeda di sebuah rumah yang terbilang mewah, dua insan nampak sedang berbincang. Mereka tak lain adalah Galih dan Arumi. Galih yang melihat dan mendengar keinginan Edo atas Sabina merasa perlu memastikan hubungan om dan tantenya. Apakah kondisi rumah tangga sosok yang sudah dianggap orang tua olehnya itu baik-baik saja atau memang sedang mengalami problem seperti yang disampaikan Edo.
Baru saja Galih ingin bertanya, seorang ART tampak menghampiri keduanya Dengan segelas orange jus di tangan. Ia langsung meletakkan minuman di hadapan Galih setelahnya.
"Ayo diminum, Gal!" kata Arumi lembut seperti biasa. Galih mengangguk. Ia meraih gelas, meneguknya sedikit dan meletakkan lagi gelas ke atas meja.
"Tumben kamu datang di hari kerja. Ada hal penting, kah?"
Galih menggeleng. "Galih baru saja meliput berita dan lewat kawasan sini. Galih pun mampir karena ingin bertemu Tante." Galih tahu pembahasan yang akan ia lakukan begitu sensitif, tapi Galih merasa perlu melakukannya. Ia ingin tahu duduk perkara sebenarnya. Hal yang membuat omnya begitu antusias mendekati Sabina.
"Oh, ada apa?" jawab Arumi tenang.
"Begini Tante, sebelumnya Galih minta maaf jika hal yang ingin Galih tanyakan sedikit kurang sopan," lugas Galih. Galih yang biasa berinteraksi dengan banyak orang berucap dengan lantang namun namun terkesan santun. Arumi menatap lekat netra Galih, ia merasa bingung apa maksud ucapan Galih.
"Tante, sebetulnya beberapa hari lalu Galih menyaksikan sesuatu____
Galih menatap Arumi sesaat.
"A-pa?" Kalimat yang terucap dari bibir Arumi seolah mengambang, kosong tak seperti ucapan sebelumnya yang antusias.
"Galih melihat O-m bersama wanita." Arumi mengalihkan pandangnya tanpa kata. Terlihat jelas ada kesedihan di sana.
"Tante apakah hubungan Om dan Tante____
"Pulanglah, Gal! Tak perlu kamu memikirkan hubungan om dan Tante!" lirih Arumi.
"Tidak sebelum Galih tahu yang terjadi antara kalian! Kalian itu sudah seperti orang tua Galih, Galih tak ikhlas jika terjadi hal buruk dengan hubungan kalian!" Arumi menatap getir ke arah Galih.
"Hal buruk seperti apa maksud kamu?" tanya Arumi setelahnya.
"Perpisahan mungkin?"
Arumi terlihat tersenyum dengan rahut kosong. "Ka-mi tak akan bercerai. Pulang lah! Yang kamu khawatirkan tak akan terjadi!"
"Ta-pi mengapa____
"Galih! Pulang!"
"Tidak, Tante! Jawab dulu mengapa om Edo terpikir mencari wanita lain? Bukan kah kalian saling mencintai?" tanya Galih lantang. Arumi berkali menelan kasar salivanya, ia tak tenang.
"Ini kehidupan kami, kamu tak seharusnya mencampurinya, Gal! Tante bilang pulang lah atau pandangan Tante padamu akan berubah karena kamu sudah bersikap tidak____
"Apa karena anak?" sela Galih dengan cepat membuat Arumi bungkam. Seketika ada bulir di sudut mata itu. Arumi menjatuhkan tubuhnya ke sofa.
"Ja-di benar? Om kelewatan!"
"Jangan menyalahkan om!"
"Bahan Tante masih membelanya?" kata Galih heran. Ia kaget karena ternyata Arumi masih membela Edo, lelaki yang jelas-jelas siap membagi hatinya untuk wanita lain. Galih berkali-kali berdecih dalam hati. Heran dengan perilaku dua manusia matang di hadapannya.
"Seperti apa wanita i-tu? Ia menerima om-mu, ka-h?"
"Jadi Tante tahu perihal ini? Mengapa Tante bersikap seolah tenang padahal aku tahu semua berat untuk Tante!"
"Ya tentu, ia pasti menerima om mu, om mu tampan dan mapan, siapa yang bisa menolak!" Arumi terus mengeluarkan asumsinya padahal galih sendiri belum menyatakan kebenarannya.
"Sayangnya Tante salah! Ia menolak om Edo!"
Sepasang netra Arumi membulat sempurna. "A-pa? Jadi janda dengan dua anak itu berani menolak om-mu?" lantang Arumi kaget.
Janda dua anak?
"Tunggu Tante, apa maksud Tante dengan janda dua anak?"
"Ya tentang wanita itu, siapa lagi! Karyawan baru di Kafe om mu yang telah menarik hati om mu dan diharap kelak bisa memberinya keturunan. Jawab Gal! Kamu yakin kalau wanita itu menolak Edo?"
Galih mengangguk lirih.
Jadi Sabina jan-da? Beranak du-a? Aku telah terkecoh!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sehat
2022-11-06
1
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
siapa yg mengecoh, semua kan karena asumsimu sendiri
2022-10-07
1
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
semoga kamu nanti ketemu jodoh yg baik & setia ya Vio.
2022-10-07
0