Setelah diturunkan dari mobil oleh Devan,, Nayla hanya berdiri disisi jalan melihat kendaraan yang terus lewat,, Nayla benar-benar sedih dengan cobaan hidupnya,, ingin pergi pun Devan malah tidak menggubris keinginannya.
"Nayla,"
Nayla langsung melihat orang yang memanggilnya,, terlihat sebuah mobil yang kembali mundur setelah melewati dirinya,, orang itu mengeluarkan sedikit kepalanya dari kaca mobil yang terbuka.
Nayla langsung tau siapa yang memanggil dirinya. Orang itu adalah Reyna sahabat baiknya.
"Reyna,, kamu darimana?" tanya Nayla kepada Reyna yang juga sedang melihatnya.
"Nanti aja tanya-tanyanya,, kamu masuk dulu Nay,, kamu ngapain lagi dipinggir jalan Nay sendirian pula,, kamu kan cantik Nay nanti ada orang yang jahat sama kamu gimana tuh,," ucap Reyna.
Nayla pun hanya tersenyum sambil masuk ke dalam mobil Reyna.
Apartemen Reyna...
"Ayo Nayla,, kamu duduk dulu dan minum,," ucap Reyna setelah membuatkan jus untuk sahabatnya itu.
Nayla pun menuruti ucapan Reyna karena saat ini dia juga sangat lelah.
"Rey,, kamu kok betah banget sih tinggal di Apartemen,, emang kamu nggak rindu gitu ngumpul dengan keluarga mu?" tanya Nayla yang heran pada sahabatnya itu.
Reyna pun menggelengkan kepalanya.
"Hmm aku sih rindu Nay,, tapi yah mau bagaimana lagi,, kamu tau kan jarak Apartemen aku dengan rumah sakit itu dekat,, jadi aku lebih memilih tinggal di Apartemen aja,," ucap Reyna.
"Iya juga sih,," ucap Nayla sambil menganggukkan kepalanya.
Nayla dan Reyna sama-sama meminum jus buatan Reyna,, melepas rindu karena mereka sudah sangat lama tidak bertemu semenjak tidak bekerja di rumah sakit yang sama lagi.
"Nay,, Kamu masih kerja di keluarga Bima Putra?" tanya Reyna karena jiwa kepo nya memang sangat tinggi.
Nayla pun mengangguk sambil tertunduk sedih melihat perutnya yang masih rata, Nayla langsung teringat bahwa dirinya tidak pernah memeriksa keadaan janinnya selama hamil.
Nayla tampak memainkan gelas yang ada di tangannya.
"Rey,, kamu tau nggak,, nasib aku sangat buruk,, aku aja sampai nggak nyangka kalau nasib aku bisa sampai seburuk ini," ucap Nayla sambil tersenyum lemah.
"Nayla,, maksud kamu apa,, ayo cerita," ucap Reyna khawatir pada Nayla,, karena memang sejak tadi melihat Nayla tidak seperti biasanya,, Nayla wanita yang ceria tapi sekarang terlihat jelas Nayla seperti punya beban pikiran dan terlihat sangat sedih.
Nayla dengan segera menceritakan nasib buruknya kepada Reyna sampai dirinya bisa mengandung saat ini.
Reyna langsung melongo dan terkejut begitu mendengar cerita Nayla,, Reyna seketika itu melihat dengan rasa kasihan dan iba kepada Nayla,, tidak pernah terbayangkan oleh Reyna sebelumnya bahwa Nayla akan mengalami hal seperti itu.
"Nayla,, apa dia tanggung jawab padamu?" tanya Reyna lagi yang masih sedikit terkejut.
Nayla menganggukkan kepalanya.
"Iya dia tanggung jawab,, tapi....,," ucap Nayla tertahan karena tidak sanggup lagi meneruskan ucapannya,, bulir air mata kembali jatuh di pipi Nayla.
Reyna langsung memeluk Nayla,, Reyna sangat kasihan pada sahabatnya itu,, hati Nayla saat ini pasti sangat sakit.
"Reyna,, kenapa nasib aku seperti ini? malang sekali nasib ku Rey,," ucap Nayla ditengah isak tangisnya.
Reyna mencoba memberikan kekuatan pada Nayla yang terlihat sangat rapuh.
"Nayla,, kamu jangan berbicara seperti itu,, aku akan selalu ada untuk mu,, kita ini sahabat,, ok., jangan merasa sedih sendiri yah,, jangan juga merasa sendirian ada aku," ucap Reyna.
Nayla mengangguk dan merasa sedikit lebih baik setelah menceritakan apa yang terjadi pada dirinya kepada Reyna.
"Reyna,, aku harus pulang sekarang,, aku akan menjemput Rani dan Raka,," ucap Nayla lagi yang merasa Rani dan Raka sudah pulang sekolah.
Reyna pun menganggukkan kepalanya.
"Nayla,, kamu jangan sedih sendiri yah,, ingat masih ada aku,, kamu harus kuat yah,, kalau dia tidak memperdulikan kamu dan juga kandungan mu,, cari saja orang lain yang bisa menerima kamu dan anakmu,, kamu cantik dan dunia ini luas Nayla,, pasti ada yang mau menerima kamu apa adanya,," ucap Reyna mencoba memberikan semangat pada Nayla.
Nayla tersenyum dan membenarkan apa yang dikatakan oleh Reyna.
Tengah malam di rumah Devan....
Nayla terbangun karena merasa sangat lapar,, saat ini Nayla sudah terbiasa dengan bangun makan tengah malam.
Nayla membuka kulkas lalu melihat-lihat apa saja yang bisa Nayla masak untuk dimakannya.
"Lebih baik aku makan mie saja,," ucap Nayla yang sudah sangat lapar.
Devan baru pulang dari rumah sakit,, Devan ingin segera ke kamar namun telinganya tidak sengaja mendengar ada suara dari arah dapur. Devan segera menuju dapur dan mengurungkan niatnya menuju kamar.
Kedua matanya melihat Nayla yang sedang memasak. Hingga tiba-tiba...
"Aduh,," rintih Nayla begitu pisau tidak sengaja melukai jarinya,, dengan segera Nayla membawa jarinya ke dalam mulutnya.
Nayla kemudian melihat bawang yang belum selesai diiris,, ingin melanjutkan namun saat ini jarinya tengah terluka.
"Sini,, biar aku obati," ucap Devan tiba-tiba yang membuat Nayla sedikit tersentak kaget.
Devan lalu memegang tangan Nayla.
"Tidak usah Tuan,, ini hanya luka kecil,, dan aku bisa mengobatinya sendiri,," ucap Nayla sambil menarik tangannya dari Devan.
"Diam!!!," ucap Devan sambil memegang tangan Nayla lagi.
Devan tidak perduli sama sekali dengan penolakan Nayla.
"Maaf Nayla,," ucap Devan sambil mengobati jari Nayla.
Nayla hanya diam.
"Terima kasih Tuan," ucap Nayla setelah Devan selesai mengobati jarinya yang terluka.
Nayla yang tadinya sangat lapar mendadak rasa laparnya hilang,, begitu melihat Devan.
"Aku minta maaf Nayla,, tolong maafkan aku," ucap Devan lagi.
"Aku yang akan membuatkan makanan untuk mu,, kamu duduk disini saja yah," ucap Devan sambil membawa Nayla duduk di kursi.
Nayla tidak bisa menolak hal itu,, karena akhir-akhir ini Nayla sangat berharap dibuatkan makanan oleh Devan bahkan yang Nayla tidak habis pikir,, Nayla sangat ingin Devan menyuapi dirinya.
Sepiring mie buatan Devan akhirnya selesai,, dan kini tengah tersaji di depan Nayla,, rasa lapar Nayla semakin menjadi-jadi begitu mencium aroma lezat dari makanan itu.
"Ayo makan," ucap Devan sambil melihat Nayla.
Nayla pun menganggukkan kepalanya lalu segera makan. Nayla makan dengan sangat lahap,, setelah habis Nayla merasa malu pada dirinya sendiri bisa-bisanya Nayla merasa ini adalah mie terenak yang pernah dia makan.
"Apa kamu sering lapar tengah malam begini?" tanya Devan sambil melihat Nayla.
Nayla pun mengangguk,, bahkan sangat ingin meminta Devan membuatkan lagi mie untuknya namun Nayla tidak punya keberanian untuk mengucapkan permintaan itu,, bahkan Nayla merasa itu tidak mungkin.
"Kamu makan apa kalau tengah malam begini?" tanya Devan lagi yang merasa hatinya tersentuh begitu mengetahui Nayla suka lapar ketika tengah malam,, yang itu berarti Nayla mengerjakan sendiri apa yang Nayla ingin makan padahal saat ini Nayla sedang mengandung.
"Mie," jawab Nayla apa adanya karena memang itulah yang selalu Nayla makan tiap tengah malam.
"Setiap malam?" tanya Devan lagi.
Nayla mengganggukan kepalanya.
"Iya,," jawab Nayla.
Devan benar-benar shock mendengar jawaban Nayla,, sambil melihat tubuh Nayla yang semakin kurus.
"Apa kamu minum susu ibu hamil?" tanya Devan lagi sambil melihat Nayla.
Nayla lagi-lagi menggelengkan kepalanya,, Nayla bahkan belum kepikiran akan hal itu,, Nayla baru ingat ketika Devan menyebut susu ibu hamil.
Devan menghembuskan nafasnya kasar,, pusing bagaimana perkembangan janin Nayla saat ini.
"Usia kandungan kamu berapa?" tanya Devan lagi.
Lagi-lagi Nayla menggelengkan kepalanya pertanda tidak tau. Nayla yang sudah kenyang dan malas ditanyai Devan lagi langsung berjalan menuju kamarnya tanpa mengucapkan kata apapun pada Devan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Arin
ech Devan..tnggung jwb ngga cuman di nikahin doang...tpi ksih nafkah dong,itu semua udh slh kmu😡
2022-12-12
0
Eulis Apriliyani
lah emang nya lu kasih apa istrimu itu ... cuma nikahin doang kaga kasih nafkah ... malah sibuk mesra2 sama istri pertama mu itu ...
2022-10-29
0
Hanipah Fitri
teruskan ya thor
2022-08-17
1