"Nona, hei!"
Pria yang menolongnya memanggil Ranti sekali lagi agar cepat bangun dari tubuhnya, karena pria itu sudah mulai merasa sedikit kesemutan, dan sakit akibat benturan sesaat setelah berhasil mengangkat wanita itu dan terjatuh ke belakang.
Akan tetapi, Ranti masih terdiam di atas tubuhnya. Wanita itu masih terlalu syok, hingga seperti kehilangan kontrol untuk menggerakkan tubuhnya.
"Nona, kau mendengar ku atau tidak?"
Sekali lagi Alex yang masih berada di bawah tubuh Ranti memanggilnya. Pria itu sedikit keheranan, kenapa wanita ini tidak bergerak sama sekali.
"Apa kau pingsan?"
"Hei, Nona, kau masih hidup?"
Alex sedikit kesal karena wanita yang ditolongnya ini, tidak kunjung berdiri atau sekedar menjawab pertanyaannya.
Dan sialnya, saat itu Alex kembali merasakan reaksi aneh pada tubuhnya.
Sekarang, miliknya terasa akan benar-benar berdiri. Karena posisi benda itu sangat tepat berada di bagian belakang tubuh Ranti, yang menonjol.
Mata Ranti masih menatap langit, nanar dan pikirannya juga kosong. Suara yang sejak tadi dia dengar, sama sekali tidak dia hiraukan.
Namun, dia mulai merasa seperti ada benda aneh yang terasa menggeliat di belakang tubuhnya.
Tak lama kemudian, Ranti melebarkan kedua matanya. dia mengenali benda apa yang biasanya bergerak seperti itu.
Setelah menyadari hal tersebut, Ranti langsung berusaha berdiri secepat yang dia bisa dari tubuh yang ada di bawahnya.
Mata Ranti langsung fokus kepada benda yang menonjol di antara pangkal paha itu pria itu.
Saat pria itu berdiri, Ranti mendapati benda itu semakin terlihat membesar.
Alex ingin menanyakan keadaannya, namun dia sedikit heran. karena saat ini, Ranti malah menatap ke arah bawah.
Alex langsung tersadar, saat wanita itu menunjuk ke arah miliknya yang sudah mengeras dengan sempurna.
"Oh tidak! Apa itu Sialan? ... kau benar-benar pria yang cabul!"
Alex terkejut, saat mendengar pekik Ranti yang kini menunjuk ke bagian tubuh di bawah perutnya itu.
Saat itu juga, reflek Alex langsung menutupi area itu dengan kedua tangannya.
Kata-kata Ranti membuat wajah pria itu memerah seketika karena malu.
Ranti mendongakkan wajahnya dan baru menyadari bahwa yang baru saja menolongnya adalah Alex. Pria yang harus dia dekati.
Namun, saat itu Dia melihat Alex sudah menutup miliknya yang mengeras itu dengan kedua tangan, sebelum berbalik dan pergi begitu saja.
Ranti sempat melihat wajah Alex memerah. "Dia pasti marah karena aku mengumpat padanya!"
Sesaat setelahnya, Ranti baru menyadari apa yang baru dilewatkannya dan apa yang akan membuat dirinya mendapatkan masalah setelah ini.
"Ah ... Sial, Dasar bodoh! Kenapa aku malah mengumpat padanya?"
Ranti merutuki kebodohannya sendiri. Padahal jika dia tidak melakukannya, itu bisa menjadi kesempatan untuk mendekati pria itu.
Jika diingat kembali, Alex jelas sudah menyelamatkan nyawanya. Ranti berkacak pinggang dan memegang kepala, memikirkannya.
"Benar-benar bodoh! Seharusnya aku berterimakasih, karena dia berusaha menolongku. Tapi, kenapa mulut sialan ini malah mengumpat padanya?"
Ranti seperti orang gila yang hampir saja mati, berbicara pada dirinya sendiri. Ini sama persis dengan apa yang terjadi, saat keduanya bertemu untuk pertama kalinya.
Ranti kembali merutuki sendiri, karena telah menyia-nyiakan kesempatan besar untuk mendekati Alex.
Meski yang dia lakukan bukanlah hal yang baik, namun Ranti tidak mentoleransi siapapun menyentuh dirinya, tanpa seizinnnya.
Tentu saja itu juga berlaku pada Alex. karena saat itu, dia sama sekali tidak tau bahwa yang berusaha menolongnya itu, adalah pria tersebut.
Sekarang, targetnya terlihat sangat marah. Tentu saja Ranti berpikir seperti itu. Bukannya berterimakasih, wanita itu malah mengumpat dan mengatakannya, Cabul.
"Kenapa bisa sangat sial dan sesulit ini?"
Sementara itu, Alex yang sudah berada di ruangannya, juga memikirkan wanita yang baru saja dia tolong itu.
Sama seperti Ranti, dia juga merasa sial. Tentu saja begitu. Sekarang saja, dia sangat malu, karena selalu berada dalam posisi yang seolah dia adalah laki-laki mesum, jika berhadapan dengan wanita itu.
Alex menatap pada resleting celananya. Sebenarnya dia juga heran kenapa miliknya bisa bereaksi, saat bersentuhan dengan wanita tersebut.
Alex bahkan merasakan darahnya mendesir saat melihat tubuh Ranti. Sesuatu yang sangat asing bagi dirinya.
Alex menggelengkan kepalanya, menepisnya pikiran kotornya. Setidaknya, saat ini dia akhirnya tau siapa nama wanita itu.
Saat berada di ruangan ini, dia tidak terlalu memperhatikannya. Namun, tadi Alex sempat melihat dan membaca Name tag yang ada di pakaian wanita itu.
Alex berniat memanggil sekretarisnya, dan meminta orang itu untuk mencari di perusahannya, di divisi apa wanita itu sekarang bekerja.
Dia bukanlah pria cabul, seperti apa yang di katakan oleh wanita itu tadi, meski dia menginginkannya sekalipun.
Namun, saat seseorang mengatakan dan menganggapnya seperti itu, tentu saja dia tidak terima.
"Ranti Olivia ... Aku bukan seseorang seperti yang kamu pikirkan."
Ranti kembali ke lantai di mana dia ditempatkan, dengan perasaan kesal bercampur rasa bersalah kepada Alex.
"Ran, kamu kelamaan!"
Tiba-tiba saja, Dewi menyambutnya dengan nada sedikit ketus saat melihat Ranti baru saja datang.
Namun, Karena Ranti tidak menanggapinya, dan wajah wanita cantik itu tampak kesal dan ada seperti raut kecewa, Dewi menyimpulkan bahwa usaha wanita itu untuk menarik perhatian Alex telah gagal.
Dengan tersenyum meremehkan, Dewi datang menghampirinya. "Apa kau tahu Jika pak Alex itu, sebenarnya mengidap penyakit impotensi?"
Ucapan Dewi mampu mengalihkan perhatiannya. Sekarang, dia menatap rekan barunya itu, dengan kerutan di keningnya.
Ranti jelas tidak percaya, karena dia merasakan sendiri milik Alex bereaksi. Malah, sekarang dia jadi semakin yakin bahwa, Alex bisa melakukan apa saja untuk menutupi kebusukannya.
Namun, melihat wajah Dewi, enatah kenapa rasa kesalnya, beralih pada wanita itu.
"Kalau dia seperti itu, Lalu kenapa kau memberitahu aku?"
Melihat tanggapan Ranti yang dingin, Dewi mengangkat bahu dan kembali berkata.
"Entahlah! Lagipula ... ini sudah menjadi rahasia umum. Kamu kan baru, jadi aku rasa sebaiknya kamu tau itu."
Ranti hanya menggelengkan kepalanya, tak percaya. Sedangkan Dewi, berbalik dan pergi dari sana.
"Kecantikanmu, sama sekali tidak berguna di depannya. Nona." batinnya.
Kini Ranti menatap layar komputernya. Meski tidak terlihat menanggapinya dengan serius, jika keadaan Alex seperti apa yang Dewi katakan. Maka jelas Alex sudah membuat agar semua orang berpikir seperti itu. Karena saat ini saja, dia masih bisa mengingat bagaimana milik pria itu mengeras.
"Impotensi, Huh? ... Omong kosong! Pria itu, benar-benar berbahaya."
Ranti memandang arloji yang terpasang di pergelangan tangannya. Dia cukup bosan, menunggu jam pulang yang tak kunjung tiba.
Dia memandang orang-orang yang ada di ruangan itu, masih sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.
Ranti sama sekali tidak perduli dengan pekerjaan di sana. Dia hanya berniat untuk berada di sini, beberapa waktu hingga misinya selesai saja. Setelah itu, dia tidak akan kembali lagi ke gedung ini.
Beberapa menit sebelum jam pulang, kepala divisi tiba-tiba memasuki ruangan.
Dia memberitahukan jika progam yang mereka ajukan telah disetujui. Besok, akan diadakan pertemuan dengan pimpinan perusahaan itu.
"Kamu pulang sama siapa, Ran?" tanya Dewi, yang sekaligus membuyarkan lamunan Ranti.
"Ha? Pulang?!"
"Iya, pulang. Ini sudah waktunya kita untuk pulang, apa kamu dari tadi hanya melamun?"
"Ya, aku belum begitu mengerti apa yang harus aku kerjakan." Jawab Ranti, sekenanya.
Hembusan nafas panjang terdengar dari Dewi, "Apa kamu juga gak tahu, saat kepala divisi yang kemari?"
Ranti menatap Dewi, "Kenapa dia kemari?"
"Sebuah program sudah disetujui. Jadi, besok kita akan mengadakan presentasi di depan Bos perusahaan ini!"
Setelah mendengar Dewi mengatakan itu, Ranti seperti mendapatkan harapan baru.
"Baiklah ... Aku akan bersiap-siap untuk hari esok!"
Dewi memundurkan kepala sedikit, lalu menggeleng heran. "Dia impoten. Semua orang sudah tau itu ... "
Ranti hanya tersenyum sambil mengambil tasnya. "Jika begitu, aku hanya harus membuat benda itu berdiri, bukan? ... Sepertinya bukan hal yang sulit."
Ranti pergi begitu saja, meninggalkan Dewi dengan wajah kesal di belakangnya. "Sepertinya, ada yang salah dengan cara kerja otak wanita ini ... "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ali B.U
katanya profesional tapi kok aku rasa kerjanya terburu-buru
2022-09-13
3
Salmah
bukan salah tp agak gesrek🙏🙏🙏
2022-08-27
1