Hari terus berlalu,, saat ini Devan sudah lebih perhatian pada Nayla,, bahkan ini sudah malam ke lima Devan menemani Nayla makan di saat tengah malam.
"Mau makan apa malam ini?" tanya Devan begitu Nayla membuka pintu kamarnya.
Nayla benar-benar tersentak kaget begitu buka pintu kamar sudah ditanyai mau makan apa oleh Devan.
Devan tersenyum melihat ekspresi Nayla,, sebenarnya Devan sudah sejak tadi berdiri di depan pintu kamar menunggu Nayla keluar untuk makan.
"Tuan,, ngapain disini?" tanya Nayla sambil melihat Devan dengan tatapan mata bingungnya.
Untuk pertama kalinya Nayla bertanya pada Devan,, dan Devan juga baru kali ini mendengar Nayla basa-basi pada dirinya.
"Tuan,, sudah lama berdiri di depan pintu?" tanya Nayla lagi merasa heran pada Devan.
"Belum terlalu lama kok,, aku ingin memastikan kamu benar-benar minum susu hamil,, dan tidak makan mie lagi,," ucap Devan bohong,, karena sudah sejak tadi lah dirinya menunggu Nayla keluar kamar.
Nayla menganggukkan kepalanya pertanda mengerti dengan maksud Devan.
"Kamu mau makan apa malam ini?" tanya Devan lagi.
Nayla terdiam dan menatap Devan dengan tatapan sulit diartikan,, Nayla sebenarnya mempunyai keinginan yang cukup sederhana namun takut jika Devan tidak akan mengabulkan keinginannya.
"Kamu ingin sesuatu?" tanya Devan lagi sambil melihat Nayla yang terlihat jelas sedang memikirkan sesuatu.
Nayla pun menganggukkan kepalanya.
"Tuan,, sebenarnya aku ingin makan mangga muda yang ada di taman belakang,, kemarin aku sudah memanjatnya,, tapi baru setengah aku turun kembali karena nggak sanggup lagi," ucap Nayla sambil tertunduk dan tampak ragu-ragu.
"Lain kali kamu jangan lagi melakukan itu yah,, biar aku yang mengambilkannya untukmu,," ucap Devan sambil mengelus lembut rambut Nayla,, Devan merasa iba begitu mengetahui keinginan ibu hamil dihadapannya ini apalagi yang dikandungnya adalah anaknya.
Devan yang berprofesi sebagai dokter tentu sangat mengerti dengan keinginan Ibu hamil ketika sedang mengidam.
"Kamu mau ikut atau tunggu disini?" tanya Devan.
"Emm gimana yah?" ucap Nayla bingung,, Nayla ingin sekali ikut tapi juga sangat takut ketahuan oleh orang lain jika dia sedang berduaan di taman belakang untuk mengambil mangga bersama Devan.
"Mau ikut atau tidak?" tanya Devan lagi sambil melihat Nayla yang tampak berpikir keras.
Separuh Ibu hamil bila menginginkan sesuatu ada yang hanya ingin melihat Ayah dari anaknya yang bekerja,, tapi ada juga yang memang benar-benar ingin makan apa yang diinginkannya.
"Kalau aku ikut memangnya boleh Tuan? aku takut nanti ketahuan Tuan," ucap Nayla sambil melihat Devan.
Devan hanya tersenyum lalu segera menggenggam tangan Nayla menuju taman belakang tempat pohon mangga.
Nayla terdiam begitu Devan menggenggam tangannya,, andai saja Devan tau bahwa Nayla sangat ingin Devan mengusap perutnya lalu mengecupnya,, tapi Nayla sadar itu tidak mungkin dan tidak ada keberanian juga mengatakannya pada Devan meskipun Devan Ayah dari anaknya.
Keinginan gila itu hanya Nayla pendam saja tidak akan pernah mau mengatakannya pada Devan tetapi Nayla tidak bisa pungkiri perhatian kecil dari Devan sangat berarti untuknya yang sedang mengandung.
"Kamu tunggu saja disini yah biar aku yang memanjatnya,," ucap Devan dengan sangat pelan namun masih didengar oleh Nayla,, Devan takut ketahuan jika dirinya sedang berada di taman belakang bersama Nayla demi mengambil beberapa buah mangga.
Nayla pun menganggukkan kepalanya.
Setelah memetik beberapa buah mangga,, Devan segera turun.
"Apa ini cukup?" tanya Devan sambil memperlihatkan mangga yang sudah dipetiknya.
Nayla menganggukkan kepalanya.
"Terima kasih Tuan,," ucap Nayla dengan senyum bahagianya lalu segera membawa mangga-mangga itu menuju dapur,, membersihkan lalu mengupasnya dan segera memakannya dengan garam.
Betapa bahagianya hati Nayla bisa memakan mangga hasil dari petikan Devan langsung.
Devan berdiri sambil menatap Nayla yang sedang makan dengan lahapnya dan juga terlihat sangat bahagia,, ada rasa penyesalan di dalam diri Devan begitu menyadari selama ini Nayla tidak mendapatkan perhatian dari dirinya.
Devan menyadari posisi Nayla tidak ada bedanya dengan Jessica saat ini yang membedakan mereka hanyalah buku nikah saja selebihnya Nayla juga memiliki hak yang sama dengan Jessica,, apalagi Devan tau betul saat ini Nayla adalah korban.
Nayla yang sedang lahap makan akhirnya menyadari jika sejak tadi dirinya diperhatikan oleh Devan membuat Nayla benar-benar sangat malu karena sejak tadi makan dengan rakus di hadapan Devan.
"Ayo makan lagi kenapa berhenti," ucap Devan sambil berjalan mendekati Nayla.
Nayla benar-benar merasa sangat malu.
"Boleh aku memegangnya?" tanya Devan begitu berada di dekat Nayla.
Degh!!!
Itulah yang Nayla harapkan selama ini,, Nayla tertunduk sambil melihat perutnya yang masih rata lalu kembali melihat Devan. Devan yang melihat Nayla hanya diam saja mengambil kesimpulan bahwa Nayla setuju jika dirinya memegang perut Nayla.
Belum sempat Devan memegang perut Nayla,, terdengar suara langkah kaki yang berjalan mendekat ke arah mereka.
"Nayla,, kamu sedang ngapain?" tanya Ana sambil melihat Nayla.
Nayla benar-benar merasa ini adalah akhir dari semuanya,, malam ini semuanya akan ketahuan.
"Nyonya,, aa..aa..aku..." ucap Nayla terbata-bata.
"Iya,, kamu ngapain tengah malam begini sendirian di dapur?" tanya Ana lagi sambil melihat Nayla.
"Hah sendirian?" ucap Nayla pelan lalu segera melihat ke sampingnya dan ternyata Devan sudah tidak ada lagi di sampingnya.
"Nayla?," ucap Ana lagi karena melihat Nayla tampak aneh.
Nayla seketika itu memperbaiki detak jantungnya berusaha terlihat biasa saja agar Ana tidak curiga padanya sedikit pun.
"Aku haus Nyonya,, dan aku juga sedang makan tadi,, aku makan setiap dua jam sekali,, biar maag aku cepat sembuh Nyonya,," ucap Nayla harap-harap cemas berharap Ana percaya dan tidak curiga.
Nayla benar-benar tidak pandai berbohong,, tapi untuk kali ini saja sangat berharap Ana percaya padanya.
"Itu memang benar Nayla,, makan setiap dua jam sekali dengan nasi sedikit,,, maag mu akan cepat sembuh,," ucap Ana lalu segera minum.
"Ya udah aku ke kamar dulu yah," ucap Ana lagi begitu selesai minum.
"Iya Nyonya,,," ucap Nayla dengan perasaan lega luar biasa.
Nayla menatap kepergian Ana dengan perasaan campur aduk,, apakah Ana masih bisa sebaik ini padanya jika mengetahui yang sebenarnya,, bahwa saat ini dirinya sedang mengandung anak dari Devan.
Nayla benar-benar sangat takut menyakiti hati Ana,, orang yang telah sangat baik padanya selama ini,, Nayla tidak siap akan hal itu melihat Ana sakit hati akibat dirinya.
Merasa Ana sudah kembali masuk ke dalam kamar,, Devan dengan segera keluar dari persembunyiannya.
"Cepat masuk kamar lalu istirahat yah,," ucap Devan sambil mengusap lembut rambut Nayla,, setelah itu Devan segera berjalan menuju kamarnya.
Nayla terdiam sambil melihat kepergian Devan,, usapan tangan Devan pada rambut Nayla membuat rasa bahagia dihati Nayla.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
Nayla kenapa gak pindah aja si.... ke rumah yg sdh dibelikan oleh Devan, biar kamu leluasa
2022-08-17
2
Nani Mardiani
aku vote buat tambahan semangat author.
2022-08-11
1
Masyitah Ellysa
next yaa author
2022-08-08
1