"Yang, aku minta uang dong. Aku mau ganti handphone, kalau di pakai main mobile legends lemot banget. Ini kan ram 3, aku mau ganti yang ram 4," ujar Arga kepada sang istri.
"Ya ampun, Mas. Kamu ini gimana sih? Selalu saja mentingin keinginan sendiri. Harusnya kamu itu mikir, aku ini lagi hamil. Harus kumpulin uang untuk anak kita saat lahir. Kamu itu menjadi Ayah benar-benar tidak bertanggung jawab. Hanya ingin buatnya saja. Mikir dong, Mas," cerocos Anin.
"Meskipun aku tak kerja, aku ini kan membantu kamu mengurus rumah. Coba kalau kamu gaji pembantu, hitung-hitung kamu bayar gaji pembantu. Sama suami itu jangan hitungan! Harusnya kamu itu bersyukur naik jabatan, semua itu berkat doa suami kamu ini," sahut Arga tak mau kalah.
Anin sampai geleng-geleng kepala mendengar ucapan suaminya. Bisa-bisa suaminya meminta uang bayaran, karena telah membantu dirinya membersihkan rumah.
Prang!
Anin tercengang, dirinya dibuat melongo. Arga membanting ponselnya begitu saja. Merasa tak terima dengan ucapan istrinya. Benar-benar suami tak ada otak. Tak pernah memberi nafkah, dan justru meminta terus kepada sang istri.
"Sakit, Mas! Aku ini lagi hamil anak kamu. Kenapa sih kamu hobi banget menyakiti aku. Bukan hanya fisik aku, tetapi juga perasaan aku. Aku benar-benar salah memilih suami, selama ini kamu hanya menipu aku. Bersikap manis, tetapi kenyataannya pahit," ungkap Anin.
"Makanya kamu beliin aku handphone! Sepertinya bicara sama kamu, harus dengan kata-kata kasar," ujar Arga seperti orang yang kesetanan. Matanya menatap tajam ke arah sang istri. Dia tak peduli kalau apa yang dia perbuat, telah menyakiti hati istrinya.
"Kalau aku tak mau beliin, kamu mau apa? Dasar suami tak punya malu. Bisanya hanya nuntut. Berani-beraninya kamu perlakuan aku seperti ini, memangnya kamu ngasih aku uang berapa?" sahut Anin tak mau kalah. Dia membalas menatap suaminya dengan tatapan tajam.
Plak!
Arga menampar wajah Anin untuk kedua kalinya. Hal itu membuat Anin merasa murka, tidak terima. Anin langsung mengambil koper dan memasukkan pakaiannya satu persatu. Membuat Arga kalang kabut. Namun, hal itu bukan karena dirinya akan kehilangan orang yang dia cintai. Masalah cinta, dia bisa mendapatkan cinta dari Seli. Ini semua karena perkara mengenai kelangsungan hidupnya. Terlebih dirinya kini sudah tak memiliki handphone, karena sudah hancur dia lempar.
"Awas! Aku benci kamu! Aku ingin kita cerai!" bentak Anin dengan suara bergetar. Sejak tadi dirinya berusaha untuk tidak menangis di depan suaminya. Dia berusaha untuk menjadi wanita yang tegar.
"Enggak! Aku tidak akan membiarkan kamu pergi. Kamu itu jodoh aku sampai kapanpun. Aku tidak mau pisah sama kamu. Aku cinta sama kamu," ucap Arga sambil memeluk tubuh Anin. Jika Anin pergi dari rumah, hilang sudah kesempatan dirinya untuk tetap bersama Anin. Oleh karena itu, sebisa mungkin Arga tak akan membiarkan sang istri pergi dari rumah.
"Kamu itu tidak cinta aku! Kalau kamu cinta, kamu tak akan seperti ini padaku. Aku ini lagi hamil anak kamu, harusnya kamu itu bahagiakan aku," sahut Anin.
"Iya, maaf. Aku menyesal telah berbuat kasar kepada kamu. Habisnya aku kesal, kamu tak mau membelikan aku handphone. Padahal nanti juga kalau aku sudah kerja dan mempunyai gaji, aku akan ganti uang kamu. Handphone adalah satu-satunya hiburan aku. Aku juga inginnya bisa segera kerja kembali. Biar bisa membantu kamu. Apa daya, jika Allah belum memberikan rezeki untuk aku. Justru lewat kamu terus rezekinya. Pasangan suami istri memang seperti ini, banyak juga yang mengalami seperti aku. Istrinya yang lebih dominan menghasilkan," rayu Arga.
Arga mengajak Anin untuk duduk dan mengambilkan satu gelas air putih, untuk menenangkan sang istri. Anin masih diam terpaku, tubuhnya terasa lemas. Dirinya masih merasa shock. Memikirkan hidupnya yang begitu menderita. Salah memilih pasangan hidup, hingga harus menderita seperti ini. Namun, dirinya masih terus menutupinya dari keluarganya. Dia tak ingin memberikan beban kepada kedua orang tua mereka.
"Maafkan aku Sayang. Aku tahu, pasti kamu masih merasa shock mendapatkan perlakuan kasar dari aku. Selalu saja aku tak pernah bisa mengontrol emosi aku, saat bicara sama kamu," ucap Arga sambil terus menggenggam tangan istrinya.
"Baiklah, aku akan kasih kamu kesempatan lagi. Namun, jika kamu berani bersikap seperti ini lagi. Aku tidak akan main-main lagi. Aku ingin kita cerai! Titik," sahut Anin ketus.
Anin mencoba menahan rasa sesak di dadanya, hatinya masih terasa perih. Dia tak pernah menyangka, kalau dirinya akan mendapatkan goresan luka dari laki-laki pilihannya.
***
"Yang, beliin dong! Aku janji, kalau aku ada uang pasti akan aku ganti uang kamu. Repot aku tak ada handphone. Mana aku lagi nunggu panggilan kerja juga. Beliin ya," rayu Arga.
"Siapa suruh dibanting? Tak mampu beli, sok-sokan. Ya sudah benerin saja handphone kamu yang pecah, tidak kerja tidak usah gaya-gaya. Kecuali sudah mampu beli sendiri, bebas terserah yang kamu mau," cerocos Anin.
Namun kali ini, Arga justru bicara dari hati ke hati, tidak dengan kekerasan. Dia harus mengambil hati istrinya. Berpura-pura baik, agar istrinya bisa luluh. Rencananya berhasil, sang istri akhirnya membelikannya. Dengan syarat ini hanya pinjaman, Arga harus menggantinya.
"Terima kasih, Sayang. Kamu memang istri aku yang luar biasa. Sudah cantik, baik, pengertian lagi," ucap Arga dan mendaratkan ciuman di pipi Anin.
"Ingat, setelah ini semangat cari kerjanya," ujar Anin dan Arga mengiyakan.
Hari ini Arga berencana bertemu dengan Seli, dirinya berniat menunjukkan handphone terbarunya. Dengan jahatnya, Arga meminta uang kepada Anin untuk bertemu dengan Seli. Beralasan ingin bertemu temannya kembali, Arga menjamin untuk kali ini benar. Membuat Anin percaya untuk kesekian kalinya. Anehnya, walaupun Arga kerap berbohong. Anin masih saja mempercayai dirinya.
Seperti biasanya, Arga menjemput Seli di tempat kerjanya. Dia tak pernah berpikir, gimana perasaan Anin saat mengetahui suaminya menjemput wanita lain. Terlebih teman-teman Seli tak tahu kalau Seli adalah seorang Pelakor.
"Sampai kapan aku hanya dijadikan kekasih gelap kamu? Aku cape terus begini. Sekarang kamu pilih. Kalau kamu pilih dia, aku mundur. Aku cape hanya dijadikan cadangan sama kamu. Nyatanya kamu lebih berat ke dia," cerocos Seli.
Arga merasa bingung karena berada diantara dua pilihan. Masa lalunya ataukah masanya sekarang. Dirinya mencoba berpikir, apakah dirinya bisa hidup mandiri tanpa sokongan Anin. Selama ini dirinya bergantung kepada Anin.
Dengan gaya seorang laki-laki breng*sek, Arga mencoba memohon kepada Seli. Dia berjanji akan menceraikan Anin, setelah Anin melahirkan. Merayu Seli, agar Seli tak meninggalkan dirinya. Padahal hal itu tak mungkin terjadi, karena Arga tak akan pernah mau bercerai dengan Anin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
nah ... Anin gampang luluh kan ? 😖
2023-08-24
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
ah Anin mah selalu kasih kesempatan terus sama Arga .... kapan tegas nya Nin ? tinggalin aja modelan lakik spt Arga mah ... inget debay imut kamu .. jangan sutreeeesss ....
2023-08-24
0
guntur 1609
kok anin bodoh bangetbya
2023-03-14
0