Rapat

Pagi ini, Ranti berangkat pagi sekali. Bahkan, Nickolas yang harus mengantarnya, hanya sempat mencuci muka dan menggunakan pakaian yang dia gunakan untuk tidur saja.

"Mbak ... "

Ranti hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Nick tidak pagi ini ... Kita akan membicarakannya nanti. Okey?"

Ranti Turun dan meninggalkan mobil itu setelah menutup pintu nya. Nickolas hanya bisa melepas nafas pasrah, melihat wanita itu berjalan cepat memasuki gedung itu.

Ranti tersenyum ke semua orang yang sudah dia lewati. Banyak pasang mata yang menatap penasaran. Termasuk para lelaki yang tak berkedip ketika wanita yang sangat cantik itu, berjalan melewati mereka.

"Aku tidak pernah melihat wanita itu sebelumnya. Apa dia pegawai baru?"

"Aku juga ... Di bagian apa dia bekerja?"

Ranti hanya bisa tersenyum dan berkata dalam hatinya. "Kalian bisa menikmatinya. Tidak setiap hari aku mau mengenakan ini."

Saat itu, Ranti memang mengenakan pakaian yang lebih berani. Namun karena dia yang memakainya, kesan elegan tetap tidak luntur saat melihatnya.

Ranti memasuki ruang kerjanya, menyapa beberapa orang yang terlihat sedang menyiapkan materi untuk pertemuan itu, sebelum akhirnya mendaratkan bokongnya di atas kursi yang berada di meja kerjanya.

Ranti sengaja datang lebih cepat, karena dia ingin menguasai materi yang sama. Dia tidak ingin terlihat bodoh, saat pertemuan itu berlangsung.

Ranti menyalakan komputer di depannya, dan langsung larut pada apapun yang ada di sana.

"Perhatian semuanya!" terdengar suara Dion, kepala Divisi marketing, memasuki ruangan itu.

Ranti menolehkan kepalanya dan menunggu apa yang akan kepala divisi itu katakan.

"Sesuai apa yang saya katakan kemarin, hari ini kita akan mengadakan rapat dengan Pak Alex untuk membahas program yang kita ajukan sebelumnya, dimohon semuanya untuk bersiap karena sebentar lagi rapat akan dilaksanakan."

Setelah kepergian Dion, semuanya kembali dengan urusan masing-masing. Termasuk Ranti yang sibuk membolak-balik beberapa berkas yang sudah di printnya.

"Ran Ayo!" Ajak Dewi ketika semuanya telah bersiap pergi menuju ruang rapat.

Ranti menoleh, ia mengangguk dan mulai menyiapkan dokumen yang akan diperlukan.

Saat Ranti dan Dewi akan melangkah masuk ke ruang pertemuan, dia melihat seseorang juga akan melakukan hal yang sam. Mereka mendongakkan kepala serentak, dan melihat Alex yang berdiri tegap sambil menatap.mereka sebentar, lalu masuk setelah seorang asisten membukakan pintu untuknya..

Ranti meringis ketika Alex melewatinya begitu saja, wajah datar itu sudah cukup menjelaskan bagaimana marahnya Alex karena perkataannya kemarin.

"Ahh, sial ... Dia terlihat sangat menakutkan."

Ranti masuk kedalam ruangan rapat dan duduk di dekat Dewi. Tak berapa lama, pertemuan itu di mulai.

Sebuah hal mengejutkan, terjadi begitu pertemuan itu berlangsung tidak begitu lama. Ranti, seorang pegawai baru di sana, terlihat sangat menguasai materi pertemuan tersebut.

Akibatnya, terjadi proses tanya jawab yang sangat panjang antara wanita itu dan Alex, pemimpin tertinggi di perusahaan itu.

Dion benar-benar senang, saat mengetahui bahwa Ranti tidak hanya sangat cantik. Namun, juga sangat cerdas.

Melihat bagaimana lancarnya wanita itu menjelaskan, seolah semua materi rapat itu, dia sendiri yang menyiapkannya.

Padahal, ini baru hari kedua wanita itu masuk dan bekerja di divisi yang di pimpinnya.

"Jadi, bagiamana menurut kamu jika investor menolak rencana ini? Bukankah terlalu beresiko untuk membuat daerah yang sepi dan jauh dari keramaian sebagai pusat hiburan."

Ranti tanpa memberikan banyak jeda, langsung menjawab.

"Itu karena apa yang di tawarkan daerah itu sama sekali tidak menarik. Akan tetapi, jika kita sendiri yang mengembangkannya, maka kita hanya perlu mencari atau membuat  icon dan landmark, yang membuat orang-orang tertarik untuk mendatangi tempat tersebut. Setelahnya, kita hanya perlu menyiapkan service terbaik yang membuat mereka betah, dan menghabiskan banyak uang, di daerah itu"

Percakapan seperti itu, seperti air mengalir. Setiap Alex mematahkan argumennya, Ranti balik menjawab dan kembali menguatkan serta meyakinkan bis mereka itu.

Meski ada sekitar lima belas orang di sana. Tapi, hanya dia orang saja yang bicara.

Semua terlihat sempurna, jika saja keduanya tidak bersikap seperti tidak saling bicara di ruangan yang sama.

Gerak-gerik keduanya jelas tak lepas dari perhatian Dewi yang duduk disamping Ranti dan kepala divisi yang duduk di hadapan wanita itu.

Mereka merasa heran karena setiap Alex berbicara dengan Ranti, pria itu sama sekali tidak menunjukan sikap ramahnya apalagi untuk sekadar mentap Ranti yang jelas menjadi lawan bicaranya.

Ranti juga bersikap aneh dengan tidak menatap Alex dan malah menunduk, atau mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Hal itu membuat semua orang yang ada di dalam sana, penasaran. Entah apa yang terjadi, namun mereka yakin bahwa keduanya memiliki sesuatu yang membuat Alex dan Ranti, bersikap seperti itu.

Ranti sempat menatap Dion, saat pria itu berusaha memberi tanda agar Ranti bersikap lebih sopan pada bis mereka.

Namun, Ranti sama sekali tidak memperdulikannya, dan tetap bersikap seperti itu hingga akhirnya tidak ada lagi yang harus dia katakan.

"Baiklah, aku bisa menganggap bahwa pertemuan ini sudah selesai. Dion, Aku akan memanggil kamu, dalam beberapa hari. Persiapkan tim lapangan, terlebih dahulu."

Dion menganggukkan kepala. "Baik, Bos ... "

Ranti merasa lega setelah keluar dari ruangan itu. Melihat Alex yang bersikap dingin padanya, membuat wanita itu jengah, dan ingin cepat-cepat menyelesaikan pertemuan itu.

Berpikir bahwa ada kesempatan baginya untuk meminta maaf, wanita itu terbawa emosi yang berakhir beradu argumen hingga rapat itu benar-benar selesai.

"Ini semakin buruk ... Benar-benar, buruk!"

Ranti tersentak, begitu mendengar suara Dion yang berbicara sambil melewatinya.

"Ranti ikut saja, ke ruangan saya, sekarang!"

Ranti yang tidak mengerti kenapa Dion seperti sedang marah dan melewati mereka begitu saja, berbalik dan bertanya pada wanita di sebelahnya.

"Ada apa?"

Dewi hanya menanggapi dengan menggeleng dan meninggikan bahunya, tanda tak tahu apapun.

"Sebaiknya ikuti saja. Lagipula, Pak Dion buka orang yang sulit untuk di hadapi. Dan rapat ini juga berjalan baik. Aku rasa, kamu akan di masukkan dalam tim yang akan turun kelapangan."

Mendengar itu, wajah Ranti langsung berubah. Sekarang saja, jarak dia dan targetnya sudah sangat jauh. Jika dia benar-benar akan di masukkan dalam tim dan turun kelapangan. Maka kesempatan nya untuk menaklukkan Alex dengan cepat yang sudah sangat teramat sulit, akan menjadi mustahil

"Bapak memanggil saya?" ucap Ranti setelah masuk keruangan Dion.

Dion mengangguk, dia mempersilahkan Ranti untuk duduk sebelum memberikan pertanyaan kepada wanita itu. "Kamu punya masalah apa sama Pak Alex?"

Ranti terkejut mendengar pertanyaan itu, jelas saja dia merasa tidak pernah bercerita apapun tentang kejadian tempo hari kepada siapapun. Dia tentu saja heran kenapa Dion bisa bertanya seperti itu.

Ranti menggelengkan kepalanya, dan kemudian bertanya.

"Kenapa bapak bertanya seperti itu?"

"Saya perhatikan Pak Alex bersikap dingin hari ini. Beliau tidak biasanya bersikap tidak ramah kepada karyawannya selama saya bekerja disini, jika kamu melakukan kesalahan, maka segera meminta maaf dan bereskan masalah kalian berdua. Saya tidak mau ada anggota saya yang bermasalah dengan pemilik perusahaan."

Saat itu juga, Ranti baru menyadari bahwa selama ada di sana, dia kembali melakukan kebodohan lainnya. Jelas saja begitu.

Berbicara dengan seseorang tanpa menatapnya, adalah sesuatu yang sangat tidak sopan. Namun, apabila itu dia lakukan pada atasan, maka tentu saja itu sebuah masalah yang besar.

Masalah itu, pasti akan berdampak pada Divisi marketing ini, bahkan akan sangat berpengaruh pada rencananya nanti.

Ranti kembali merutuki dirSekarang, menyadari kedatangannya ke sini, Ranti berpikir bahwa pria ini akan memberi Dion peringatan karena kesalahannya.inya sendiri. Karena selalu berakhir tidak baik, saat dia bertemu dengan Alex.

"Oh, lagi-lagi seperti ini ... Bagaimana aku bisa menaklukkannya, jika saat bertemu aku selalu memprovokasinya."

Terpopuler

Comments

Nunung Suwandari

Nunung Suwandari

katanya pelakor profesional 🤣

2023-01-30

0

Ali B.U

Ali B.U

mana profesional kerjamu Ranti.,??

2022-09-13

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!