"Tu,,Tu,,Tuan,, a,,a,,aku mau bicara sesuatu sama Tuan,," ucap Nayla terbata-bata meskipun tadi Devan sudah menyuruh Nayla memanggilnya mas ketika sedang berdua tapi Nayla tidak biasa mengatakan itu.
Sementara Devan tampak tidak perduli dengan Nayla yang terus mengatakan ingin berbicara sesuatu padanya karena Devan sudah tau apa yang ingin dibicarakan oleh Nayla.
"Kamu mau makan sesuatu?" tanya Devan sambil melirik sebentar ke arah Nayla dengan wajah datarnya lalu kembali fokus pada jalanan.
Nayla menjadi sangat bingung harus bagaimana,, Nayla tidak mungkin jika meminta cerai disaat Devan memperlakukan dirinya seperti ini,, Nayla merasa tidak enak,, tapi juga Nayla ingin sekali mengucapkan kalimat yang sudah disusunnya sejak tadi kepada Devan. Agar mereka sama-sama terbebas tidak ada ikatan dan bisa bahagia dengan pasangan masing-masing.
Nayla sungguh tidak habis pikir perubahan Devan yang sangat drastis dan tiba-tiba,, entah dimana Devan yang sombong dan cuek pada dirinya,,, Devan yang seakan tidak menganggapnya sebagai istri. Hari ini Devan sangat berubah.
"Nayla," ucap Devan namun Nayla masih diam dan sibuk dengan pikirannya sendiri.
Devan kemudian menepikan mobilnya lalu melihat istri siri nya itu yang sedang melamun.
"Tuan,, aku ingin bicara dengan Tuan, ini sangat penting Tuan,," ucap Nayla lagi dengan yakin dan juga gugup. Susah payah Nayla mengucapkan kalimat itu.
"Aku tidak ingin bicara kepada istri yang tidak menghargai suaminya sama sekali," ucap Devan sambil melihat Nayla.
"Hah tidak menghargai?," ucap Nayla bingung sambil memikirkan dimana dirinya tidak menghargai Devan,, dan mengapa Devan seolah-olah bersikap mereka benar-benar suami istri pada umumnya,, padahal mereka menikah hanya karena keterpaksaan dan juga keadaan yang mengharuskan mereka menikah.
"Nayla,, sudah aku katakan,, aku tidak mau kamu memanggil aku dengan panggilan Tuan,, paham?" tegas Devan sambil melihat Nayla yang tampak menelan salivanya kasar.
Nayla kini tau dimana letak kesalahannya,, dimana letak dirinya tidak menghargai Devan,, tapi sungguh Nayla benar-benar tidak biasa dan sangat susah untuk memanggil Devan dengan panggilan mas,, karena Nayla sudah terbiasa dan nyaman dengan panggilan Tuan.
"Ayo panggil aku mas,," perintah Devan dengan nada suara yang tinggi membuat Nayla langsung tersentak kaget.
"Mas,," ucap Nayla cepat karena takut pada Devan yang nada suaranya meninggi.
Devan tersenyum samar melihat wajah Nayla yang tampak takut dan gugup,, bagi Devan tidak apa-apa membuat Nayla seakan-akan menjadi istrinya semua demi anaknya yang berada dikandungan Nayla.
"Sekarang,, kamu mau bicara apa?" tanya Devan lagi.
"Sebenarnya aku ingin...," ucap Nayla sambil berpikir ini adalah keputusan yang menguntungkan kedua belah pihak,, keputusan ini tentu akan membuat Devan senang karena Nayla dengan suka rela pergi dari hidup Devan dan tidak akan merepotkan Devan lagi.
"Ayo cepat katakan,, kenapa kamu lama sekali? ahh sudahlah sekarang kamu mau makan apa? hari ini aku akan memberikan waktu ku sepenuhnya hanya untukmu,," ucap Devan sambil melihat Nayla.
Devan sebenarnya ingin sekali tertawa melihat Nayla yang tampak kebingungan dan gugup ingin berbicara,, karena Devan sudah tau apa yang ingin dikatakan oleh Nayla.
Devan menunggu jawaban Nayla dengan tangan yang mengetuk-ngetuk kemudi mobilnya...
"Tu,,Tu...,"
Devan seketika melihat Nayla dengan tatapan tajam membuat Nayla seketika merubah ucapannya.
"Mas,, aku,, aku,, aku mau ice cream,, iya aku mau ice cream,, aku sangat ingin makan ice cream hari ini,," ucap Nayla lalu menunduk merutuki kebodohannya sendiri,, mengapa dia malah mengatakan ingin ice cream,, padahal sebenarnya Nayla mau mengatakan ingin cerai.
Nayla benar-benar menyalahkan dirinya sendiri betapa lemahnya Nayla dengan perhatian Devan,, padahal perhatian Devan belum ada apa-apanya,, tapi Nayla sudah seperti ini.
Tidak apa-apa masih ada waktu Nayla,, kamu jangan sampai lemah seperti ini lagi hanya dengan perhatian belum seujung kuku begini,, batin Nayla mencoba memberikan semangat pada dirinya sendiri.
Devan lagi-lagi tersenyum samar,, Devan tentu tau perasaan Nayla saat ini,, Devan terlalu pandai.
Hmmm kalian pikir bisa menang melawan aku? ini belum seberapa,, tunggu saja,, batin Devan sambil tertawa bahagia di dalam hatinya.
Devan kemudian kembali mengemudikan mobilnya mencari penjual ice cream karena Nayla ingin ice cream. Setelah melihat penjual ice cream,, Devan pun segera menghentikan mobilnya.
"Kamu tunggu di dalam saja, tidak usah turun,, matahari sangat panas hari ini," ucap Devan sambil melihat Nayla lalu segera turun dari mobil menuju penjual ice cream.
Lagi-lagi perhatian sederhana dari Devan membuat Nayla tersentuh,, niat ingin bercerai dari Devan tapi malah mendapatkan perhatian mendadak dari Devan tentu itu diluar dugaan Nayla sama sekali. Sebagai wanita yang sedang hamil tentu perhatian sekecil itu saja membuat perasaannya bahagia.
"Ini ambil,," ucap Devan sambil memberikan dua ice cream kepada Nayla yang sudah dibelinya tadi.
Nayla menganggukkan kepalanya sambil tangan Nayla perlahan mengambil ice cream dari Devan lalu menikmatinya.
"Kamu makan seperti anak-anak saja,, kok belepotan begini,," ucap Devan sambil mengambil tisu lalu segera membersihkan bibir Nayla.
Ya ampun kok jadi seperti ini,, kenapa Devan mendadak berubah jadi perhatian seperti ini? kenapa dia harus seaneh ini? batin Nayla sambil melihat Devan membiarkan ice cream yang dipegangnya meleleh.
"Kenapa diam ayo makan lagi,, tadi kamu kan sangat ingin makan ice cream,, nanti ice cream nya meleleh,," ucap Devan sambil melihat Nayla yang tampak bengong melihat dirinya.
"Anak Ayah,, kamu jangan nakal yah di dalam,, kasihan Bunda kalau kamu nakal,," ucap Devan yang langsung memegang perut Nayla tanpa izin,, membelainya dengan lembut seakan mencurahkan kasih sayang pada anaknya,, lalu Devan mengecup perut Nayla yang masih rata itu.
Ini apa? ada apa ini? kenapa dia bisa seperti ini? bagaimana aku mau minta cerai kalau dia memperhatikan aku seperti ini,, kenapa dia tiba-tiba berubah? batin Nayla.
"Ayo makan lagi dan habiskan yah,," ucap Devan sambil mengelus lembut rambut Nayla.
Devan tersenyum sembunyi-sembunyi karena tau saat ini pasti Nayla tengah kebingungan dengan dirinya yang tiba-tiba berubah. Tapi Devan tidak perduli karena Devan merasa telah diinjak-injak harga dirinya oleh Denis,, kekasih Nayla.
Siapa pria itu mau mengambil anakku? tidak akan pernah aku biarkan,, batin Devan sambil tertawa penuh kemenangan di dalam hatinya.
Nayla langsung melihat ke luar jendela begitu merasakan tangan Devan yang terus mengelus lembut perutnya,, Nayla tidak tau kapan Devan akan berhenti melakukan itu. Nayla langsung tegang,, rasanya sangat sulit bernafas apalagi mau mengeluarkan kata-kata.
"Kamu sudah selesai?" tanya Devan sambil melihat Nayla lagi.
Nayla langsung mengangguk tanpa berucap apapun lagi.
"Masih ada yang kamu inginkan?" tanya Devan dan dengan segera Nayla menggelengkan kepalanya cepat pertanda tak ingin apa-apa lagi.
Devan pun segera melihat ponselnya.
"Baiklah,,, itu ada taxi,, mas sudah pesankan untukmu,, kamu langsung naik saja yah, sampai bertemu di rumah yah," ucap Devan dengan sangat lembut dan perhatian.
Devan pun juga menunjuk taxi yang baru berhenti di depan mobilnya.
Nayla menganggukkan kepalanya lalu segera berjalan menuju taxi.
"Gimana aku mau cerai kalau seperti ini" gumam Nayla merasa putus asa sambil berjalan menuju taxi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Bunda silvia
Yah di situlah kelemahan wanita yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari keluarga, jadi ada yg perhatian sedikit jadi labil seperti aq jg sama hati terlalu lemah 😔😔 ngga bisa tegas
2022-12-13
0
millie ❣
Bodoh perempuan yg g mandiri dihina direndahkan kok masi bingung tokoh yg lemah g tegas emang baru dikasi dikit gt uda g bs apa# huff g inspriratif deh tokohnya 😏😏😏😏😫😫😫
2022-08-23
0
Hanipah Fitri
Nayla, baru diperhatikan sedikit saja dari Devan kamu sdh gamang , ayu Nayla semangat minta cerai kembali
2022-08-17
0