Alex juga sama terkejutnya. Bedanya kali ini otaknya dengan cepat bekerja. Dia melihat Ranti yang ingin berteriak, langsung melompat dan menutup mulut wanita itu.
"Mmmmmpppp .... Mmmmmmpppp!!"
Ranti berusaha memberontak, saat sebuah telapak tangan yang cukup lebar menutupi mulutnya. Dia berusaha melawan, namun kini Alex memeluknya.
"Ranti ... Tenang! ... Jangan berteriak."
Meski ini bukan salahnya, tapi jika Ranti berteriak dan ada yang datang. Semua akan berakhir dengan salah faham.
Alex tentu tidak mau itu terjadi. Namun, ternyata wanita ini cukup kuat. Sulit bagi dirinya untuk membuat wanita itu tenang.
"Mmmmmpppp .... Mmmmmmpppp!!"
Ranti menendang-nendangkan kakinya ke udara. Berusaha bergerak agar bisa lepas dari pria ini.
Sementara Alex semakin kesulitan untuk mengendalikan wanita ini. Namun, saat itu dia yang sudah panik, mengangkat Ranti dan merebahkan tubuh wanita ini di tempat tidur.
Pria itu sengaja menindih tubuh Ranti dan membuat wanita itu sulit untuk bergerak.
"Ranti ... Tenang. Jangan berteriak!"
Ranti yang berpikir Alex sengaja membawanya ketempat tidur, menjadi panik. Memang dia berniat menjebak laki-laki ini, tapi jika situasi seperti ini maka ini sama sekali tidak seperti apa yang dia inginkan.
Sebisa mungkin dia melepaskan diri. Namun, Alex menahannya semakin kuat.
"Kalau kau tenang, aku akan melepaskan mu, aku berjanji."
Saat mendengar itu, Irak Ranti berpikir cepat.
"Bagaimana? Aku akan melepaskan ini, tapi berjanjilah untuk tidak berteriak, oke?"
Ranti langsung menganggukkan kepalanya. Tanda mengerti.
"Baiklah ... Kalau begitu—"
Baru saja dia ingin melepasnya, untuk sepersekian detik, dia bisa merasakan bahwa Ranti benar-benar akan berteriak. Alex langsung membungkam mulut wanita itu, kembali.
"Kenapa kau berteriak ... Aku tidak akan memperkoosa mu, tidak mungkin! meski aku mau sekalipun!"
Kening Ranti berkerut. Dia mencoba memikirkan kata-kata Alex. Dia melihat wajah laki-laki itu berubah pucat.
Merasa Ranti sudah tenang, Dia kembali menegaskan kata-katanya. "Aku tidak bisa melakukan apa yang kau pikirkan. Jadi, tenangkan dirimu. Aku akan melepaskan mu, oke?"
Ranti terdiam, dan terus memperhatikan wajah Alex, yang kini berada sangat dekat dengan wajahnya itu. Dia mencoba melihat apakah laki-laki ini sedang berbohong atau tidak.
"Aku impoten ... Aku tidak mungkin melakukannya. Ingat, kau sendiri yang masuk ke sini, bukan?"
Ranti tetap diam. Namun, tak lama dia menganggukkan kepalanya.
"Aku akan melepaskanmu, jadi tolong jangan berteriak ... Ini akan sangat memalukan jika orang-orang datang, sementara ini hanya salah Faham."
Alex berkata dengan sedikit memelas. Memang itulah yang ada di kepalanya. Jadi. Dia berharap wanita yang ada di bawahnya ini, mengerti situasinya.
Ranti menganggukkan kepalanya, tanda mengerti.
"Baiklah, terimakasih ... "
Alex melepaskan Ranti dan langsung berdiri. Namun. Saat Ranti ikut berdiri, mata wanita itu melebar sekali lagi.
Reflek Alex menunduk, karena wanita itu melihat kearah bawah perutnya. Saat itu juga dia melebarkan mata sama terkejutnya.
"Ini ... Ini ... "
Tak bisa berkata-kata, Alex melihat pada Ranti yang sudah berdiri. "ini tidak seperti apa yang kau pikirkan. Ini ... "
Ranti tidak bisa berkata-kata. Sejenak, entah kenapa dia sempat mempercayai kata-kata Alex. Namun, apa yang baru saja di lihatnya, jelas menegaskan bahwa pria itu telah berbohong.
Alex menutupinya, dan segera berbalik. "Nona Ranti, keluarlah terlebih dahulu ... Kita bicara nanti."
Meski sudah biasa menghadapi laki-laki mesum yang bahkan berotak sangat cabul, tapi dia tidak pernah berada di situasi yang membingungkan seperti ini.
Jika Alex memang berniat buruk padanya, tidak mungkin Alex melepasnya. Akan tetapi, jika Alex memang impotensi seperti yang dia dan orang-orang katakan, tidak mungkin benda itu bisa berdiri dengan sempurna.
Ranti memutuskan keluar dari ruangan itu begitu saja. Saat ini, tidak ada yang bisa dia simpulkan. Kejadian ini, benar-benar membuatnya bingung.
Semetara itu, Alex sekali lagi melihat pada senjatanya yang masih berdiri. Dia tidak tau harus merasa apa.
"Bukankah seharusnya, aku senang?"
Itulah yang ada di kepalanya saat ini. Karena, memang seumur hidupnya dia berharap benda ini, berfungsi dengan ... Normal?
Alex menatap pada pintu, di mana Ranti menghilang. Saat itu dia tampak kembali berpikir.
"Apakah, ini hanya bisa bereaksi pada wanita itu ?"
Sekali lagi, Alex menatap pada miliknya lalu kembali pada pintu dan kembali pada benda yang masih berdiri itu. Hal tersebut dia lakukan setidaknya lima kali, sebelum akhirnya dia membual lemari dan megambil pakaian di sana.
Ruangan ini, dia gunakan untuk beristirahat atau mandi saat harus bekerja lebih lama. Sejak sebelum menikah, bahkan dia pernah seminggu hanya di ruangan ini saja.
Namun, siapa yang menyangka, setelah kembali dari luar kota dan memutuskan untuk langsung bekerja. Alex mengalami kejadian yang lagi-lagi berakhir dengan malapetaka.
Alex merasa, Dia dan Ranti bagai dua kutub, yang seolah selalu berlawanan. Sepertinya, tidak akan ada akhir yang baik saat keduanya bertemu.
Saat ini saja, Alex tidak tau akan bersikap seperti apa, jika dia kembali melihat atau bertemu dengan Ranti Olivia.
Di hari yang sama, Mirda ingin kembali bertemu dengan Gladys. Saat semua ini sudah berjalan, dia menyadari bahwa tentu saja semua tidak akan mudah seperti apa yang dikatakan Ranti padanya.
Jadi, di sinilah keduanya saat ini berada. Sebuah klub yang entah sejak kapan sudah seperti menjadi rumah kedua bagi wanita itu, untuk menghabiskan harinya.
"Nyonya Mirda. Kau tidak mengatakan padanya bahwa Alex impoten, kan?"
Mirda langsung menggelengkan kepala, namun setelah itu dia mengangguk.
"Tidak, tapi tentu saja itu akan menjadi masalah. Tidak mungkin dia bisa menaklukkan Alex, jika Alex sendiri tidak memiliki gairah. Ini tidak masuk akal!"
Itulah yang ada di kepala Mirda, sejak menyadari bahwa misi yang dia berikan pada Ranti itu, sebenarnya misi tidak hanya sulit, tapi terdengar mustahil.
Gladys hanya bisa tersenyum seolah mengaggap itu bukan masalah.
"Aku tau itu, tapi kau juga harus ingat bahwa. Aku tidak memiliki perjanjian itu dengan Alex. Melainkan keluarganya ... Jika kita bisa membuktikan bahwa Alex berkhianat padaku, tidak perduli mereka tidur bersama atau tidak, hasilnya sama saja, bukan?"
Kening Mirda berkerut. Memang, apa yang dikatakan Gladys ada benarnya. Akan tetapi, bagaimana seseorang bisa berkhianat sementara dia tidak memiliki gairah.
Namun, sesaat kemudian, Gladys kembali mengatakan sesuatu, yang membuat Mirna harus melebarkan matanya.
"Nyonya Mirda, tidak hanya kita berdua saja yang menginginkan ini semua ... Tapi, lebih dari apapun ada satu orang lagi yang menginginkan hal ini."
Mirda memandang Gladys lekat-lekat, lalu kembali bertanya. "Apa ada orang lain yang ingin Alex hancur? ... Siapa?"
Saat itu pintu ruangan itu terbuka, saat Mirda berbalik, dia langsung terperanjat dan segera berdiri.
"Jody?! ... Eh, maksudku, Tuan Jody?"
Seorang laki-laki yang baru saja masuk, tersenyum lalu berjalan melewatinya. Dia Gladys menyambut dengan mendongakkan kepalanya sementara laki-laki itu menunduk.
Keduanya langsung berciuman dengan panas, tepat di depan mata kepala Mirda.
Tak berapa lama, Laki-laki itu berdiri, dan menatap Mirda, sebelum balik menyapanya.
"Nyonya Mirda ... Setelah membuang sampah itu, kini kau terlihat cantik. Coba kulihat, wajahmu sekarang lebih cerah ... "
Mirda tidak menyangka, ada satu orang lagi yang terlibat dalam rencana ini. Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah, orang itu adalah Jody Setiawan. Sepupu dari Alexander Putra Mandala, orang yang akan menjadi korban, dari rencana besar ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ali B.U
lanjut
2022-09-14
2
ꇙꋬ꓄ꌦꋬ ꀘꏂꋊꉔꋬꋊꋬ
thor, ranti itu di awal terlihat pintar, semoga tetap begitu di episode selanjutnya
2022-08-25
0
gaby
Mudah2an Ny.Mirda ga tega sm Alex & ngasih tau kebenaran tentang Alex. Ksian Alex di khianati 2org terdekatnya
2022-08-24
0