Saat jawaban dari Mirda itu dia dengar. Otak Ranti langsung bekerja dengan sangat cepat.
Dalam sekejap saja, Ranti sudah bisa menarik kesimpulan bahwa Alexander Putra Mandala yang dikatakan Mirda, benar-benar pria cabul.
Saat mereka bertemu dan tragedi itu terjadi, Ranti berpikir Alex memang menggunakan kesempatan tersebut untuk melecehkannya.
Hal itu tentu hanya bisa di lakukan oleh orang yang sangat cabul, karena saat itu, keduanya baru bertemu beberapa detik saja, sebelum akhirnya kedua bukit kembarnya, sudah berada dalam cengkeraman laki-laki itu.
Ranti bahkan masih bisa mengingat, saat itu jari-jari Alex terasa sedikit meremasnya.
Mengetahui wajah Ranti berubah sedikit tak biasa, Mirda pun bersuara.
"Jadi, bagaimana?"
Tidak menjawab pertanyaan Mirda, Ranti kini menatap tajam pada arah di mana Alex yang tampak berbincang-bincang dengan beberapa orang yang diketahui memiliki pengaruh besar, di negara ini.
"Jadi, dia yang ditunggu-tunggu semua orang di sini?"
"Ya, seperti kataku sebelumnya ... Dia benar-benar memiliki kekuasaan dan kekuatan untuk melakukan apa saja. Alexander Putra Mandala ... Direktur Utama Mandala Grup ... "
Ranti kembali berbalik, dan menatap Alex yang tampak sekali-sekali menoleh dan balik menatapnya. Namun, saat itu pikiran Ranti sedang berenang-renang entah kemana.
Dia membenci laki-laki, apalagi yang bisa menutupi kebusukannya dengan sangat baik. Dia tidak berniat melepaskan orang yang memanfaatkan apa yang dia punya, untuk menindas wanita yang lemah.
Lama dia terdiam, akhirnya Ranti bersuara.
"Pria itu sepertinya sangat ahli dalam menyembunyikan kebusukannya ... Tepat seperti katamu."
Mirda langsung menganggukkan kepalanya cepat.
"Ya, jangan tertipu dengan wajahnya yang terlihat bak dewa Yunani itu. Bukankah orang yang paling jahat, memiliki banyak wajah? Aku benar bukan?"
Kali ini, Giliran Ranti yang menganggukkan kepalanya, menyetujui ucapan Mirda.
"Ya, tentu saja ... Apalagi, sepertinya dia memang benar-benar memiliki kekuatan untuk melakukan apa saja."
Setelah mendengar dan melihatnya sendiri, siapa Alexander. Ranti langsung menyimpulkan bahwa pria itu memiliki sifat bejat, yang mampu dia sembunyikan di balik wajah tak berdosanya.
Mirda tau bahwa hanya perlu satu dorongan lagi, agar wanita di dekatnya ini, mau melakukan permintaannya.
Demi untuk membuat Ranti yakin, Mirda tiba-tiba melontarkan sebuah kalimat yang seharusnya mampu mengguncang seseorang bahkan hingga ke tulang-tulangnya.
"Satu triliun rupiah ... "
Meski mendengarnya, Ranti Marasa tidak yakin dengan apa yang baru saja dia dengar. Tanpa sadar, dia bergumam tak percaya.
"Hah ... ?!"
Mirda mengangguk untuk memantapkan kalimatnya.
"Jika kau mau melakukannya, maka aku dan temanku, bersedia memberimu satu triliun rupiah ... "
Normalnya, Ranti tidak begitu tertarik dengan berapa uang yang akan dia hasilkan.
Akan tetapi, nominal yang baru saja di ucapkan oleh Mirda, bukan nominal biasa.
Satu triliun rupiah, adalah nilai yang sangat fantastis. Uang sebanyak itu, hanya bisa dimiliki oleh segelintir orang saja di Negera ini.
Ranti menelan ludah untuk membasahi kerongkongannya, yang tiba-tiba saja terasa kering.
Dengan suara yang terdengar sedikit parau, Ranti berusaha merangkai kalimatnya, dan berkata.
"Nyonya Mirda ... Aku akan melakukannya, namun sebelumnya ada beberapa syarat yang ingin aku sampaikan."
"Katakan, apa itu?"
"Tentu saja uang yang kau tawarkan sangat besar dan jujur saja itu sangat menggiurkan bahkan untukku. Akan tetapi, perlu kau ingat ... Jika aku akhirnya benar-benar melakukannya, itu karena aku merasa laki-laki itu, pantas mendapatkan konsekuensi atas apa yang telah dilakukannya ... "
Mirda menganggukkan kepalanya setuju, dan kembali bertanya.
"Lalu, apalagi?"
"Pertama ... Beri aku akses untuk sedikit lebih dekat dengannya ... "
"Lalu?"
Mulailah Ranti mengatakan beberapa hal penting, bagi dirinya dalam menjalankan permintaan Mirda tersebut.
Hampir semua hal mendapat anggukan Setu dari wanita tersebut. Dan ada beberapa di antaranya, Mirda meminta waktu, untuk membicarakan hal tersebut dengan temannya.
Ranti tampak tidak mempermasalahkannya. Lalu kemudian sampailah mereka di ujung pembicaraan.
"Aku akan menyiapkan perjanjiannya ... tapi, kapan kau akan memulainya?"
"Saat kau sudah menyiapkan syarat pertamaku ... "
Pembicaraan mereka benar-benar berakhir Dan Ranti memutuskan untuk langsung beranjak pergi dari tempat itu.
Alexander, sejak dia berbalik dan meninggalkan Ranti, laki-laki itu merasa Ranti melihatnya dengan cara yang aneh.
Hal tersebut, membuat dirinya sedikit tidak nyaman. Akibatnya, dia selalu menoleh, apakah wanita itu masih menatapnya seperti itu.
Dia tidak tau kalau ada wanita yang sebegitu dendamnya, saat bukit kembarnya di sentuh pria lain, meskipun itu jelas tidak dia sengaja.
Namun, ada satu hal lagi yang membuat Alexander heran. Dan bukan hari ini saja dia merasakan hal tersebut.
Saat pertama kali dia bertemu dengan Ranti, dan kejadian yang membuat dirinya mendapatkan tamparan serta tendangan keras di antara kedua pahanya oleh wanita itu, sejak saat itu pula kedua telapak tangannya tidak bisa melupakan sensasi saat menggenggam kedua bukit wanita itu.
Saat berada di dekat Ranti tadi, di tidak bisa menahan diri, untuk tidak melirik ke arah dada wanita itu.
Tanpa sadar, Alexander bergumam. "Sial, ada apa denganku ... Apa ternyata aku bisa semesum ini?"
"Maaf? ... Tuan Alex, kau mengatakan sesuatu?"
Alex menatap pada tiga orang yang kini menatapnya heran. Saat itu dia baru menyadari bahwa dia sudah menyuarakan kata hatinya, meski terdengar samar.
"Tidak, tidak ... Bukan apa-apa, bukan apa-apa ... "
Ada dorongan aneh, yang belum pernah pria itu rasakan seumur hidupnya, terkait wanita. Hingga kehadiran Ranti di tempat ini, merusak fokus dan konsentrasinya.
Bahkan, dia tidak begitu mengerti apa yang sedang di bicarakan oleh gubernur, yang sejak tadi berusaha mengajaknya bicara.
Alexander melirik untuk terakhir kalinya, namun sekarang dia sudah tidak melihat Ranti, di tempat di mana terakhir kali wanita itu berdiri.
Sekali lagi ALex membatin. "Kemana dia?"
Bersamaan dengan itu, Dia melihat punggung wanita itu, baru saja menghilang, setelah berbelok melewati pintu Ballroom hotel itu.
Entah ada angin apa, tiba-tiba saja, Alex dorongan kuat dari dalam dirinya, agar segera mengejar wanita itu.
"Sial! setidaknya, aku harus tau namanya ... "
Alex segera berbalik dan tersenyum pada semua orang di sana, sebelum akhirnya berkata.
"Tuan-tuan, maaf ... Sepertinya ada sesuatu yang harus aku lakukan. Silahkan diteruskan ... Permisi."
Tanpa menunggu tanggapan mereka, Alex langsung pergi begitu saja.
Bagi orang-orang yang sedikit lebih mengenalnya, Sikap Alex malam Ini sangat aneh. Hal itu seharusnya juga berlaku bagi Alex itu sendiri.
Satu lagi hal yang belum pernah terjadi pada dirinya, sebelumnya.
Hari ini, seorang Alexander Putra Mandala, tanpa disadarinya, melangkahkan kakinya untuk mengejar seorang wanita, hanya karena dia sangat ingin mengetahui nama wanita itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ali B.U
mungkinkah hanya sebuah nama, ataukah ingin mengulang kejadian tempo hari pegang2
2022-09-13
3
Ali B.U
waw bayaran yang fantastis
2022-09-13
3