Sementara itu, beberapa menit kemudian, tidak jauh dari rumah itu, setelah bersembunyi di tempat sedikit gelap, Ranti akhirnya keluar.
Sekarang di depannya baru saja berhenti sebuah mobil SUV berwarna hitam.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, dia segera membuka pintu belakang, lalu masuk sambil berkata.
"Anak muda, aku ingatkan agar Jangan sekali-sekali melihat kebelakang. Atau, kau akan mati ... "
Seorang pemuda tampan yang duduk di bangku pengemudi, menanggapi kata-kata Ranti dengan tersenyum. Dia langsung memutar kaca tengah mobil sambil menggelengkan kepalanya.
"Kenapa lama sekali? ... "
Ranti langsung mengirim lokasi keberadaannya pada pemuda tersebut, sesaat setelah dia menemukan ponselnya, begitu Aldo mengatakan bahwa Mirda istrinya berada di luar rumah.
Sebuah bentuk pesan tanda darurat darinya, yang langsung dimengerti oleh pemuda tersebut.
"Aku terpaksa harus menurunkan pacarku, di antah berantah terlebih dahulu, sebelum kesini ... "
"Ah, seharusnya pemuda sepertimu, fokus saja kuliah ... Jangan membuang-buang waktumu dengan gadis-gadis seperti itu ... Nick ... "
Melihat kaca tengah mobil sudah mengarah di mana dia yakin Nick tidak bisa melihat, kecuali pemuda itu sendiri yang memutuskan untuk berbalik badan.
Namun dia cukup mempercayai Nick, dan pemuda itu tidak akan pernah melakukannya.
Ranti melepaskan selimut yang sejak tadi menutupi tubuhnya. Lalu menghamparkan benda tersebut antara dua kepala kursi di depannya.
Sekarang, di belakang, tubuhnya kembali terbuka seluruhnya, dengan Nick masih memacu mobil yang berkaca hitam gelap tersebut, membelah jalan raya.
Di atas kursi, Ranti berdiri dengan kedua lututnya, lalu berbalik kemudian mencoba meraih sebuah tas di belakang dan membawa tas tersebut ke tempatnya.
Ranti membuka tas itu dan mengeluarkan pakaian ganti yang memang sudah dia siapkan untuk situasi-situasi tidak terduga, termasuk seperti saat ini.
"Apa kita akan langsung menuju rumah?"
Sambil berusaha mengenakan celana dallamnya, Ranti menjawab "Ya, tentu saja ... Kau pikir, seharusnya kemana kita saat ini?"
Jika tidak ada selimut yang membatasi mereka, dan Nick memutuskan berbalik untuk melihat, posisi Ranti saat ini seolah sedang menantangnya.
"Aku pikir, kau menginginkan sedikit alkohol seperti saat itu ... "
Dari balik pembatas di belakang, Ranti menjawabnya. "Tidak, tidak ... Sudah cukup untuk malam ini. Sebaiknya, kita langsung pulang saja."
Pernah sebuah kejadian, membuat Ranti harus menenggak beberapa gelas Alkohol, untuk bisa segera melupakannya.
Bahkan, saat ini saja, dia sama sekali belum lupa di mana dia membiarkan seorang pria tua mesum, mencoba memasukkan ulat bulu miliknya, namun gagal, setelah beberapa kali mencoba.
Mengingatnya saja, membuat tubuh Ranti bergidik. Mungkin, dia akan mempertimbangkan untuk tidak memasukkan kasus seperti itu, pada Target yang berikutnya. Karena baginya, ternyata hal itu sangat menjijikkan.
Nick menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Setelah memindahkan perseneling, Nick menginjak pedal gas mobil tersebut, dalam-dalam. Sehingga, tiba-tiba saja mobil itu berakselerasi dan melaju semakin kencang
"Buk ... !"
Terdengar suara benturan di belakang sana, sebelum sebuah umpatan mengikutinya.
"Bocah Sial ... Kau baru saja membuatku merusak pengait tali penutup kedua benda ini ... "
Nick hanya tersenyum menahan tawa. "Maaf, aku sengaja melakukannya ... "
Tidak lama, Ranti yang telah selesai mengenakan pakaian, menyibak selimut yang menjadi pembatas lalu pindah duduk ke depan.
Hatinya masih sedikit kesal karena saat ini dia tidak memakai bra. Hingga sedikit guncangan saja, bisa membuat kedua bukit sintal yang memiliki bentuk proporsional tersebut ikut bergoyang.
Ranti melihat Nick yang berkonsentrasi mengemudi, mengurungkan niat untuk sekali lagi mengumpatnya.
Namun, tak berapa lama, muncul sedikit rasa penasaran dari kata-kata Nick sebelumnya, yang membuat Ranti bertanya, penuh selidik.
"Hei bocah, apa kau benar-benar sudah memiliki pacar?"
Mendengar itu, Nick menggelengkan kepala, lalu berbalik menatap Ranti. Pemuda yang masih berumur dua puluh satu tahun itu, tetap merasa bahwa Ranti terlihat sangat muda, bahkan lebih muda darinya meski Ranti berumur enam tahun di atasnya.
Apalagi, wanita yang kini duduk di sebelahnya itu, memiliki wajah yang begitu cantik dengan tubuh yang siapapun melihatnya, pasti terpesona.
"Tentu saja aku punya. Apa menurut mbak, aku begitu jeleknya hingga tidak ada satupun gadis yang menyukaiku?"
Ranti harus mengakui bahwa Nickolas cukup ... tidak hanya cukup saja. Tapi, sangat tampan dan memiliki tubuh yang atletis.
Tentu saja sudah sewajarnya banyak gadis-gadis diluar sana yang tergila-gila padanya.
Karena itu pula, Tidak mengherankan jika banyak orang yang langsung percaya saat keduanya mengatakan bahwa mereka bersaudara.
Seketika, Ranti menggelengkan kepalanya, lalu berkata. "Bukan begitu. Tapi ... "
Ranti menggantung kata-katanya di udara, sambil mendekatkan wajahnya pada Nick yang sudah berbalik melihat ke arah mana mobil berjalan, dan terlihat gugup.
Matanya menyipit penuh selidik, dan kembali melanjutkan kata-katanya.
"Kau sudah pernah melakukannya? ... Dengan siapa?"
Suara Ranti begitu rendah saat bertanya. Namun karena jarak wanita itu cukup dekat, tentu saja pemuda tersebut bisa mendengar pertanyaan itu dengan sangat jelas.
Sontak hal tersebut membuat Nick membesarkan matanya, lalu melihat ke arah Ranti dan kembali melihat jalan.
"Maksud mbak, apa? ... Melakukan? ... Me-melakukan ... Melakukan, itu?"
Ranti kembali mundur dan bersandar sambil melipat tangan di dada lalu menggelengkan kepala.
Dia tidak memerlukan jawaban dari Nick, apalagi menjelaskannya pada pemuda itu.
Dari gelagatnya saja, dia sudah mendapatkan jawaban dengan sangat terang. Dan itu membuatnya tersenyum yang menampakkan deretan giginya yang rapi.
"Huh, kau cukup tampan, tapi memang masih bocah ... Hahahahahha ... "
Wajah Nick berubah kesal, karena jelas Ranti sedang menertawakannya. Dia menoleh ke wanita itu lalu kembali kejalan, dan kembali ke wanita yang tertawa semakin kencang tersebut lalu kembali ke jalan lagi. Hal itu dia lakukan dengan cepat, setidaknya sebanyak lima kali.
Dengan nada kesal, Nick berseru sedikit histeris. "Aku sudah pernah berciuman ... "
"Hahahahahahahahaha ... !"
Bukannya berhasil membungkam mulut wanita itu, tapi sebaliknya. Kata-katanya malah membuat tawa Ranti semakin kencang. Hingga dadanya yang tidak mengenakan alat pereda gempa itu, terlihat ikut berguncang.
"Wanita gila ... "
Meski mendengar Nick mengumpat padanya, namun Ranti sama sekali tidak perduli dan semakin menggodanya.
Sambil menahan tawa, Ranti kembali mendekatkan Wajahnya, lalu berkata.
"Kalau hanya itu, kau tidak memerlukan gadis-gadis di luar sana ... Kemari, biar aku bisa memberikanmu, sebuah ciuman yang hebat ... "
Dengan sebelah tangannya yang bebas, Nick langsung menahan dan mendorong wajah cantik Ranti yang terlihat sedang berusaha menciumnya itu, dan berkata.
"Menjauh dariku ... Dasar, Wanita gila ... "
"Hahahahahahaha ... "
Ranti kembali tertawa dan bersandar pada kursi, karena puas telah membuat wajah pemuda itu memerah.
"Dasar, bocah ... Hahahahha ... "
Nickolas
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Rere (IG : renitaaprilreal)
Nasibmu, Al. 🤭🤣
Pasti sakit banget. 🥺
2022-08-04
2
Pemenang YAWW 9 😴🤕
hahaha.... 🤣🤣🤣 sumpah ngakak gue... moon...🤣🤣🤣
2022-08-03
1
Pemenang YAWW 9 😴🤕
Hmmm... Good Ranti...🤭😂
2022-08-03
1