...🍁🍁🍁🍁...
Ara mengerjapkan matanya. Saat ia ingin duduk kepalanya tiba-tiba sakit. Badannya juga perih. Apa yang terjadi? Lalu ingatan itu datang. Wajahnya kembali pucat.
Ara melihat ke sekeliling kamar tapi tidak menemukan Xavier. Untung saja Xavier tidak berada disini. Ia sangat takut.
Terdengar suara ketukan pintu disusul masuknya seorang pelayan yang membawa mangkuk berisi sarapan untuknya.
"Nona sudah bangun? Tuan menyuruh saya untuk membawa sarapan nona ke kamar. Apa luka nona masih sakit?" tanya pelayan itu. Ia merasa iba. Kenapa tuannya itu sangat tega menyakiti nona nya ini.
"Aku tidak papa. Siapa namamu? Aku lihat kau yang selalu melayaniku di mansion ini." Ucap Ara.
"Nama saya Arora nona. Saya adalah pelayan pribadi nona. Jadi jika nona membutuhkan sesuatu. Nona bisa memanggil saya."
"Baiklah sekarang tolong bantu aku membersihkan diriku. Aku takut lukaku akan basah kembali nanti." Ujar Ara.
Pelayan bernama Arora itu pun membantu Ara berjalan ke kamar mandi. Juga membantu nona nya itu bersiap.
"Arora bisa kau oleskan obat ini di lukaku." pinta Ara memberikan obat yang terletak di atas nakas itu.
Arora lalu memoleskan obat itu dengan hati-hati. Ia takut membuat Ara kesakitan. Bisa-bisa tuannya itu memecatnya nanti atau bahkan yang lebih buruk membunuhnya. Ia tidak ingin mati muda.
"Nah. Sudah setelah nona. Saya saya akan menyuapi nona." Ucap Arora mengambil makanan yang ia letakkan di atas nakas.
"Tidak perlu aku bisa sendiri. Sebaiknya selesaikan pekerjaanmu yang lain." tolak Ara. Ia tidak ingin merepotkan orang lain. Tangannya masih bisa digerakkan. Jadi ia mampu hanya untuk menyendok makanan itu ke mulutnya.
"Baiklah nona. Jika butuh sesuatu panggil saya aku. Saya pamit undur diri nona." Arora pergi dari kamar itu meninggalkan Ara sendiri.
Setelah pintu itu tertutup. Ara menghabiskan makanannya. Sesekali lukanya terasa nyeri. Tapi ngomong-ngomong dimana Xavier. Apa Xavier menghindarinya?
"Lebih baik aku mencari Xavier setelah ini."
*****
Xavier terbangun setelah terdengar deringan telepon. Ia mengambil ponselnya dan mengangkatnya.
"Selamat siang tuan. Saya ingin memberi tahu jika apa yang tuan suruh sudah saya laksanakan. Saya akan mengirim hasilnya ke email tuan. Maaf atas keterlambatannya tuan."
Xavier kembali meletakkan ponsel itu. Kepalanya sakit. Sepertinya ia terlalu banyak minum semalam.
Terdengar bunyi notif disusul masuknya sebuah email. Xavier melihat email yang dikirim asisten nya Aril.
Matanya membaca dengan teliti. Tangannya terkepal. Rupanya yang dia curigai benar. Ia akan menyingkirkan orang itu sebelum orang itu menjalankan rencananya.
Ia akan melindungi Ara. Walaupun dengan nyawanya sekalipun.
Hah. Kenapa masalah datang silih berganti. Sepertinya Tuhan sedang mempermainkan mereka.
Ara menuruni tangga dengan hati-hati. Ia takut terjatuh. Ara sudah bertanya kepada Arora dimana Xavier berada. Dan dia mengatakan jika Xavier sejak semalam berada diruang kerjanya dan belum keluar sampai sekarang.
Ara membuka pintu ruang kerja itu dan melihat Xavier yang memejamkan mata di atas sofa itu. Penampilannya acak-acakan.
Ara berjalan dan berdiri tepat di samping Xavier. Ara berjongkok dan melihat apakah Xavier masih tidur atau tidak.
"Sepertinya Xavier masih tidur. Nafasnya juga teratur." ucap Ara mengamati perut Xavier.
Saat Ara ingin menyentuh wajah didepannya. Tiba-tiba Xavier menarik tangannya. Alhasil dia pun terjatuh keatas tubuh keras Xavier.
"Auu. Apa kau lupa jika aku punya luka di lenganku." Ucap Ara mengadu sakit.
Xavier yang sadar pun langsung melepaskan dan meminta maaf. Ia lupa jika saat ini memiliki luka akibat dirinya.
"Maaf. Maafkan aku honey, aku benar-benar lupa tadi." Xavier memasang wajah menyesal.
"Tidak papa. Kenapa kau tidur disini? Kau bahkan meninggalkan aku sendirian dikamar itu." Ucap Ara kesal. Ia terbangun dan tidak ada Xavier disampingnya. Walaupun ia sempat takut jika Xavier menyakiti nya lagi.
"Aku hanya minum sedikit semalam. Lalu aku tertidur disini. Apa kau sudah makan honey?" Tanya Xavier.
"Tadi Arora mengantar sarapan untuk ku. Justru dirimu yang belum makan. Kau juga sangat bau." Ucap Ara menutup hidungnya.
Xavier yang dibilang bau pun mencium aroma tubuhnya. Ara benar. Ia sangat bau sekarang. Kau pergilah dulu keruang makan. Tunggu aku di sana. Aku akan membersihkan tubuhku dulu."
Ara hanya mengangguk dan berjalan kearah ruang makan. Tapi ia melihat Arora di dapur. Ia pun melangkahkan kakinya menuju dapur itu.
"Apa yang akan kau masak Arora?" tanya Ara sambil melihat bahan-bahan yang sudah diletakkan di atas meja itu.
Arora yang sedang asyik memotong bahan masakan itu pun terlonjak kaget.
"Nona. Kenapa nona ada sini. Jika tuan tau ia bisa marah nanti." ucap Arora panik. Nona nya tidak boleh terluka lagi.
"Tidak papa. Aku hanya ingin membantu. Xavier tidak akan marah. Aku yang akan menjaminnya." ucap Ara mencoba menenangkan Arora.
"Baiklah nona. Tapi saya sudah melarang nona tadi." cicit Arora.
"Apa yang harus ku bantu?" tanya Ara.
"Nona bisa memotong-motong ini. Saya yang akan menyiapkan yang lainnya."
Arora dan Ara memasak dengan telaten. Mereka sesekali bercanda gurau dan tertawa bersama.
Xavier melangkah kearah ruang makan itu. Tapi langkahnya terhenti ketika ia mendengar samar-samar suara tawa orang yang sangat dikenalinya.
Xavier datang ke dapur itu. Melihat Ara dan pelayan pribadinya tertawa. Xavier melihat Ara yang tertawa lepas.
Xavier merindukan suara tawa Ara. Ara lebih sering murung sekarang. Xavier berdehem membuat kedua orang itu melihat kearah nya.
"Apa makanannya sudah siap?" tanya Xavier.
Arora yang melihat tuannya datang pun menunduk takut. Sedangkan Ara tersenyum.
"Sudah. Kau duduk lah. Kami akan membawakan makanan ini untukmu." Tapi sebelum Ara mengambil makanan itu. Xavier sudah lebih dulu menarik tangannya berjalan bersamanya kearah meja makan.
"Tapi aku ingin kau menemaniku." ucap Xavier.
Xavier memakan sarapannya dengan lahap. Rasanya sangat enak tidak seperti biasanya. Apa karena orang yang memasaknya adalah orang yang ia cintai.
Ara melihat Xavier memakan masakan yang ia buat dengan lahap. Rasanya sangat bahagia ketika orang yang kita cintai memakan makanan yang kita buat dengan lahap.
Xavier telah selesai makan. Ia lalu menatap Ara dan berkata.
"Bersiaplah satu jam lagi. Aku akan membawamu ke suatu tempat." Ucap Xavier berlalu dari sana.
Ara hanya mengerutkan alisnya. Kemana Xavier akan membawanya? Apa ia harus ia kenakan nanti? Ara akan meminta pendapat Arora.
Ara melangkah menaiki tangga menunju kamarnya. Ia akan bersiap sekarang. Ara pun memanggil Arora untuk membantunya bersiap.
Setelah menghabiskan waktu satu jam. Kini Ara telah siap dengan baju santainya. Ia hanya mengenakan baju berwarna putih dengan jeans. Dipadukan dengan sepasang sneakers. Outfit nya memang tidak diragukan lagi.
Ara turun kebawah dan melihat Xavier yang sudah menunggunya diruang tamu itu. Xavier terlihat asyik melihat ponselnya membuat Ara kesal.
"Aku sudah siap. Ayo kita berangkat." Ara berjalan mendahului Xavier tanpa melihat kearahnya.
Xavier yang melihat Ara berjalan meninggalkan nya hanya mengerutkan alis. Ia sudah menunggu wanita itu tapi lihat. Ia malah ditinggalkan begitu saja.
"Cepatlah. Atau aku tidak akan pergi." Xavier yang mendengar teriakan itu langsung menyusul wanitanya itu. sebelum Ara berubah pikiran.
...T.B.N.T.S...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Aaaa
crazy up lah author
2022-08-10
5
Aaaa
up
2022-08-10
5
Adeknya Mingyu
Kepo siapa musuh sebenarnya
2022-08-10
5