Setelah berkendara lumayan jauh Ara dan Xavier tiba disebuah restoran yang cukup terkenal di kota itu. Ara melihat ke sekeliling bangunan restoran itu dengan binar terlihat jelas dimatanya .
Restoran itu menghadap langsung kelaut lepas dengan interior yang sangat mewah juga terkesan classic. Tempat yang sangat nyaman menghilangkan lelah setelah bekerja ataupun belajar.
"Apa kau menyukai tempat ini sayang?" tanya Xavier pada Ara yang masih setia mengagumi restoran itu.
Ara yang merasa di tanya pun segera melihat asal suara.
"Darimana kamu tau tempat seindah ini sayang?" tanya Ara menatap Xavier dengan binar.
"Aku harus mencari banyak tempat seperti ini, sayang. Agar jika kau lelah aku bisa membawamu ketempat dimana kau merasa nyaman, namun ingat hanya bersamaku tidak dengan orang lain. Dan aku tidak akan pernah mengijinkan itu." ucap Xavier dengan tatapan lembut.
Ara hanya mengangguk. Lihatlah sifat posesif kekasihnya itu. Banyak orang yang mengatakan jika Ara terlalu terkekang dengan banyaknya aturan yang Xavier buat. Tapi bagi Ara, itu semua hanya sebagai ungkapan perasaan kekasihnya, walaupun itu terkesan agak mengekang.
"Terima kasih."
Xavier pun menggenggam tangan Ara dengan erat. Keduanya pun berjalan menuju meja yang telah disiapkan untuk mereka.
Seorang pelayan datang menghampiri dan menyerahkan buku menu pada pasangan muda mudi itu. Ara dan Xavier pun memesan makanan yang akan mereka makan.
Setelah mencatat pesanan mereka. Pelayan itu pun pamit undur diri.
Ara masih setia melihat pemandangan didepannya. Laut itu berwarna biru dengan pasir berwarna merah muda. Bagaimana rasanya ia menginjak pasir itu? Pasti sangat lembut.
Xavier yang melihat Ara tengah asyik melihat laut lepas pun mengambil ponselnya dari dalam jas yang ia kenakan. Xavier mencari aplikasi kamera dan mengambil potret wanita yang sangat ia cintai itu tanpa sepengetahuan kekasihnya.
Tak lama pelayan datang membawa pesanan mereka. Xavier segera menyimpan ponselnya kembali. Keduanya pun memakan makan siang mereka dengan tenang sambil sesekali bercanda gurau.
Ara sangat mencintai Xavier lebih dari apapun, menurutnya hanya Xavier yang dapat mengerti dirinya.
"Apa kau akan langsung kekantor sayang?"
Xavier melihat jam tangan keluaran terbaru itu lalu berkata "Aku masih punya waktu setengah jam lagi, aku akan mengantarmu pulang, setelah itu aku akan kembali ke kantor"
Ara hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia akan selalu berusaha mengerti dan tidak egois, walaupun terkadang ada keinginan agar Xavier selalu bersamanya.
*****
Mobil itu berhenti diparkiran gedung apartment, Ara memutuskan tinggal sendiri di apartment setelah ia lulus sekolah dan masuk perguruan tinggi. Ara merasa kesepian di rumah itu karena kedua orang tuanya dan kakaknya yang selalu sibuk dengan pekerjaan mereka.
"Aku pergi, jika butuh sesuatu beritahu aku. Jangan keluar sendirian, sayang. Apa kau mengerti?" ucap Xavier memeluk kekasihnya.
Ara membalas pelukan itu, Ia merasa sangat beruntung memiliki Xavier yang selalu ada untuknya.
"Mungkin aku hanya akan tidur sebentar, lalu melanjutkan tugas yang diberikan dosen tadi. jangan khawatir sayang, aku akan menghubungi mu jika aku membutuhkan sesuatu"
"Bagus, sampai nanti, sayang." Xavier melambai tangannya.
Ara menatap mobil Xavier hingga hilang dari pandangan. Setelah mobilnya sudah tak terlihat Ara bergegas masuk ke apartemennya karena hari sudah mulai dingin. Musim dingin akan segera tiba.
Ara tak ingin jatuh sakit dan membuat Xavier khawatir. Ia tak ingin terlalu merepotkan Xavier yang sibuk dengan banyaknya pekerjaan.
*****
Dikamar bernuansa modern itu alarm terus berdering, namun sang empunya belum mau mengakhiri mimpi indahnya.
Ara terbangun karena ada suara bel dan ketukan pintu yang mengganggunya, Ara bangun dengan malas lalu berjalan membuka pintu, namun mata sayu nya bertatapan dengan mata tajam seorang laki-laki tampan yang sudah berdiri lama ditempatnya.
"Sayang maaf aku tidak tau kalo kamu akan datang, aku hanya tidur sebentar. Mungkin karena aku sangat kelelahan, jadi aku sangat susah bangun." Ucap Ara sambil menampilkan raut wajah penyesalan.
"Sebentar? Apa kau tau ini sudah jam 10 malam, dan kau berkata sebentar? Aku sudah berdiri disini sekitar satu jam, aku khawatir padamu, aku menelpon mu berkali-kali tapi kau tidak mengangkat teleponku." Ujar Xavier dengan nada frustrasi.
Ara merasa sangat bersalah, ia berfikir jika ia hanya tidur sebentar, namun ia malah membuat Xavier menunggunya dan mencari nya seperti orang gila. Ia melihat tampilan Xavier yang sudah berantakan seperti orang yang putus asa. Ia tidak akan mengulanginya lagi. Ia berjanji.
"Aku minta maaf sayang, aku tidak akan mengulanginya lagi, aku berjanji." Ara memeluk kekasihnya dengan erat.
Xavier yang mendapat pelukan tiba-tiba pun tidak bisa berbuat banyak. "Aku memang tidak bisa marah padamu sayang. Apa kau lapar? Aku akan memasak untukmu, duduk saja dan lihat. Mengerti"
Xavier melangkahkan kakinya menuju dapur, mengambil bahan-bahan dan mulai memasak. Ia tidak ingin kekasih kecilnya itu kelaparan.
Ara melihat itu semua dengan kagum, Xavier terlihat lihat dalam memasak. Dan lihatlah bahu lebar itu. Sangat sesuai dengan tubuh Xavier. Ara memang tak salah memilih orang yang dia cintai. Dan ia akan selalu mencintai Xavier selamanya.
Ara tetap pada posisinya. Melihat dengan cermat segala sesuatu yang Xavier lakukan. Sesekali Ara tersenyum ketika membayangkan bagaimana jika keduanya telah menikah..
Astaga khayalannya sudah sangat jauh. Tapi tidak mengapa jika terjadi, Ara pasti akan sangat bahagia....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments