Episode 4 : You hurt me

Ara sampai di apartment nya dengan susah payah, dan ia bersyukur saat mencari taksi dia bertemu seseorang yang mau membantu nya.

"terima kasih sudah membantuku, aku berhutang budi padamu." ucap Ara dengan tulus. Dia tidak tau bagaimana nasibnya jika tidak ada taksi ataupun orang yang membantunya.

"Tidak masalah, aku hanya kasian jika kau pulang sendiri dengan keadaan seperti ini." Ucap lelaki itu. Dia sebenarnya penasaran dengan apa yang terjadi ada wanita didepannya. Tapi ia takut membuat wanita ini tidak nyaman dengan pertanyaannya.

"Sekali lagi terima kasih banyak." Ara merasa tidak enak sudah menyusahkan lelaki itu.

"O ya, kita belum berkenalan, nama ku Elias Maxy kau bisa memanggilku Elias." Ucap Elias sambil mengulurkan tangannya.

"Namaku Clarissa Clara Barton kau bisa memanggilku Ara."

"Baiklah miss Barton, aku harus kembali sekarang. Semoga ku cepat sembuh, sampai jumpa." ucap Elias berlalu dari sana.

Tanpa disadari Ara, Xavier melihat semua itu. Tangannya terkepal, ia sudah mencari wanita itu kemanapun, namun ternyata yang dicari malah asyik berdua dengan seorang laki-laki yang entah siapa.

*****

Ara memasuki apartemennya, berjalan sempoyongan ke arah kamarnya. Kepalanya masih terasa sakit. Ia harus segera mengganti dress nya, dan mengobati lebam nya, sebelum Xavier datang dan melihatnya.

Namun belum sempat membuka dress-nya, terdengar bunyi ketukan pintu yang keras dan tidak sabaran, Ara tidak ingin tetangganya terganggu. Karena ini sudah tengah malam. Ia pun bergegas membuka pintu itu.

"Ya tunggu sebentar, apa dia tidak tau jika kaki ku sakit. Mengganggu sekali." Ujar Ara dengan menggerutu.

Ara membuka pintu, namun sebelum melihat siapa yang datang, tubuhnya sudah terdorong kedinding.

"Dari mana saja kau, apa kau tidak tau jika aku mengkhawatirkan mu. Aku sudah seperti orang gila mencari mu di pesta tadi, tapi kau malah berduaan dengan laki-laki lain." ucap Xavier dengan marah. Amarahnya benar-benar sudah tidak terkontrol.

Ara dapat melihat jelas kemarahan Xavier dari matanya. Tapi lidahnya kelu. Suaranya tidak bisa keluar untuk menjawab pertanyaan Xavier.

"APA KAU JADI BISU HAH!!!!! kau bahkan tidak bisa menjawab SIAPA LAKI-LAKI ITU." kesabaran Xavier sudah habis, Ara memang pandai dalam menyulut emosi nya.

Ara yang kaget dengan teriakan Xavier langsung menjelaskan "Dia hanya mengantar ku pulang, aku takut kau terganggu jika aku menyuruhmu mengantarku, itu pesta perusahaan mu, jadi tidak mungkin kau meninggal pesta itu." Ara benar-benar takut sekarang, dia tidak tahu lagi harus mengatakan apa.

Ketika ingin mengangkat panggilan dari Xavier ponselnya tiba-tiba mati. Mungkin karena jatuh saat wanita di pesta itu mendorongnya.

"Kau takut aku meninggalkan pesta perusahaan ku, tapi kau tidak takut jika kau pergi dengan laki-laki lain? Aku tidak menyangka jika kau berubah menjadi wanita penggoda. Kenapa? Apa kau tidak puas hanya dengan ku." cecar Xavier dengan nada mengejek.

Ara benar-benar tidak percaya, Xavier laki-laki yang sangat dia cintai mengatainya seperti itu. Apa dia serendah itu dimata Xavier?

"Tidak, bukan begitu. Dia hanya menolong ku tadi, Dan juga ponselku mati. Jadi aku tidak bisa menghubungimu." Ara hendak pergi mengambil ponselnya agar Xavier percaya padanya. Namun sebelum melangkah tangannya sudah ditarik paksa.

"Aku akan tunjukkan bagaimana wanita sepertimu harus diperlakukan."

Xavier tanpa sengaja menarik lengan Ara yang lebam, itu menambah rasa sakit pada lengannya. Namun tidak lebih sakit dari hatinya saat ini.

Xavier membawa Ara ke kamar wanita itu. Dia melempar tubuh itu keatas ranjang, lalu berjalan perlahan kearah Ara.

"Apa kau tau Ara, aku sangat benci penghianatan. Dan kau sudah memancing emosi ku. Kau akan tau akibatnya."

Ara mencoba menjauh dari Xavier, tubuhnya gemetar, ia sangat takut sekarang. Tidak, ini bukan Xavier yang ia kenal. Namun sebelum ia sempat melarikan diri, Xavier sudah menarik kakinya.

"Kau ingin kabur? Apa kau pernah berpikir akibat dari perbuatan mu? Apa kau pernah berfikir bagaimana perasaan ku saat tau kekasihku berduaan dengan lelaki lain?" Ucap Xavier dengan wajah yang memerah. Urat nadinya bahkan sudah sangat terlihat menandakan amarahnya sudah di ujung tanduk.

"Aku minta maaf, dia hanya menolongku tidak lebih, aku mohon maafkan aku Xavier." Gumam Ara sambil memeluk Xavier. Namun karena amarah yang sudah tidak dapat si tahan pun Xavier tidak peduli, tanpa rasa iba ia kembali mendorong tubuh ringkih itu.

PLAK..

Xavier melayangkan tamparan ke wajah mulus wanita di depannya. Ara memegang pipinya yang sakit. Dia benar-benar tidak percaya Xavier berani menamparnya. Baru kali ini Xavier melayangkan tamparan padanya. Air matanya sudah mengalir, hatinya sangat sakit.

"Apa dengan meminta maaf kesalahan mu bisa ku lupakan? Tidak semudah itu Ara. Kau akan tau bagaimana rasanya jika harus di khianati."

Rasanya sangat sakit. Kenapa Xavier tega melakukan ini padanya. Ara mencoba kabur tapi Xavier kembali menangkapnya.

"Hentikan Xavier, Aku mohon. Kau bukan Xavier yang ku kenal. Xavier yang ku kenal tidak akan pernah menyakiti ku. Aku mohon. Hentikaan." ujar Ara memohon. Namun Xavier tidak mendengar jeritan itu, ia seakan tuli.

"Inilah akibatnya jika kau berani bermain-main denganku. Dan ini baru permulaan."

Xavier kemudian mengikat tangan Ara dengan dasinya. Merobek dress itu, lalu menindih tubuh itu.

"Jangan, aku mohon jangan lakukan itu."

Gumam Ara dengan lemah. Ia sudah tidak kuat. Badannya sakit, ditambah hatinya jauh lebih sakit.

Xavier meraup bibir itu, mencumbu nya dengan kasar, tidak ada kelembutan sedikitpun. Ara memalingkan wajah nya, ia tidak sudi memberikan apapun dalam keadaan seperti ini.

"Kau berani menolak ku? Kau memberikan tubuh mu pada laki-laki lain, namun kau malah menolak ku. Aku tadinya ingin bermain sedikit lembut. Namun sekarang tidak, aku akan tunjukkan bagaimana caranya menikmati malam dengan wanita sepertimu." Xavier tidak peduli lagi, yang ia pikirkan hanya memberi pelajaran pada kekasihnya yang sudah mulai berani menjadi menggoda lelaki lain.

Xavier kemudian membuka pakaiannya dan mulai menjalankan aksinya.

"Apa kau siap Ara? Ku anggap tangisanmu itu sebagai jawaban iya."

Xavier benar-benar melakukannya.

Ara memekik tertahan, rasanya sangat sakit. Tangisnya semakin menyayat hati. Siapapun yang mendengarkan pasti dapat merasakan sakit yang dia alami. Namun tidak dengan Xavier, ia seakan tuli. Ia malah terus melakukan itu dengan kasar. Tidak peduli fakta jika Ara baru pertama kali melakukannya.

Malam itu keduanya habiskan dengan dua sisi yang berbeda. Xavier dengan perasaan senang dan puas sedangkan Ara dengan perasaan pilu.

Kenapa dia harus mengalami hal menyedihkan seperti ini.

Terpopuler

Comments

cerii

cerii

Xavier lu Kek anj tau gak si

2022-08-08

13

Fathia

Fathia

Xavier pasti bakal nyesel banget si ini

2022-08-08

14

Fathia

Fathia

keren banget.

2022-08-08

13

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!