SEPERTI APA GALIH?

"Bunda, ayo tangkap Zio!" teriak Zio yang berada di papan seluncur. Ia meminta Sabina bersiap di bawah tepi seluncur menangkap tubuhnya. Mendengar pinta Zio, Sabina pun meletakkan sepasang jemarinya di sisi kiri dan kanan papan seluncur siap menangkap tubuh Zio sesampainya di bawah nanti.

"Ayo Bunda sudah siap!" kata Sabina melihat Zio tengah menatap ke arahnya.

Beberapa saat lalu setelah menunaikan ibadah Maghrib, Zio yang mengetahui Sabina tidak berkerja merengek mengajak Sabina ke sebuah taman dengan berbagai wahana bermain yang tak jauh dari apartemen mereka berada. Dua bulan belakangan memang keduanya tak pernah bertemu usai ashar, Sabina bekerja dan Zio bersama Viola. Alhasil momen kebersamaan keduanya sangat langka bagi Zio. Zio pun tak ingin melewatkan waktu yang ada, ia ingin berinteraksi bersama Sabina. Sabina yang tahu perasaan Zio tak dapat menolak, bahkan Viola pun akhirnya ikut karena tak ingin sendiri di Apartemen.

"Mbak, ini aku taruh di sini, ya!" kata Viola meletakkan sebuah minuman kaleng ke bangku Taman. Sabina mengangguk sembari matanya awas menatap Zio.

"Hap, tertangkap!" Sabina menahan tubuh Zio dengan sepasang tangan dan menciumi wajah putra kecilnya membuat Zio tak berhenti tertawa.

"Haa, lepas Bunda! Zio geli! Bunda, Bunda, haaa ...." Tawa Zio terdengar melengking penuh kebahagiaan. Sabina yang melihat tak ingin berhenti tersenyum pula. Ia senang melihat tawa bahagia Zio. Tawa yang belakangan tak ia jumpai. Tawa yang membuat segala perih dan rasa khawatir memudar seketika. Ya, tak dipungkiri kekhawatiran itu ada.

Sabina memang sadar rezeki sudah sepenuhnya diatur sang maha Pencipta, tapi tetap saja ia merasa khawatir akan kesulitan mencari uang setelah ia resign sementara biaya Zidan tak bisa ditunda. Sabina juga tipikal orang yang akan mendahului kewajiban yang harus dipenuhi. Ia sadar seluruh pihak yang bernaung di Pondok Zidan harus memutar uang dari wali santri, ia pun tak ingin lalai akan kewajibannya.

"Mbak, Mbak pasti bahagia ya?" tanya Viola terlontar membuat Sabina langsung menoleh dan mengangguk.

"Anak-anak adalah semangat aku, Vi. Lihat tuh, Zio polos banget. Bikin gemes," kata Sabina yang melihat Zio terus mencoba satu wahana ke wahana lain dengan antusias. Viola pun ikut mengekor pada setiap aktivitas Zio.

"Duduk di sana, yuk!" kata Sabina melihat bangku Taman berwarna putih tak jauh dari posisi mereka berdiri tampak kosong.

"Ayuk."

Keduanya setelahnya melangkahkan kaki menuju bangku Taman dan berbincang mengenai sosok yang sore tadi datang ke Apartemen mereka.

"Jadi keponakannya pak Edo sendiri nggak setuju sama niat pak Edo?" tanya Viola kaget. Sabina mengangguk.

"Wah berarti dia punya kebaikan hati tuh, Mbak. Eh, tapi kok dia bisa tau Apartemen kita sih? Aneh!"

"Aku nggak tau dia tahu darimana."

"Tapi dia nggak ada tampang kriminal kan? Kalau dari kata-katanya sih kayaknya dia baik, kalau dari tampak bagaimana? Kira-kira dia berusia berapa? Pemarah atau bagaimana menurut Mbak Sabina sosoknya?" cecar Viola yang penasaran akan sosok Galih.

Sabina tersenyum getir. "Aku nggak terlalu memperhatikan. Yang jelas usia dia pasti di bawah aku, sepantaran kamu mungkin. Orangnya tinggi. Kalau sifat aku kurang tahu, tapi melihat dari tujuan dia nemuin aku, dia mungkin bijak, kita sepaham kalau seharusnya pak Edo tidak gegabah dan justru harus merangkul istrinya guna mencari solusi bersama. Apalagi istri pak Edo menurut Galih nggak punya masalah dalam kandungannya."

"Hem, jadi Galih namanya Mbak? Dari namanya kayaknya dia sopan dan sosok yang cinta sama keluarga. Ganteng gak Mbak orangnya?" tanya Viola lagi. Entah mengapa Viola begitu penasaran akan sosok Galih. Viola ini sudah lama menjomblo, ia bukan wanita yang senang tebar pesona pada lelaki, hal yang membuat sampai di usianya yang menginjak 23 ia belum pernah pacaran. Hidupnya memang fokus untuk belajar hingga ia lulus dan kini ia fokus dengan pekerjaannya.

"Cie, yang mulai penasaran. hmm__ Ganteng. Orangnya ganteng loh Vi! Ayo Mbak dukung kamu sama dia. Kamu betul, dia kayaknya baik!"

"Mbak tau nomer hpnya dia?" Wajah semringah Viola tak bisa ditutupi. Ia terus tersenyum merasa di usianya itu harus mulai membuka hati.

Sabina menggeleng sambil terus melihat aktivitas Zio. Zio sesekali melambaikan tangan pada Sabina dan Sabina menyambut lambaian tangan Zio dengan lambaian pula.

"Boro-boro tahu. Mbak juga baru ketemu dua kali."

"Yahh!" Wajah yang sebelumnya semringah mendadak cemberut. Viola kecewa.

"Ihh, jelek banget sih kalau cemberut begitu!" kata Sabina mencubit hidung Viola.

"Ah Mbak, sakit!"

Sabina tersenyum melihat Viola yang meringis akibat ulahnya.

"Nanti deh kalau ketemu lagi Mbak mintain nomer Hpnya buat kamu!"

"Hah, serius Mbak?" Sabina mengangguk.

Cup

Sebuah kecupan mendarat di pipi Sabina. "Mbak memang kakak yang paling best deh!" kata Viola sambil memeluk Sabina. Sabina menggelengkan kepala melihat polah spontan Viola. Sabina ikut bahagia melihat Viola yang begitu senang, dalam hati Sabina berjanji akan berusaha mendekatkan Galih pada Viola jika keduanya bertemu lagi. Sabina ingin terus melihat wajah bahagia Viola seperti malam itu.

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus sukses

2022-11-06

0

꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂

꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂

Viola ecup ecup sayang ke Sabina

2022-10-07

1

Ety Nadhif

Ety Nadhif

galih sukanya ma yg janda,makanya bubu menjodohkan galih sama kamu Sabina😁

2022-09-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!