Misi Dimulai

Seminggu berselang, Mirda yang sudah mendapatkan profil Ranti sejak beberapa hari yang lalu, tengah melihat kembali data wanita yang kini masih berada di atas meja kerjanya tersebut.

Awalnya, dia berniat untuk memanipulasi data itu, agar wanita tersebut bisa memasuki perusahaan di mana Alex memimpin, tanpa masalah.

Sebagai salah satu pemegang saham di sana dan tau standar penerimaan karyawan yang ditetapkan Alex, secara mengejutkan, Ranti memiliki semuanya.

Mirda tersenyum miris, sambil terus melihat CV di depannya. "Sial, wanita ini ternyata memang sangat pintar ... "

Dia mengambil ponsel dan mencari sebuah nama di sana. Begitu menemukannya, Mirda langsung menekan tanda membuat panggilan, dan menempelkan benda tersebut ke telinganya.

Dan lama, panggilan itu tersambung.

"Ranti ... Apa kau sudah di sana? ... "

Ranti yang kini tengah berada di dalam mobil, langsung menjawab.

"Ya, bisa dikatakan begitu. Aku akan segera tiba ... "

Saat ini, dia sudah bisa melihat gedung menjulang milik perusahaan Mandala.

"Bagus, kau bisa langsung bekerja. Seseorang telah menunggumu di sana dan dia akan menjelaskan segala sesuatunya padamu."

Saat panggilan itu selesai, mobil yang di kemudikan Nick, memasuki halaman gedung.

Saat mobil berhenti dan Ranti berniat untuk turun, dia menyadari sesuatu, dan berbalik menatap pada Nick yang sejak tadi tidak berbicara apapun.

"Nick, ada apa?"

Nick menggelengkan kepala lalu menoleh pada Ranti.

"Kenapa kau tidak memberi tahuku sebelumnya? ... "

Ranti hanya bisa menghela nafas, dan melepasnya. Dia berpikir mungkin saja pemuda itu merasa di abaikan karena sama sekali tidak dilibatkan dari awal.

"Nick, sudah aku katakan sebelumnya. Ini terjadi begitu saja dan seperti yang aku bilang. Target kali ini, benar-benar pantas mendapatkannya ... "

Nick tampak ingin mengatakan sesuatu, namun sepertinya dia mengurungkan niatnya.

Ranti yang menyadari itu, sekali lagi hanya bisa tersenyum, dan meyakinkannya.

"Tenang saja, ini tidak akan lama ... Aku pernah berurusan dengan brengsek itu sebelumnya, dan dia terlihat sangat mudah ... "

Sekali lagi Nick menggelengkan kepalanya, namun lekas Ranti menimpalinya.

"Hei, bocah ... Sebaiknya kau menyemangati ku. Kita sudah di sini, dan sudah sangat terlambat untuk membahasnya, bukan?"

Nick mengangkat bahunya, dan berkata pasrah.

"Ya, semoga semuanya semudah yang Mbak katakan. Jika terjadi sesuatu, cepat hubungi aku ... "

Mendengar itu, Ranti mendekatkan wajahnya dan satu ciuman mendarat di pipi pemuda itu.

"Kau memang yang terbaik ... Jika begitu, aku pergi dulu."

Tanpa menunggu tanggapan Nick, Ranti sudah membuka pintu dan keluar dari sana. Sebelum dia menutupnya, wanita cantik itu kembali berkata.

"Saat ini selesai, kedepannya kau akan aku libatkan dalam memilih target, oke?"

Ranti baru saja hendak berbalik, begitu Mobil yang di kendarai Nick itu menghilang dari pandangannya. Namun, dia mengurungkan niatnya, karena tiba-tiba saja dia melihat sebuah mobil mengarah pada pintu masuk gedung itu.

"Nona, harap mundur sedikit ... Bos akan melewati ini."

Ranti menoleh pada orang yang sepetinya sedang berbicara padanya. Di belakang orang itu, Ranti juga mendapati beberapa orang lainnya.

Tidak lama, lebih dari dua lusin orang sudah datang ke sana, dan mulai berbaris. Ranti memundurkan langkah, dan berdiri di belakang orang-orang yang sudah membentuk gang tersebut.

Mobil yang tadi Ranti lihat, berhenti tepat di antara dua bari manusia itu. Meski sudah bisa menebak siapa yang akan turun dari dalam sana, namun entah mengapa darah Ranti saat itu sedikit berdesir.

Pintu terbuka, dan sesosok laki-laki berjas berwarna hitam, baru saja turun dari sana. Saat dia mulai berjalan selangkah, semua kepala yang ada di sana, langsung menunduk dan menyapanya.

"Selamat Datang ... Bos!"

Alex tersenyum ramah, sambil mengangguk sekali. Entah kenapa saat itu Ranti merasa laki-laki itu terlihat begitu mendominasi.

Dia mendapati Alex sempat sekilas melihatnya, lalu berpaling dan kemudian kembali melangkah masuk, di ikuti oleh semua orang di belakangnya.

"Sial, sepertinya ini lebih dari yang aku duga ... "

Wajar Ranti bergumam seperti itu. Karena dari bagaimana sikap Alex, Ranti merasa Alex bersikap tak mengenalnya.

Ranti menggelengkan kepalanya, cepat. Dia sudah sadar bahwa ini memang tidak semudah apa yang dia katakan pada Nick.

Itu karena cara mereka bertemu pertama kali, sedikit kurang mengenakkan. Ranti sudah memikirkan ini sebelumnya, dan dia berniat memulainya dengan memanfaatkan hal tersebut.

"Ah, meski buruk ... Setidaknya, aku sudah ada di kepalanya ... "

Ranti memutuskan untuk memikirkan itu nanti. Dia menatap pintu masuk, dan kembali bergumam.

"Baiklah ... Saatnya bekerja dan beri brengsek itu, pelajaran ... "

Ranti memasuki gedung dengan membawa sebuah misi, untuk menaklukkan hati orang yang paling berkuasa di sana.

"Anda pasti Nona Ranti, bukan?"

Baru saja Ranti memasuki loby gedung, seseorang langsung memanggilnya. Meski sempat heran, dia langsung menyadari bahwa, orang itu pasti yang tadi Mirda katakan padanya.

"Ya, aku Ranti Olivia dan, Tuan ... ?!"

Pria yang terlihat berumur empat puluh tahun akhir itu, tersenyum dan menjawabnya.

"Bagus ...  sangat cantik, tepat seperti yang dikatakan Nyonya Mirda ... aku Sofyan. Dari bagian HRD ... Ayo ikut aku."

Ranti mengikuti Sofyan untuk mendapatkan penjelasan tentang di bagian apa di perusahaan ini dia akan di letakkan. Butuh setengah Jam bagi pria itu untuk menjelaskan segala sesuatu tentang perusahaan ini kepadanya.

Dengan segala informasi yang Ranti dapat, Ranti sudah merasa sudah sangat menjalankan misinya.

Dan satu jam kemudian Ranti sudah berada di dalam kubikel, di lantai empat puluh enam, lantai divisi marketing di mana dia ditempatkan, dengan wajah tampak berpikir sangat keras.

"Sial, apa dia sangat bodoh? ... kenapa wanita itu menaruh ku di tempat ini? Kalau begini, bagaimana cara aku menaklukkannya ... ?!"

Sekarang Ranti menyadari bahwa jarak antara dia dan Alex sangat Jauh. Pemimpin perusahaan yang menjadi Targetnya itu, berada di lantai enam puluh sembilan. Untuk bertemu saja, wanita itu harus melewati dua puluh delapan lantai, di mana Alex kini berada.

"Errggghhh ... Aku lebih memilih dijadikan  pembersih di lantai itu, daripada di sini ... "

Sementara itu, di ruangannya Alex tampak sedang berpikir. Dia merasa mungkin memang pikirannya sudah terganggu.

"Sial, bagaimana aku bisa melihat dia di mana saja. Bahkan, tadi aku melihatnya di depan gedung ini ... Siapa sebenarnya wanita itu ... "

Dua kali bertemu dengan Ranti, sejak saat itu Alex selalu memikirkan wanita tersebut. Perasaan ini tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

Bahkan, jika dia mengingat kembali, wanita yang memiliki ukuran bukit kembar yang terasa sangat pas dalam genggaman dan membuat tubuhnya bereaksi itu, terlihat sangat tidak menyukainya.

Lama dia termenung, sebelum akhirnya dia menggelengkan kepalanya cepat.

"Ah ... tidak, tidak ... Aku tidak boleh seperti ini. Lagipula, aku sudah memiliki istri yang begitu mencintaiku ... Gladys akan sangat sedih, jika mengetahui bahwa aku memikirkan wanita lain, selain dirinya."

Alex pun segera menarik satu dari banyaknya dokumen yang harus dia periksa dan tanda-tangani yang tertumpuk di mejanya.

Sementara Alex mulai membenamkan diri dengan pekerjaan untuk menghilangkan bayangan wanita yang sudah sejak beberapa hari yang lalu berenang-renang di kepalanya itu, di rumahnya, seseorang juga sedang membenamkan kepala di antara kedua paha istrinya.

Gladys tidur telentang menikmati apa yang sedang orang itu lakukan, dengan ponsel sedang menempel di telinganya.

"Jadi, dia sudah memulai nya? ... "

Mirda yang menjadi lawan bicaranya di seberang, menjawab.

"Ya, aku sudah menempatkan di divisi yang paling sering terlibat langsung dengan suamimu ... "

Mendengar jawaban itu, Sebuah senyum licik tersungging di wajah wanita yang memiliki paras yang sama cantiknya dengan Ranti itu.

"Baiklah, aku sangat menghargai bantuanmu ... Tapi saat ini, aku harus menyelesaikan sesuatu terlebih dahulu. Kita bicara lagi nanti ... "

Setelah itu, Gladys melemparkan ponselnya asal, dan mencengkeram rambut pria yang sedang bersamanya lalu berteriak karena kenikmatan yang sedang dia rasakan.

"Aaahhhhh .... !"

Sementara di seberang sana, Mirda yang masih menempelkan ponsel di telinganya mendengar suara pekikan itu. Saat itu, dia  Hanya bisa menggelengkan kepalanya, lalu berkata.

"Ah, sial. Dia melakukannya ... Bahkan ini masih sangat pagi ... !"

Terpopuler

Comments

Ali B.U

Ali B.U

lanjut

2022-09-13

3

Sri Ayudesrisya46

Sri Ayudesrisya46

gila gladys ternyata player

2022-08-26

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!