Tiba-tiba Nayla mendengar ponselnya berdering,, dengan segera Nayla mengambil ponselnya dari saku celana lalu melihat nama kontak yang menelepon dirinya.
Begitu melihat nama kontak yang meneleponnya,, Nayla langsung melihat ke arah Denis dengan tatapan sulit diartikan.
"Ada apa sayang?" tanya Denis sambil melihat Nayla dengan tatapan penuh tanya dan juga kebingungan dengan tatapan Nayla yang seperti itu padanya.
"Siapa yang menelepon kamu?" tanya Denis lagi.
"Mas dia menelepon aku,, aku harus segera pulang sekarang,, ini mungkin saat yang tepat untuk meminta cerai dari dia," ucap Nayla sambil melihat Denis.
Denis tersenyum bahagia begitu mendengar ucapan Nayla,, Denis mengangguk sambil mengelus lembut rambut Nayla.
"Kamu hati-hati yah sayang," ucap Denis lagi.
Nayla pun menganggukkan kepalanya.
"Iya mas,," ucap Nayla lalu segera pergi dari restoran tersebut dengan perasaan yang bahagia. Rasanya ingin segera cerai dari Devan lalu hidup bahagia bersama Denis yang akan mengakui dirinya sebagai istri dan juga mau menerima janinnya. Disaat hamil seperti ini Nayla memang sangat membutuhkan perhatian suami.
Baru keluar dari restoran tiba-tiba ponsel Nayla lagi-lagi berdering,, Nayla dengan segera melihat nama kontak yang meneleponnya,, begitu melihat nama Devan,, Nayla dengan segera mengangkat panggilan telepon dari Devan.
"Halo Tuan,, ada apa Tuan menelepon banyak kali?" tanya Nayla dengan perasaan campur aduk,, takut pada Devan,, namun keputusan untuk meminta cerai sudah Nayla pikirkan baik-baik,, Nayla juga merasa Devan akan setuju karena jika mereka bercerai tentu saja Devan tidak akan pernah ketahuan,, dan juga tidak perlu lagi Devan merasa terbebani karena memiliki dua istri.
"Kamu dimana Nayla?" tanya Devan,, Devan sudah lebih dulu kembali ke rumahnya untuk mengambil mobilnya,, dan sekarang Devan sudah keluar gerbang sambil mengemudikan mobilnya.
"Aku ada..," Nayla bingung harus menjawab apa antara mau jujur atau tidak kalau dirinya saat ini sedang berada di luar bukan di dalam rumah.
"Kamu dimana?" tanya Devan lagi.
"Aku sekarang lagi diluar Tuan,," jawab Nayla memilih jujur walaupun merasa sedikit takut karena mendengar Devan yang bertanya padanya lumayan berbeda.
"Oh di luar,, kirim alamat mu sekarang aku akan kesitu,," ucap Devan lagi pura-pura tidak tau keberadaan Nayla,, padahal sebenarnya dia sudah mendengar semua pembicaraan Nayla dan Denis.
Bibir Devan tersenyum begitu melihat Nayla telah mengirimkan alamat tempat dirinya berada sekarang.
Dari kejauhan Devan melihat Nayla sedang berdiri menunggu dirinya,, Devan segera menghentikan mobilnya tepat di depan Nayla lalu segera membuka pintu mobil dari dalam.
"Masuk,," perintah Devan.
"Tuan,, aku duduk di belakang aja,," ucap Nayla begitu melihat Devan menyuruhnya duduk di depan tepat di samping Devan,, Nayla benar-benar merasa tidak enak pada Jessica,, karena tempat duduk itu tempat duduk Jessica,, istri Devan yang mendapatkan pengakuan dari orang lain.
"Cepat masuk Nayla,," perintah Devan lagi dengan ekspresi wajah dingin sambil melihat Nayla.
Nayla tidak lagi membantah dengan segera Nayla masuk ke dalam mobil Devan dan duduk tepat di samping Devan,, Nayla tidak ingin memicu pertengkaran di antara mereka mengingat mereka sedang berada diluar sekarang dan juga melihat ekspresi wajah dingin Devan membuat Nayla mengedikkan bahunya ngeri sejenak.
Begitu masuk di dalam mobil dengan segera Devan mengemudikan mobilnya lagi,, tak ada pembicaraan yang terjadi diantara mereka,, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing,, hingga Devan akhirnya memarkirkan mobilnya di sebuah mall.
"Tuan,, apakah Tuan ingin membeli sesuatu?" tanya Nayla sambil melihat Devan dengan tatapan mata kebingungan.
Nayla menyadari bahwa dirinya saat ini lagi berada di Mall terbesar yang ada di kota nya.
"Turun,," ucap Devan lagi lalu turun dari mobil. Nayla pun mengikuti perintah Devan.
Devan lalu segera berjalan masuk ke dalam Mall itu,, lalu sejenak kembali dan menggenggam tangan Nayla agar ikut bersamanya.
Lagi-lagi Nayla benar-benar bingung saat Devan membawanya ke toko perhiasan. Nayla melihat Devan dengan tatapan mata penuh keheranan.
"Tuan, apakah Tuan akan menyuruh ku memilihkan perhiasan untuk Nyonya Jessica?" tanya Nayla lagi.
Nayla dengan santai menanyakan itu pada Devan,, kini Nayla merasa hidupnya tidak ada beban lagi semenjak Denis mengatakan akan menikahi dirinya,, Nayla hanya menginginkan talak,, lalu Nayla akan pergi dan menikah dengan pria yang mencintainya dan juga Nayla cintai.
Devan hanya diam saja sambil berjalan menggenggam tangan Nayla.
"Tunjukkan kalung pengeluaran terbaru yang sederhana saja tapi bagus,," ucap Devan kepada salah satu pramuniaga.
Devan bukannya tidak mampu membelikan Nayla perhiasan yang mahal,, Devan sangat mampu membelikan Nayla perhiasan yang mahal,, tapi Devan ingin menjaga Nayla dari berbagai pertanyaan nantinya jika Nayla terlihat memakai perhiasan yang mewah dan juga mahal,, itu pasti akan menimbulkan kecurigaan.
"Ayo pilih salah satunya,," ucap Devan sambil melihat Nayla yang masih tampak kebingungan.
Nayla lagi-lagi mengikuti ucapan Devan. Nayla segera memilih walaupun masih kebingungan dengan apa yang dilakukan Devan. Nayla memilih kalung yang simple,, elegan,, tetapi terlihat sangat indah.
Setelah membayar,, Devan kemudian membawa Nayla kembali ke mobil dengan masih menggenggam tangan Nayla.
Nayla bingung bagaimana cara memulai berbicara pada Devan mengenai keinginannya ingin bercerai tanpa ada perselisihan sedikit pun pada Devan.
Nayla terlihat sangat gugup,, " Tuan aku ingin berbicara sesuatu yang penting pada Tuan,," ucap Nayla yang tampak sangat gugup apalagi melihat raut wajah Devan yang sangat dingin.
Devan tersenyum dingin karena tau apa yang ingin diucapkan Nayla pada dirinya,, Devan hanya diam lalu segera membuka kotak perhiasan itu,, lalu mengambil kalung dan memakaikan di leher Nayla.
Nayla terkejut dengan apa yang dilakukan Devan pada dirinya,, Nayla hanya diam tanpa berbicara.
"Waktu kita menikah,, aku hanya memberikan kamu mahar uang yang tidak seberapa,, dan ini aku memberikan kamu kalung,, anggap saja ini sebagai maharmu,," ucap Devan sambil melihat kalung yang sudah dipakaikan di leher Nayla,, kalung itu terlihat sangat cocok di pakai Nayla.
"Sangat cantik dan cocok di lehermu,," ucap Devan lalu mengecup kening Nayla dengan sangat lembut seperti terdapat kasih sayang dalam kecupan itu.
Nayla kini mematung dengan rasa keterkejutannya,, apa yang dilakukan Devan saat ini sangat diluar nalar Nayla. Bagaimana bisa Devan memperlakukan dirinya dengan begitu lembut saat ini.
"Ambil,," ucap Devan sambil memberikan Nayla sebuah kartu ATM.
"Ini untuk apa Tuan?" tanya Nayla tidak mengerti sambil melihat kartu ATM yang masih berada di tangan Devan.
"Kamu akan mendapatkan hak mu juga sebagai istriku sama seperti Jessica,," ucap Devan sambil melihat Nayla.
"Tapi Tuan aku..." ucap Nayla menggantung karena Devan sudah lebih memotong ucapan Nayla.
"Cepat ambil,," ucap Devan dengan suara yang cukup tinggi,, membuat Nayla langsung tertunduk melihat kartu ATM yang saat ini sudah berada ditangannya karena Devan memaksa.
Bagaimana caranya aku minta cerai jika seperti ini?" batin Nayla yang benar-benar bingung cara harus memulai pembicaraan.
"Nayla?"
"Nayla,?" panggil Devan lagi namun tidak ada jawaban.
"Nayla!!!,," panggil Devan dengan suara yang meninggi membuat Nayla tersentak mendengar suara Devan.
"I..i..iya Tuan,," ucap Nayla sedikit takut.
"Panggil aku mas ketika kita sedang berdua,," tegas Devan tak ingin dibantah sambil melihat Nayla.
Degh!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Risnha Isnhaa
devan klw kmu tidak bisa menerima nayla knpa kmu tidak memberi dia talak supaya dia bisa sam denis
2023-03-22
0
mintil
lu begimene sih depan. bikin bingung nayla ajee. mau lu ape coba. bagus2 si nay mau mundur. kan gak enak banget liat lu mesra2an terus ame istri yang katenye elu cinteeeeeee banget tuh
2022-10-07
0
Indy Syafitri
ho....ho....ho.....🤬
2022-09-04
0