MENJADI TEMAN?

"Sabina!"

"Eh Pak E-do."

"Ayo masuk!" Seperti hari-hari biasanya saat Edo menawari tumpangan untuk Sabina, Sabina pun menggeleng.

"A-yo! Ini mau hujan lho!" kata Edo lagi. Biasanya Edo akan langsung pergi jika Sabina menolak, tapi dikarenakan suara petir mulai terdengar lagi pula angkot yang ditunggu Sabina tak juga muncul, akhirnya Edo berkeras malam itu.

"Nggak, Pak! Saya menunggu angkot saja!"

"Kasihan anak-anak kamu di rumah sudah menunggu! Ayo lah! Demi anak-anak, Bina! Mau sampai rumah jam berapa kamu kalau angkotnya juga gak datang-datang? Lihat semua karyawan sudah pulang! Tinggal kamu sendiri di sini, gak takut apa kamu sendirian?"

Sabina mengedar pandang. Awalnya ia santai saja dan cuek, tapi setelah mendengar ucapan Edo Sabina jadi awas pada sekitar. Ia pun menoleh ke samping kanan dan kiri. Benar saja hanya ada dia dan Edo saja di tempat itu. Selebihnya hanya pertokoan yang sudah tutup, jalanan yang mulai sepi, pohon-pohon besar yang berdiri tegak di belakangnya bak penjaga, juga kursi-kursi jalan yang mulai kosong tanpa orang menduduki. Hal yang masih menandakan adanya kehidupan adalah berdirinya satu orang satpam yang entah sudah berapa kali berjalan mondar-mandir beberapa meter dari nya dengan pakaian serba hitam dari atas ke bawah yang lebih cocok menjadi seorang mafia ketimbang penjaga keamanan.

Sabina bingung, entah mengapa ia tiba-tiba merasakan desiran berbeda, terlebih saat bayang satpam sedang tak terlihat oleh Sabina. Sabina mulai takut.

"Bina, ayo tunggu apa lagi! Jangan paksa saya untuk meninggalkan kamu sendiri di tempat ini!" lugas Edo lagi.

Sabina lagi-lagi bergidik. Edo yang melihat rahut takut membingkai lukisan cantik wajah Sabina tanpa aba-aba menginjak pedal gas. Edo ingin menggertak Sabina dan menakuti Sabina, Edo juga kembali berpura-pura kaget saat Sabina tiba-tiba terus mengejar mobilnya dari belakang.

"Pak Edo, tunggu!"

Edo pun menginjak pedal rem membuat mobil yang dikendarai berhenti.

"Pakk!

"Kamu panggil saya?"

"Saya ikut, Pak!" Edo pun tersenyum akhirnya. Ia membuka pintu dan mempersilahkan Sabina naik.

"Ayo cepat sebelum hujan!" Sabina yang tak ada pilihan akhirnya naik.

Di dalam mobil Sabina mengutuki aktivitasnya yang kini menumpang pada Edo. Ia sadar seharusnya tak melakukan itu.

Bodoh kau Sabina. Mengapa tadi harus takut! Itu adalah jalan yang dua bulan ini kau lewati, kau takut apa? Bukankah kau punya Allah. Dan pak Edo! Tak seharusnya ia terus menawariku tumpangan. Ia lelaki beristri. Sabina Sabina! Ini semua salah, tapi bahkan hujan mulai turun! Oke cukup hari ini saja, Sabina! Hari-hari lain kau harus tegas jika pak Edo mengajakmu! Ya begitu benar!

"Kau tinggal bersama siapa, Bina?" tanya Edo menyingkirkan keheningan.

"De-ngan seorang teman da-n seorang a-nakku, Pak," jawab Sabina.

"Seorang? Bukan kah katamu anakmu dua orang?" Edo mempertegas sesuatu yang pernah ia dengar.

"Satu putra saya yang lain bersekolah di pondok." Bibir Edo membulat. Sabina melihat area jalan yang keduanya lewati saat ini. Bahkan Sabina belum mengatakan di mana ia tinggal, tapi ia bingung mengapa Edo seolah tahu alamatnya.

"Oh ya, apa mantan suamimu masih suka berhubungan denganmu? Mak-sud saya masih suka da-tang?"

Sabina menggeleng. "Ia sudah menikah lagi, Pak. Sekarang bahkan tinggal jauh dari___

Ucapan Sabina terhenti, ia menyesal sudah menjawab tanya Edo. Harusnya ia bisa menahan diri untuk tidak menceritakan hal pribadinya pada orang lain.

"Kenapa berhenti? Jujur saya suka kemandirianmu Sabina. Jika kamu setuju, saya bisa jadi temanmu! Menjalani semua tentu tak mudah, kamu butuh teman, Sabina!" kata Edo lagi.

"Maaf, Pak. Tapi saya tidak butuh teman. Sa-ya sudah memiliki-nya. Pak Pak, saya turun di sana saja. Ini sudah dekat, cuaca juga sudah cerah lagi, tak jadi hujan. Saya bisa pulang sendiri. Terima kasih sebelumnya, Pak!"

"Tapi___

"Tolong, Pak!"

"Oh, oke oke." Saat Edo membuka pintu mobil, Sabina pun dengan cepat segera turun. Ia berjalan lurus setelahnya terus menjauh dari mobil Edo.

Sesampainya di Apartemen milik Viola, Sabina langsung menuju kamarnya. Ia membersihkan diri, menjalankan ibadah dan langsung merebahkan diri di samping Zio. Ia menciumi wajah Zio. Sabina rindu Zio. Ada rasa bersalah di hati Sabina karena harus meninggalkan Zio, tapi memang keadaan memaksanya. Beruntung ia masih bisa tidur memeluk Zio, pagi hari hingga pukul dua siang merawat dan bersama Zio. Sabina merasa harus bersyukur.

Sabina yang lelah mulai menutup mata setelahnya. Namun, bukannya Sabina tertidur, ia justru mengingat setiap sikap Edo. Sabina merasa ada kejanggalan dalam perilaku Edo. Edo masuk terlalu dalam, Edo terus bertanya hal pribadi tentangnya. Ya, walau Sabina membenarkan Edo pribadi baik, tapi Sabina merasa telah lemah dengan prinsipnya. Sabina benar-benar tak boleh memberi celah syetan menelisik hatinya. Ia benar-benar harus menjaga jarak dari Edo.

Ingat Sabina! Hentikan interaksi apa pun! Ta-pi, apakah aku terlalu berlebihan? Bagaimana jika pak Edo benar-benar tulus menganggapku seorang teman? Aku hanya terlalu banyak berpikir hal yang tak benar, terlalu khawatir. Tidak Sabina, ini salah! Ya, semua salah. Bagaimana pun tak ada hubungan pertemanan antara lelaki dan perempuan atau syetan akan berada di tengah keduanya.

"Bunda ...."

"Eh, Zio? Kok bangun, ayo tidur lagi Sayang. Ini masih malam, Nak!" Sabina menepuk-nepuk paha Zio berusaha membuatnya tertidur, tapi Zio semakin melebarkan matanya.

"Zio senang Bunda sudah pulang!"

"Iya Sayang, maaf ya Nak, tadi Bunda tinggal Zio untuk bekerja," kata Sabina mengecup kepala Zio. Zio mengangguk.

"Bunda Zio mau susu."

"Oh iya, Bunda buatkan dulu ya, Sayang ...."

Sabina seperti ibu-ibu yang lain. Ia menyingkirkan lelahnya dan beranjak menuju dapur membuatkan susu Zio. Ya, seletih apa pun seorang ibu, ia akan selalu ada untuk anaknya. Ia akan melakukan apa pun untuk kabahagiaan anggota keluarganya terutama anak-anaknya, masa depan anak-anak ya. Ia mencintai mereka melebihi dirinya sendiri. Mulia lah seorang ibu.

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus bahagia

2022-11-06

1

꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂

꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂

was was juga ya Bin, takutnya istri Pak Edo dateng ngelabrak kan

2022-10-06

2

꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂

꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂

horor ya Bin

2022-10-06

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!