...🍁🍁🍁🍁...
Ara melihat kearah jendela kamar itu. Hari sudah malam. Dan Xavier belum kembali. Xavier mengatakan jika ia ada urusan sebentar.
Ara yang merasa bosen mencoba meraih ponselnya di atas nakas. Lihatlah notifikasi itu. Banyak yang mengirim pesan. Menanyakan ia ada dimana. Tak terkecuali Paola. Mungkin Paola mencarinya tadi. Tapi tidak menemukannya.
Tidak lama ponselnya berdering dan yang menelpon adalah ibunya.
Ketika ia mengangkat panggilan itu suara ibunya langsung terdengar memekakkan telinga.
"Kau dimana sayang. Mommy khawatir padamu. Daddy juga sudah mencoba mencari mu tapi tidak ditemukan. Mommy juga sudah menghubungi Paola. Dan ia mengatakan jika ia juga tidak tahu." cecar ibunya.
"Aku baik-baik saja mom. Dan aku sedang bersama Xavier. Kalian tidak perlu khawatir. Ia akan mengantar ku nanti." Ucap Ara. Ia tidak ingin membuat siapapun khawatir.
"Baiklah. Jika terjadi sesuatu cepat hubungi mom. Mom tutup dulu. Bye honey."
*****
Xavier tiba didepan kamar Ara dirawat. Ia pergi sebentar karena tiba-tiba sekretarisnya menelpon jika ada sedikit masalah di perusahaan nya." Namun saat ia membuka pintu ia tidak melihat Ara dikamar itu.
"Ara kau dimana honey?" ujar Xavier khawatir. Ia takut Ara pergi tanpa memberitahu nya.
"Xavier. Kau sudah kembali." Ara melihat wajah Xavier yang panik. Kenapa dengan nya?
"Dari mana saja kau. Aku pikir kau pergi." Xavier berjalan ke arah Ara. Memeluk wanita itu.
Ara yang tiba-tiba dipeluk terkejut. Hari ini Xavier memang aneh. Apa kepala nya terbentur?.
"Aku dari toilet. Tadi dokter datang dan mengatakan jika aku sudah boleh pulang. Tidak perlu rawat inap. Jadi aku mengganti bajuku."
"Baiklah. Aku akan mengantarmu." Xavier mengambil tas Ara. Menggenggam tangannya. Dan berjalan keluar dari kamar itu.
Xavier membukakan pintu mobil untuk Ara. Ia akan menebus dosanya yang sudah berlalu.
Ara yang merasa diperlakukan istimewa benar-benar bingung. Biasanya Xavier tidak seperti ini. Apalagi setelah kejadian itu. Apa Xavier benar-benar sudah berubah?.
Xavier masuk dan duduk di kursi kemudi itu. Ia melajukan mobilnya meninggalkan rumah sakit itu.
Namun saat Ara melihat jalan. Sepertinya ini bukan jalan menuju rumahnya.
"Kau mau membawaku kemana? Ini bukan arah rumahku maupun apartment ku." Tanya Ara bingung.
"Memang bukan. Aku mengatakan akan mengantarmu. Tapi aku tidak mengatakan jika aku akan mengantarmu pulang ke rumahmu." Ara akan tau kemana Ia membawanya. Tanpa Ara sadari Xavier tersenyum sangat tipis. Mungkin hanya dia yang menyadarinya.
Ara melihat gerbang mansion itu. Ternyata Xavier membawanya ke rumah lelaki itu.
"Kenapa kau membawaku ke mansion? Aku ingin pulang Xavier." Pinta Ara.
"Tidak!! kau akan tidur di mansion ku. Bahkan jika perlu kau akan tinggal bersamaku. Supaya aku lebih leluasa mengawasi mu." Tekan Xavier. Ia tidak ingin lepas pandang dari Ara lagi.
"Kau benar-benar. Aku tidak bisa tinggal bersamamu." tolak Ara.
"Aku tidak peduli. Kau akan tetap tinggal bersamaku. Sekarang turun. Atau kau mau aku menggendong mu?"
Ara mendengar itu langsung membuka pintu mobil dan berlari kedalam mansion itu.
Xavier yang melihat tingkah menggemaskan Ara hanya terkekeh. Ah. Ia sangat merindukan kelinci kecil menggemaskannya.
****
Saat ini Ara sudah berada dikamar lelaki itu. Xavier memaksa agar ia tidur dikamar yang sama dengannya. Ara sudah menolak. Tapi Xavier mengancam dengan segala cara.
Akhirnya Ara hanya mengalah. Ia lelah jika harus berdebat. Stamina nya juga belum pulih.
Lamunan Ara buyar ketika terdengar suara ketukan pintu.
"Nona. Tuan meminta saya untuk memanggil nona. Makan malam sudah siap. Dan tuan sudah menunggu dibawah." Ucap pelayan wanita itu.
"Baiklah aku akan turun." Ara segera turun kebawah. Ia tidak ingin membuat Xavier marah karen ia terlalu lama. Xavier sangat menakutkan ketika marah.
Ara melihat Xavier yang sedang fokus dengan ponselnya. Ara duduk diseberang Xavier. Kemudian Ara berdehem. Membuat Xavier merubah pandangan nya dari ponsel ke Ara.
"Kenapa kau duduk disitu. Cepat pindah kesamping ku." Perintah Xavier sambil menunjukkan kursi disisi kirinya.
Ara berdiri dan berjalan malas menuju kursi itu. Ia tidak ingin dekat dengan Xavier. Tapi Xavier selalu mampu membuatnya agar menjadi gadis yang patuh.
Mereka memulai makan malam itu dengan tenang. Tidak ada suara kecuali denting sendok dan garpu yang bekerja memindahkan makanan itu ke mulut mereka.
Ara telah selesai dengan makanannya. Ia benar-benar kenyang sekarang. Namun saat ia ingin beranjak Xavier menyuruhnya agar duduk kembali.
"Kau mau kemana? Apa kau melihat jika aku sudah selesai? Kau harus menungguku baru kau bisa pergi dari sini." ucap Xavier melanjutkan makannya.
Ara yang mendengar itu kesal. Kenapa juga ia harus menunggu Xavier selesai. Lihatlah cara Xavier makan itu. Sangat lamban jika dibandingkan dengannya.
Xavier membersihkan mulutnya ketika makanan itu sudah habis. Ia lalu melihat kearah Ara. Rupanya kekasihnya itu sudah terlelap dengan kepala di atas meja.
Sepertinya Ara sangat kelelahan. Ada hal penting yang harus ia bicarakan dengan Ara tapi sepertinya ini bukan waktu nya tepat.
Xavier menggendong Ara ala bridal style. Ia berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Tidak. Kamar itu sudah menjadi kamarnya dan Ara.
Xavier meletakkan Ara di atas ranjang king size itu. Ia menyelimuti gadisnya sampai dada. Lalu mengecup kening kekasihnya itu.
"Kau hanya perlu tau Ara. Jika aku sangat mencintaimu. Aku tidak akan pernah melepaskan mu. Kau yang mencoba masuk kedalam hidupku. Jadi aku tidak akan pernah membiarkan mu keluar."
Setelah mengatakan itu Xavier berlalu dari sana. Ia menelpon asisten nya dan mengatakan jika ia menunggu diruang kerjanya.
****
Aril mengetok pintu itu lalu meminta izin untuk masuk.
"Masuk lah." Perintah Xavier.
Aril masuk keruangan itu lalu menundukkan kepalanya.
"Ada apa kau memanggilku tuan? Apa ada sesuatu yang terjadi?" Tanya Aril. Ayolah ini jam 11 malam. Waktunya ia tidur atau bahkan menikmati dunia malam. Tapi jangan berburuk sangka. Ia hanya akan minum-minum di bar. Setelah itu pulang. Hanya itu.
"Aku ingin kau menyelidiki orang ini." Ucap Xavier dengan melemparkan map yang ada ditangannya.
Aril mengambil map itu. Membukanya. Dan mengerutkan kening. Mengapa tuannya ingin menyelidiki orang ini?. Apa orang ini sudah berani mengusik tuanya. Jika benar maka bersiap saja antara hidup dan mati.
"Aku ingin hasilnya sudah ada besok malam. Tidak ada keterlambatan." Xavier harus benar-benar tau siapa orang itu sebenarnya.
"Baik tuan. Jika tidak ada lagi. Saya pamit." Aril memberi hormat kemudian berlalu dari sana. Tuannya memberinya pekerjaan tapi hanya memberi waktu sampai besok malam. Apa tuannya pikir jika ia adalah robot. Sangat menyebalkan.
Setelah pintu ruangan itu tertutup. Xavier menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya itu. Ia harus segera mencari tau semuanya. Apakah kebetulan atau sesuatu yang sudah direncanakan.
Jika orang itu benar-benar mempunyai niat jahat. Ia tidak akan membiarkan orang itu hidup tenang. Apalagi menyangkut orang yang dia cintai.
Xavier berdiri kemudian kembali menuju kamarnya. Ia harus tidur sekarang. Malam ini pasti menjadi malam yang indah.
Xavier membuka pintu kamar itu dan melihat yang sama seperti saat yang ditinggalkannya tadi.
Xavier melepas kaosnya. Masuk kedalam selimut itu. Membalik tubuh Ara. Menghadap ke arah nya. Ia menjadikan lengannya bantalan untuk Ara. Ia lalu memeluk tubuh itu. Mengecup kening itu lama. Xavier melihat bibir merah muda menggoda itu. Ia mengecupnya dengan lembut. Tidak ingin Ara terbangun dari tidurnya.
Xavier menyudahi kecupan itu. Jika ia teruskan ia tidak akan tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Xavier melihat wajah kekasih nya itu lagi. Lalu ikut memejamkan mata.
Aku mencintaimu Clarissa Clara Barton. Gumam Xavier ikut masuk kedalam mimpi.
...T.B.N.T.S...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Khairul Afwan
lanut dong synk 😁🤗
2022-08-09
7
Aaaa
Xavier udah lah. nyerah aja
2022-08-09
11
Aaaa
lanjut dong kepo ni
2022-08-09
10