...🍁🍁🍁🍁...
Cahaya matahari sudah menembus tirai dikamar seorang gadis yang masih tertidur lelap. Ara yang merasa terganggu terbangun dari tidur indahnya itu. Ia membuka matanya dengan malas. Ia melihat jam di atas nakas. Dan ternyata sudah jam 8 pagi. Ara membulatkan matanya. Ia lupa jika hari ini ia ada kelas pagi. Ara bergegas bangun dan berlari ke kamar mandi. Ia harus segera bersiap jika tidak ingin dosen killer nya memarahinya.
Ara telah siap dengan switer rajut berwarna Sage green. Dengan tank top berwarna hitam. Dipadukan dengan rok bermotif bunga-bunga dengan panjang di atas lutut. Rambut di kuncir keatas membuat ia terlihat casual dan feminim.
Ara berlari menuruni tangga. Ibunya melihat ia dan memanggil agar sarapan terlebih dahulu.
"Sayang kau mau kemana? Kau harus sarapan terlebih dahulu."
"Aku sudah terlambat mom. Nanti saja di kampus. Bye mom." Ara melambai tangan nya. Berlari menuju mobil kesayangannya. Ia harus cepat sampai.
*****
Ara sampai diparkiran mobil. Ia memarkir kan mobilnya lalu, mengambil tasnya dan berlari keluar menuju kelasnya. Ia berdoa semoga dosennya belum datang. Namun saat ia sudah memasuki kelas ia dikejutkan dengan suasana kelas yang sunyi.
"Kemana semua orang? Apa mereka sudah pulang?" Ara melihat jam tangannya namun masih jam 9 pagi. Tidak mungkinkan kelas sudah selesai.
"Apa kelas diliburkan? tapi tidak ada pemberitahuan. Aku harus menelpon Paola."
Ara mengambil ponselnya dan menelpon sahabatnya itu.
"Paola kau dimana? Apa kelasnya sudah selesai?" Tanya Ara.
"Apa kau tidak melihat pesanku hah. Semua kelas hari ini diliburkan. Ada seminar yang diadakan pihak kampus. Jadi kami sekarang sedang berkumpul di aula kampus. segera datang kemari. Aku menunggumu."
Astaga. Jika Ara tau akan seperti ini. Ia pasti akan sarapan terlebih dahulu. Perutnya sudah sakit. Tapi Paola sudah menunggunya. Ara berjalan menuju aula. Ia tidak ingin Paola menceramahi ya karena ia lama.
*****
Ara melihat ke sekeliling ruangan itu, tapi tidak menemukan Paola. Namun saat ia melihat kearah kursi di depan panggung. Ia melihat Paola melambaikan tangannya kearahnya.
Ara menghampiri Paola dan duduk di kursi di samping Paola.
"Kenapa kau terlambat? Apa dijalan macet? Atau kau yang susah bangun tidur." Ucap Paola. Ia sangat tau kebiasaan sahabatnya itu yaitu sangat sudah bangun.
"Semalam keluarga ku mengadakan makan malam. Jadi waktu tidurku terganggu. Bahkan sekarang aku belum sarapan." Adu Ara. Ia tidak ingin memberi tahu Paola tentang pertunangannya itu.
"Tidak masalah. Setelah acara ini selesai kita akan pergi mengisi perut keroncongan itu. Ngomong-ngomong apa kau tau siapa yang akan menjadi motivator nya?" tanya Paola.
"Apa kau pikir aku cenayang. Kau bahkan lebih dulu berada disini dibandingkan aku."
Saat Paola ingin bersuara. Acara itu dimulai. Pembawa acara memberikan sambutan kepada para petinggi kampus. Lalu disusul dengan memanggil motivator yang akan memberikan motivasi kepada para peserta seminar itu.
"Motivator kita saat ini berasal dari perusahaan yang sangat terkenal. Ia adalah CEO muda. Tapi tunggu. Ia sudah mempunyai kekasih. Jadi dimohon kepada para ladies agar tidak berharap lebih.
Para hadirin yang datang langsung tertawa. Tapi tidak dengan para mahasiswi itu. Mereka menyayangkan jika CEO muda itu sudah punya kekasih.
"Baiklah tanpa berlama-lama lagi. Kita sambut Xavier Julian Baxy. CEO muda dari Baxy Company."
Mata Ara sontak membulat mendengar siapa yang dipanggil. Ia lalu melihat kearah Xavier yang berjalan ketengah-tengah panggung itu.
"Aku tidak tau jika Xavier yang akan menjadi motivator nya." Bisik Paola.
"Aku juga tidak tahu. Bahkan ia tidak memberitahu ku jika ia akan datang." Ara benar-benar tidak tahu. Mengapa Xavier yang berdiri di atas podium itu.
Xavier mulai memberikan berbagai trik atau cara menuju kesuksesan kepada para peserta seminar itu. Semuanya mendengar apa yang diucapkan pemimpin Baxy Company itu. Tapi tidak dengan Ara. Ia hanya terpaku dengan siapa yang berdiri di atas sana.
Xavier yang merasa diperhatikan. merubah arah pandangannya. Ia kini saling menatap dengan Ara. Ah. Rasanya sangat sesak. Terakhir kali melihat wanita nya saat makan malam itu.
Ara yang merasa jika Xavier membalas tatapannya pun salah tingkah. Ia ketahuan. Pipinya tersipu.
"Paola aku pergi ke toilet sebentar." Pamit Ara.
Bahkan Paola tidak menggubris sama sekali. Perhatian Paola hanya Xavier seorang.
*****
Ara memasuki toilet itu. Ia membasuh wajahnya. Kenapa ia bisa bertemu Xavier disini. Ia sudah menghindar dari pria itu. Tapi Tuhan malah mempermainkannya.
Perutnya juga sakit. Bahkan kepalanya sudah mulai sakit. Ara mengambil tasnya dan segera berlalu dari sana. Ia harus segera mengisi perutnya.
Tapi saat ditengah jalan. Sakit kepalanya tiba-tiba bertambah. Ia memegang kepalanya. Kakinya juga sudah mulai lemas. Ia tidak sanggup berdiri lagi. Tubuhnya tumbang. Namun sebelum tubuhnya menghantam lantai dingin itu, Seseorang sudah lebih dulu menangkapnya. Diambang kesadarannya Ara melihat Xavier dengan raut wajah khawatir.
*****
Setelah Xavier memberikan kalimat demi kalimat kepada para peserta. Ia lalu mengakhiri sesi itu dan pamit. Ia harus mencari Ara. Beraninya wanitanya itu lari saat ia tengah asyik memberikan materi.
Xavier mencari Ara kesemua penjuru kampus. Tapi tidak melihat Ara. Namun satu tempat yang belum ia cari. Yaitu toilet. Xavier melangkah cepat kearah toilet itu. Namun setelah ia berbelok ia melihat Ara berjalan dengan sempoyongan.
Xavier melihat tubuh Ara yang hampir ambruk. Ia berlari sekuat tenaga agar ia dapat menangkap tubuh itu. Ia lalu menepuk pelan pipi kekasihnya itu. Tapi sang empu tidak juga bangun. Sepertinya Ara pingsan.
Xavier menggendong Ara dengan bridal style. Ia mempercepat langkahnya. Ia tidak ingin terjadi sesuatu dengan kekasihnya.
*****
Ara terbangun dengan rasa sakit di kepalanya. Ia melihat tangannya dan sudah terpasang infus di sana. Ia melihat ke sekeliling ruangan itu. Sepertinya ia dirumah sakit. Siapa yang sudah membawanya kemari.
Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka menampilkan sosok Xavier yang membawa sebuah kantong plastik.
"Kau sudah sadar sayang? Aku menemukanmu pingsan didekat toilet. Jadi aku membawamu kemari. Dokter mengatakan jika kau lemas karena belum makan. Ia juga mengatakan jika kau banyak pikiran." Ucap Xavier. Ia tidak ingin kekasihnya itu sakit. Tapi lihat. Ara bahkan tidak memikirkan kesehatannya.
"Terima kasih. Aku takut terlambat. Jadi aku tidak sempat sarapan tadi pagi." Ucap Ara dengan lemah. Ia masih sangat lemas sekarang.
"Sekarang makan. Aku akan menyuapi mu." ucap Xavier dengan tatapan lembut.
Ara meras ada yang salah. Mengapa tiba-tiba Xavier baik kepadanya. Apa hanya karena ia sakit? Atau karena Xavier nya yang dulu sudah kembali.
Ara memakan makanan itu dengan lahap. Ia memang sudah lapar tari tadi. Ara melihat kearah Xavier. Semoga memang benar jika Xavier nya yang dulu telah kembali. Tanpa sadar air matanya menetes.
Xavier melihat itu dengan kaget. Mengapa Ara tiba-tiba menangis. Apa ia sudah berbuat salah?
"Hei. Kenapa kau menangis sayang? Apa rasanya sangat sakit? Aku akan disini menemanimu. Kau jangan khawatir. Sekarang habiskan makananmu. Setelah itu kau bisa beristirahat kembali." Xavier menyuapi Ara dengan telaten. Biarlah seperti ini dulu. Ia merindukan interaksi nya seperti dulu dengan Ara. Ia juga sangat merindukan kan kekasihnya ini
Ara hanya mengangguk. Ia tidak mungkin menolak. Semoga apa yang ia harapkan memang terjadi.
Semoga Xavier tidak memiliki niat lain dengan perhatian padaku.
...T.B.N.T.S...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Arthur
Lanjut...
2022-08-08
11
Mii
Next???
2022-08-08
11
Fathia
.......
2022-08-08
11