"Mbak, aku sudah mencari tau informasi tentang Alexander Putra Mandala. Sepertinya, dia tidak seperti apa yang kau pikirkan."
Nick mengatakan itu. Saat keduanya makan malam di rumah. Pemuda itu sengaja memasak agar Ranti makan dan dia memiliki kesempatan mengatakan ini.
Sambil terus menyuap makanan yang ada di sendoknya, Ranti menggelengkan kepala.
"Nick, orang ini sangat licik ... Aku menebak, kau pasti menemukan di catatan kesehatannya, bahwa dia memiliki penyakit impotensi, bukan?"
Mendengar itu, Nick menganggukkan kepalanya. "Ya, aku menemukan itu. Lagipula tidak hanya itu saja ... Saat berkuliah di luar negeri, orang itu terkenal cukup aktif dalam kegiatan sosial. Bahkan, sampai saat ini juga. Dia—"
"Nick, aku tau kau mencemaskan ku. Tapi, aku lebih tau dari apa yang orang lain tau. Dan ... "
Ranti tampak berpikir, seolah mempertimbangkan sesuatu. Dia ingin mengatakan bahwa dia tau bahwa laki-laki itu sama sekali tidak memiliki penyakit itu. Karena dia merasakan sendiri bagaimana benda itu bergerak di belakangnya.Namun, dia mengurungkan niatnya.
"Ah, pokoknya aku tau ... Soal kegiatan sosial itu. Bahkan para psikopat gila, juga menggunakan hal-hal seperti itu untuk menutupi kebusukannya, bukan?"
Nick tidak bisa menjawabnya. Dia sangat yakin apa yang dia temukan benar. Namun, sepertinya sangat sulit untuk menjelaskan pada wanita di depannya ini. Setidaknya untuk saat ini.
Nick mengangkat bahunya, lalu berdiri. Sebelum pergi, dia kembali mengingatkan.
"Mbak, apa yang kita lakukan salah, meski niat kita benar. Tapi, ada saatnya jika kita tidak benar-benar mencari tahu terlebih dahulu, maka kita akan menyesal karena ternyata ada banyak hal yang tidak seperti apa yang kita pikirkan."
Setelah mengatakan itu, pemuda itu pergi dan masuk ke kamarnya. Ranti hanya bisa menarik nafas dalam, dan melepasnya dengan kasar.
"Nick, terimakasih ... Tapi, Sama sepertimu, aku tau apa yang aku lakukan ... "
Ranti menyudahi makan malamnya, dan berniat kembali ke kamarnya. Karena Selera makannya hilang begitu saja.
Dua hari berlalu, tidak ada kemajuan apapun yang bisa di lakukan Ranti. Dia mendapat kabar bahwa saat ini Alex sedang berada di luar kota.
Dua hari itu pula, dia mencari tau banyak hal di kantornya itu. Dan mendapati banyak hal yang tidak sesuai dengan harapannya.
Pertama, sama seperti apa yang di katakan oleh Dewi. Semua orang mengetahui bahwa Alex memang impoten. Karena sudah sejak lama laki-laki itu menikah, sampai sekarang, belum juga memiliki anak.
Kedua, bukan hal baru bagi siapa saja wanita yang memiliki kepercayaan diri tinggi, berusaha mendapatkan perhatian Alex. Namun, berakhir dengan kekecewaan.
Bahkan, ada sebuah kejadian di mana Alex sendiri yang memecat seorang wanita, yang nekat menjebaknya. Tidak hanya di pecat saja, keluarga Mandala menuntut wanita itu, hingga berakhir di penjara.
Ranti tersenyum miris mendengar itu. Di kepalanya, membayangkan kejadian sebaliknya.
"Bisa saja dia yang melakukannya, dan saat wanita itu menolak dan berhasil meloloskan diri, dia dengan kekuatannya membalikkan fakta dan memasukkan wanita itu kedalam penjara, bukan?"
Semua pegawai wanita termasuk Dewi, menggelengkan kepala mereka seolah tak percaya dengan bagaimana Ranti mengambil kesimpulan.
"Ran, aku tau bahwa kamu mungkin berniat mendekati pak Alex. Tapi, aku ingatkan ... Meski kamu sangat cantik, Gladys, istrinya juga sangat cantik."
Dia hari saja, Ranti sudah banyak mengenal pegawai wanita di sana. Sebaliknya, dia tidak perlu mengenalkan dirinya pada kaum Adam. Karena sejak hari pertama bekerja saja, namanya mulai terdengar hingga ke tukang parkir kendaraan di perusahaan itu.
Sekarang contohnya, tidak sedikit laki-laki yang menatap ke meja di mana dia dan tiga orang wanita lainnya duduk. Namun, tidak ada yang punya nyali mendekatinya.
"Aku hanya penasaran saja ... Bagaimana dia bisa mengaku bahwa dia impotensi. Seharusnya, itu Aib bagi dia, bukan?"
Saat pertanyaan itu dia lontarkan, Dewi dan tiga orang lainnya terdiam. Mereka juga tidak tau siapa yang pertama kali mengatakan hal tersebut. Akan tetapi, melihat bagaimana situasinya, tidak ada alasan bagi siapapun untuk meragukannya.
"Ran, sebaiknya kamu berhati-hati. Jika keluarga manda tau, kamu bisa dalam bahaya. Kamu tidak hanya akan bilang pekerjaan, mungkin saja kamu juga akan berakhir di penjara!"
Peringatan itu, dia katakan dengan sungguh-sungguh. Dewi melihat bahwa kehadiran Ranti di divisi mereka, seperti pedang bermata dua.
Sebagai rekan, jelas Ranti sangat berpotensi untuk membantu divisi mereka. Sehari setelah pertemuan itu, meski tidak secara terang-terangan, Dion, kepala Divisi marketing selalu memuji wanita ini.
Namun, di lain sisi wanita ini juga seperti ancaman bagi pekerjaan mereka. Salah sedikit saja apa yang dia lakukan, Alexander Putra Mandala, bisa saja mendepak mereka semua dari perusahaan ini.
"Tapi, Ran ... Kamu beruntung. Tidak banyak pegawai baru yang langsung dilibatkan di lapangan. Perlu pengalaman terlebih dahulu untuk itu ... Sepertinya Pak Alex, memercayai kamu."
Ranti hanya bisa mencibir, saat mendengar itu. Tanpa sadar dia bergumam. "Yah, dia percaya dengan cara itu, dia bisa membuatku jauh dari pandangannya. Tapi, lihat saja ... Aku akan menaklukkan laki-laki brengsek itu ... "
Meski samar, mereka mendengarnya. Ketiganya saling bertatapan, dan menggelengkan kepala. Sepertinya Ranti memang tidak tau, seperti apa tugas di lapangan yang di maksud oleh Dion, kepala Divisi mereka.
"Ranti ... Setelah istirahat, kamu di panggil untuk menghadap pak Alex ... "
Mereka semua di kejutkan dengan kedatangan Dion, yang tiba-tiba saja sudah berdiri di ujung meja, di kantin perusahaan itu.
"Maksud bapak? ... Bukan kah, laki-laki itu sedang di luar kota?"
Mendengar itu, mata Dion melebar. "Ranti! ... Dia bos kita! Perhatikan cara bicara kamu, saat memanggilnya."
Ranti menutup mulutnya, yang secara tidak sengaja menyebut Alex dengan cara tidak sopan, setidaknya di depan rekan-rekannya ini.
"Maaf, pak ... Saya belum terbiasa."
Dian menggelengkan kepalanya, dan kembali berkata. " Dia sudah pulang, dan memintaku untuk menyuruh kamu, datang ke ruangannya setelah ini ... "
Mendengar itu, wajah Ranti menjadi cerah, dia seolah mendapatkan angin surga. Dua hari menunggu, ternyata kesempatan datang begitu saja tanpa harus keras memikirkannya.
Dia langsung berdiri dan berjalan, meninggalnya semua orang di sana.
"Hei, bukan sekarang! Tapi nanti ... Kataku!"
Ranti terus berjalan dan berbalik sambil tersenyum. "Ah, aku hanya tidak ingin membiarkan bos kita menunggu ... Jadi, sebaiknya aku ke sana sekarang saja."
Ranti sampai di lantai di mana ruangan Alex berada. Dia tidak melihat ada asisten atau sekretaris yang duduk di meja luar ruangan itu.
Ranti mengetuk pintu tersebut, namun tidak ada yang menjawabnya. Setelah berpikir sebentar, Wanita itu langsung mengangguk.
"Permisi ... "
Ranti melongokkan kepalanya setelah berhasil membuka pintu ruangan tersebut. Namun, dia tidak melihat Alex duduk di mejanya.
Ranti memutuskan untuk masuk, dan menunggu di dalam saja. Dia benar-benar tidak ingin membuat bis nya itu menunggu.
Hari ini, dia berniat untuk memperbaiki kesalahannya, dan meminta maaf agar Alex membiarkan tetap bekerja di kantor saja.
Namun, saat sudah berada di dalam, dia tidak melihat Alex di manapun. Berpikir keberadaannya di sana tanpa seorang pun, akan membuat Alex curiga, dia memutuskan untuk keluar dan menunggu di sana.
Namun, saat dia hendak keluar, dia mendengar suara. Ranti menoleh dan melihat sebuah pintu lainnya di dalam sana.
"Pak Alex ? ... Anda di dalam?"
Ranti berjalan ke sana berniat memanggilnya. Namun, karena pintu tidak tertutup di masuk begitu saja.
Saat di dalam, Ranti melihat ruangan itu layaknya sebuah kamar. Ada tempat tidur dan lemari persis seperti kamar pada umumnya.
"Apa di semua kantor, para bis memiliki ruangan seperti ini?" Pikirnya.
Tanpa sadar Ranti terus berjalan dan masuk ke semakin dalam. Sebelum akhirnya dia mendengar satu lagi pintu terbuka.
Mata Ranti melebar begitu juga dengan mata orang yang baru saja keluar dari sana.
Ranti melihat, Alex keluar hanya dengan sehelai handuk bersamanya. Tapi handuk itu dia gunakan untuk mengeringkan rambut. Sehingga, matanya langsung fokus pada benda yang ada di bawah perut laki-laki itu.
Karena terkejut, Ranti langsung membuka mulut nya dan mulai berteriak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ali B.U
mungkin ini kecerobohan yang berujung fatal
2022-09-13
3
Ali B.U
egomu terlalu tinggi Ranti
2022-09-13
3
Ali B.U
bekerja di lapangan emang sangat rumit karna harus benar2 menguasai situasi dan kondisi
2022-09-13
3