...🍁🍁🍁🍁...
Xavier saat ini sedang berada diruang rapat. Ia gelisah tidak tenang. Pikirannya hanya tertuju kepada Ara. "Apa terjadi sesuatu pada wanita itu?" pikirnya.
Tidak lama asistennya masuk dengan wajah pucat, Aril lalu membisikkan kalimat yang membuat jantung Xavier ingin melompat sekarang juga.
"Tuan. Mobil yang membawa nona Ara kecelakaan. Dan sekarang nona sedang dilarikan ke rumah sakit keluarga anda." bisik Aril dengan nada sedih.
Xavier yang mendengar kabar itu langsung melarikan kakinya keluar dari ruangan rapat itu. Ia harus segera sampai di rumah sakit dan memastikan jika Ara baik-baik saja.
Xavier melajukan mobilnya membelah jalanan kota yang ramai itu. Ia menambah kecepatan nya. Ia tidak peduli dengan keselamatannya. Yang ada dipikirannya saat ini hanya Ara nya harus baik-baik saja. Bahkan tidak jarang ia hampir menabrak para pengguna jalan yang lain.
Bunyi ban berdecit itu menandakan orang yang membawa mobil itu sedang dalam keadaan darurat.
Xavier keluar dari mobilnya dan langsung berlari menuju kamar dimana Ara berada.
Xavier menghentikan langkahnya ketika melihat ibunya Ara yang tiba-tiba pingsan dan Anthony yang menangkap tubuh istrinya. Anthony mendudukkan Marga di bangku yang berada didepan ruang ICU itu. juga ibunya yang terlihat menangis di pelukan ayahnya.
Xavier lalu melangkahkan kakinya menghampiri mereka. Jantungnya berdetak kencang. Tangannya juga gemetar. Ia tidak tau bagaimana keadaan Ara.
"Mom. Bagaimana keadaan Ara?" tanya Xavier.
Mommy nya berbalik dan langsung memeluknya. Ibunya menangis dengan keras. Xavier bertambah bingung. Ara nya pasti baik-baik saja.
"Ara masih didalam ruangan itu sayang. Kami tidak tau bagaimana dengan keadaannya. Kami masih menunggu dokter keluar. Ara pasti baik-baik saja." Ucap Ola mencoba menenangkan Xavier.
Xavier mendudukkan dirinya di kursi dingin itu. Pikirannya tidak tenang. Ia sangat ingin mendobrak pintu ICU itu dan memastikan Ara baik-baik saja. Tapi ia tidak sebodoh itu. Ia tidak ingin mengganggu kinerja para dokter itu.
Tiba-tiba dokter keluar dari ruangan ICU itu. Xavier sontak berdiri dan langsung menghampiri dokter itu.
"Apa yang terjadi pada kekasihku dokter? Apa dia baik-baik saja" tanya Xavier tidak sabar.
"Pasien sudah melewati masa kritis nya, tapi kami tidak bisa memastikan kapan pasien akan sadar. Pasien juga kehilangan banyak darah. Ketika kecelakaan kaki pasien terjepit mengakibatkan pasien untuk sementara mungkin tidak bisa berjalan." ucap dokter itu mencoba menjelaskan bagaimana keadaan Ara.
"Aku tidak mau tau kau harus menyembuhkan." ucap Xavier menarik kerah kemeja dokter itu.
Revanio pun manarik putranya itu agar tidak membuat keributan di rumah sakit itu.
"Tenangkan dirimu. Mereka pasti melakukan yang terbaik untuk kesembuhan Ara." ucap Revanio. Ia tau bagaimana perasaan putranya itu ketika melihat orang yang kita cintai terluka. Ia pernah merasakannya. Tapi tidak dengan membuat keributan seperti ini.
"Namun kabar gembiranya, janin yang berada diperut pasien berhasil kami selamatkan. Walaupun kandungannya masih terbilang lemah." Ucap dokter itu membuat semua pasang mata didepan ruangan itu membulat.
"Jika boleh kami tau berapa usia kandungan putriku dokter?" tanya Marga. Ia masih syok dengan kabar kecelakaan putrinya. Ketika ia sedang duduk di taman tiba-tiba Anthony datang menghampirinya dengan wajah pucat dan mengatakan jika putrinya kecelakaan. Merek langsung pergi rumah sakit untuk melihat putrinya. Tapi ketika mendengar jika putrinya hamil ia tidak percaya.
"Usia kandungan pasien baru menginjak 1 bulan, jadi kami berharap agar selalu mengawasi pasien jika pasien sudah sadar nanti. Saya pamit undur diri."
Xavier langsung terduduk dilantai dingin itu. Ia menarik rambutnya kencang. Pantas saja Ara berperilaku tidak seperti biasanya. Rupanya karena wanitanya itu sedang mengandung anaknya.
Ada rasa penyesalan dan bersalah dalam diri Xavier, Kenapa ia tidak bisa melindungi wanitanya. Bahkan jika Ara tidak ditolong dengan cepat mereka bisa saja kehilangan calon anak mereka.
*****
Ara telah dipindahkan ke kamar ruang inap. Banyak alat yang terpasang ditubuhnya. Kakinya juga diperban dengan tebal.
Xavier melihat itu tidak tega. Pasti kekasihnya itu sangat kesakitan sekarang.
"Mom. kalian semua pulang lah, Biar aku yang menjaga Ara disini." ucap Xavier menatap kedua pasangan paruh baya itu.
"Kalau begitu kami pulang dulu, istriku harus beristirahat, tolong jaga putri ku Xavier." ucap Anthony menatap sebentar putrinya lalu pergi dari sana bersama Marga. Ia juga sangat sedih ketika mendengar jika putri kecilnya kecelakaan.
"Kami juga akan pulang nak. Jaga Ara dengan baik. Jangan biarkan ia terluka lagi terutama calon cucuku." ucap Revanio lalu menarik lembut tangan Ola keluar dari kamar inap itu. Ola sempat menolak dan ingin menemani Xavier. Tapi Revanio berkata jika putra mereka pasti membutuhkan waktu sendiri. Ola pun mengerti dan pergi dari sana.
Kini tinggallah Xavier seorang. Ia menatap Ara, Menggenggam tangan yang terpasang infus itu. Air matanya tiba-tiba menetes. Seorang Xavier yang terkenal kejam dan dingin itu menangis untuk wanitanya. Hanya untuk Ara nya seorang.
"Maafkan aku. Aku tidak bisa menjaga kalian dengan benar. Aku mohon segeralah sadar. Dan aku akan menebus semua dosa yang telah ku lakukan padamu dulu." ucap Xavier mengecup tangan itu lama.
Xavier lalu menghapus air matanya mengambil ponselnya dan berjalan menuju jendela yang ada dikamar itu.
Xavier mencari nomor seseorang dan menghubungi nya.
"Temukan siapa yang sudah mencelakai wanita ku. Aku ingin hasilnya dalam 2 hari. Tapi ingat aku ingin mereka dalam keadaan hidup-hidup. Jika perlu seret mereka ke markas. Aku yang akan menyiksa mereka langsung." ucap Xavier.
Ia menyimpan ponselnya kembali dan mengepalkan tangannya. Mereka sudah benar-benar berani mengusik seorang Xavier. Mereka bahkan mencelakai wanitanya. Xavier tidak akan memaafkan mereka. Mereka akan tau bagaimana seorang Xavier dalam menghukum orang seperti mereka.
Xavier lalu memutar tubuhnya kembali duduk di kursi di samping brankar tempat Ara terbaring lemah.
Xavier melihat mata Ara yang tertutup rapat. Nafas Ara teratur menandakan jika Ara sangat stabil sekarang. Pandangannya turun kebawah menatap perut Ara yang masih datar itu. Membawa tangannya menyentuh perut itu.
"Nak, Daddy harap kau mampu bertahan. Daddy juga mohon tolong bawa mommy kembali pada Daddy. Daddy akan menjaga kalian dengan baik. Daddy berjanji. Kita akan membangun keluarga yang bahagia nanti. Kau, Daddy, Mommy dan adikmu. Berapa adik yang kau inginkan? Daddy dan mommy akan memberikannya padamu." ucap Xavier pelan sambil mengelus perut rata itu.
Xavier lalu menyender kepalanya didekat Ara. Ia kembali menggenggam tangan dingin itu. Sampai Xavier tidak sadar jika ia tertidur dengan posisi yang masih duduk.
...T.B.N.T.S...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Fathia
Calon aunty disini
2022-08-11
2
Fathia
Noo
2022-08-11
2
Mii
Uo lagi besok ya
2022-08-11
3