Dia Orangnya

Di sebuah Ballroom hotel mewah, sedang dipenuhi oleh para pengusaha-pengusaha kelas atas di negara itu.

Malam ini, sebuah acara seremoni penyambutan seorang direktur perusahaan yang bergerak hampir di segala bidang, yang tersebar di seluruh penjuru negeri tersebut.

Itu kenapa banyak orang-orang penting datang menghadiri acara itu. Tidak ketinggalan beberapa pejabat tinggi negara, juga turut terlihat di sana.

Di antara beberapa orang di sana, ada beberapa orang yang mendapat perlakuan khusus dan rasa hormat yang lebih, dari yang lainnya.

Mereka adalah Para eksekutif yang memiliki pengaruh di mana satu saja keputusan bisnisnya, berpotensi menjadi penggerak bahkan mengubah arus ekonomi sebuah wilayah.

Dan orang yang sedang mereka tunggu-tunggu untuk di sambut itu, memiliki posisi sedikit lebih tinggi dari yang lainnya.

Sebenarnya, bukan karena jabatannya saja. Tapi karena kekayaan keluarganya yang menjadi sumber pendanaan perusahaan miliknya yang seolah tidak ada batasnya.

Setelah bertemu dengan Mirda tadi, Ranti akhirnya memutuskan untuk datang ke acara ini. Karena di sinilah, Mirda akan menunjukkan siapa laki-laki yang tadi mereka bicarakan.

Ranti sangat lihai dalam memilih busana untuk dia kenakan untuk situasi apapun. Di acara ini saja, menepikan bagaimana cantik dan sempurnanya lekuk tubuh yang dimilikinya.

Tidak hanya pria saja. Bahkan para wanita dari segala usia yang hadir di tempat itu, sesekali melirik wanita yang tampak sedang berdiri di mana terlihat beberapa laki-laki coba mengajaknya bicara.

"Nona, sepertinya kau datang sendiri. Boleh aku menemanimu?"

Seorang pria berumur setidaknya tiga puluh tahun, yang sejak tadi sudah puas memandangnya, memutuskan untuk memberanikan diri, mencoba keberuntungannya.

Ranti yang mendengar itu, tersenyum simpel. Membuat keanggunan terpancar dari dirinya. Namun begitu, dia menjawab pria itu dengan nada cukup sopan.

"Maaf Tuan, tapi aku sedang menunggu seseorang ... "

Meski saat ini banyak yang memperhatikan laki-laki itu mencoba keberuntungannya, ada dua pasang mata di sana yang melihat Ranti dengan tatapan yang berbeda.

Seorang wanita cantik meski sudah berumur sekitar empat puluh tahun, dengan didampingi oleh pria tampan dan gagah yang memiliki selisih umur lima belas tahun lebih mudah dari dirinya.

Sambil tersenyum, wanita itu terus menatap Ranti dan dan laki-laki yang tampak begitu bernafsu untuk mendekatinya, lalu mulai bergumam.

"Hoho, Anak muda simpan ekor mu itu, untuk yang lainnya saja ... Ranti Olivia, sama sekali bukan wanita yang bisa kau taklukan ... "

Mirda sangat senang saat melihat wanita itu datang. Hal tersebut menandakan, apa yang sedang dia tawarkan, hanya butuh satu langkah lagi, sebelum akhirnya Ranti menyetujuinya.

Kembali pada Ranti yang baru saja menjawab tawaran pemuda itu, saat ini, wajah pria itu berubah.

Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dengan kecantikan dan cara berpakaian Ranti yang dilihatnya, terbesit di kepalanya bahwa wanita itu adalah pasangan salah satu eksekutif papan atas, atau anak dari mereka.

Yang mana, dia akan cukup beruntung jika mendapatkan perhatian wanita itu, namun sudah siap kecewa jika permintaannya di tolak.

Akan tetapi, karena Ranti menjawabnya dengan sangat sopan, pria itu hanya bisa pasrah.

Dengan nada sedikit kecewa, dia harus mengakui bahwa wanita tersebut bukan mangsa yang bisa ditaklukkannya.

Lagipula, di tempat seperti ini, dia tidak bisa berbuat sesuka hati. Di dalam ruangan ini masih banyak para eksekutif dan orang-orang berpengaruh, yang memiliki posisi jauh di atasnya.

Tau bahwa keberuntungan tidak berpihak padanya, dan tidak ingin bertindak gegabah hingga berakhir konyol karena telah mengganggu anak gadis atau pasangan orang yang lebih berkuasa, dia akhirnya memutuskan untuk mundur.

"Ya tentu saja ... maaf atas kelancanganku. kalau  begitu, aku permisi ... "

Setelah mengatakan hal tersebut, pria itu langsung berbalik dan segera berlalu. Begitu juga beberapa pria lain, yang sepertinya tidak memiliki nyali dan berpikir sama dengan pemuda sebelumnya.

Mereka tidak mau bermasalah apalagi dengan orang-orang besar. Itu akan berdampak sangat buruk bagi bisnis dan masa depan mereka.

Melihat itu, Ranti membatin. "Hmm ... Pengecut!"

Ranti tau apa yang dipikirkan oleh para pria itu. Karena dia tau apa yang dilakukannya.

Wanita ini sudah sering berhadapan dengan orang-orang seperti mereka. Jadi dia sangat mengetahui bagaimana mereka.

Bagi Ranti orang-orang di sini begitu sombong dan sembrono saat di luar sana.

Namun, mereka akan seperti kucing tersiram air jika berhadapan dengan seseorang yang memiliki kekayaan serta kekuasaan di atas mereka dan akan menjadi seperti anjing penjilat demi kelancaran bisnisnya.

Namun, hal itu hanya berlalu sebentar saja. Karena setelah itu, satu lagi suara dari belakangnya, jelas tengah berbicara dengannya.

"Menunggu? ... Siapa yang kau tunggu?"

Suara itu sedikit berat. Namun bisa membuat tubuh Ranti yang mendengarnya bergidik ngeri. Saat dia berbalik, mata Ranti seketika melebar.

"Kau? ... Apa yang kau lakukan di sini?"

Tentu saja Ranti sedikit terkejut. Saat ini, di depannya tengah berdiri seorang pria yang  beberapa waktu yang lalu, bermasalah dengannya.

Tau bahwa ekspresi wanita itu masih terlihat kesal dengannya, laki-laki itu mencoba lebih ramah, agar tidak terjadi kesalahpahaman, apalagi di tempat ini.

"Nona, aku sudah meminta maaf, dan menjelaskan bahwa itu hanya kesalahpahaman saja ... Aku rasa, kau juga mengetahuinya, bukan?"

Tentu saja Ranti sudah mengetahuinya. Bahkan, saat ini dia ingat bahwa sebenarnya saat itu, memang dirinyalah yang salah karena tidak memperhatikan jalan saat melangkah.

Namun, melihat kemana mata laki-laki itu sekilas mencuri pandang ke arah dadanya saat berbicara, membuat Ranti berpikir bahwa otak laki-laki di depannya ini, memang sedikit mesum.

"Ya, tentu saja aku mengingatnya ... Terimakasih."

Saat Ranti hendak berbalik, laki-laki tersebut, kembali memanggilnya, dan melontarkan pertanyaan yang sama.

"Lalu, siapa yang kau tunggu di sini?"

Meski terlihat sangat tampan, Ranti sungguh tidak perduli. Walaupun saat ini dia menyadari banyak mata wanita di sekitar tempat mereka berdua berdiri mengawasi dan memasang wajah iri, Ranti tetap tidak perduli.

Karena, dia memiliki tujuan lain kenapa bisa berada di tempat ini. Ranti sama sekali tidak memiliki waktu, untuk meladeni pria yang terlihat ingin berbasa-basi dengannya ini.

"Maaf, Tuan ... Aku rasa, bukan urusanmu tentang siapa yang aku tunggu, bukan?"

Laki-laki itu, hanya bisa tersenyum sedikit kecut, karena jelas wanita didepannya ini masih terlihat dendam padanya.

Sikap ketus yang Ranti tunjukkan, entah kenapa menjadi hal yang menarik baginya. Karena dia sangat yakin, di antara semua semua orang yang ada di dalam ballroom ini, hanya wanita di depannya ini saja yang berani melakukannya.

"Oh, tentu saja itu bukan urusanku. Maaf, jika aku mengganggumu. Aku hanya berniat menyapa, karena kita pernah bertemu sebelumnya ... "

Mata semua orang sedikit melebar, ketika melihat laki-laki itu sedikit menundukkan kepala, saat berbicara dengan Ranti, sebelum akhirnya berbalik dan pergi dari sana.

Sementara, Ranti yang memang sama sekali tidak perduli, berbalik ke arah berlawanan sambil mengedarkan pandangannya.

"Ranti ... Kau benar-benar luar biasa ... "

Ranti sempat tertegun saat mendengar suara itu di sebelahnya. Saat dia menoleh, barulah dia sadar bahwa di sana telah berdiri Mirda yang sedang di carinya.

Sambil tersenyum, Mirda kembali menyanjungnya.

"Kau bahkan sudah bisa menarik calon mangsamu, bahkan sebelum mengetahui siapa orangnya. Benar-benar seorang Pelakor yang, Profesional ... "

Saat mendengar itu, mata Ranti melebar. Jelas apa yang baru saja dikatakan Mirda, hanya mengarah pada satu hal.

Namun, demi memastikannya, Ranti bertanya, sambil menunjuk ke arah kemana laki-laki tadi pergi.

"Jadi, maksudmu ... Pria brengsek itu, Dirinya?!"

Mirda merapatkan alisnya, karena mendengar Ranti mengatakan laki-laki itu seorang brengsek. Ini tentu saja  mengejutkannya.

Berpikir bahwa Ranti mungkin saja sudah terbawa dalam penjelasan yang dikatakannya siang tadi, akhirnya Mirda menganggukkan kepala.

"Ya, dia Alex ... Dialah orang yang ingin aku tunjukkan padamu ... Alexander Putra Mandala ... "

Terpopuler

Comments

Ika Papiyati

Ika Papiyati

rata rata dari novel yg aq baca orang yg namanya Alex ganteng, keren, gagah. hmmm🤔 masa iya kaya gitu???!!!!

2022-09-17

1

Ali B.U

Ali B.U

ceritanya mulai menarik

2022-09-13

3

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!