Suara alarm terus berdering membuat Nayla terpaksa bangun dari tidurnya,, padahal Nayla baru saja tertidur begitu subuh tadi. Tapi Nayla harus tetap bangun karena harus mengurus keperluan Rani dan Raka.
Morning sicknees sudah menjadi kegiatan rutin nya dipagi hari.
Setelah menguncir rambutnya dengan asal,, Nayla segera berjalan menuju kamar Rani dan Raka untuk segera membangunkan kedua bocah imut itu,, agar segera bersiap-siap ke sekolah.
"Raka,, ayo bangun sayang,," ucap Nayla yang selalu mengurus Rani dan Raka dengan kasih sayang,, Nayla selalu membangunkan mereka dengan kelembutan meskipun sangat susah membangunkan mereka.
"Mbak Nayla,, bisa nggak jam nya diputar lagi,, aku masih ngantuk banget Mbak," ucap Raka yang membuat Nayla tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Terkadang Nayla merasa sudah seperti Ibu kedua bocah itu karena kedua bocah itu sangat menghargai dirinya,, itu semua berkat ajaran dari Andini juga tentunya yang selalu mengajarkan mereka agar menghormati dan menyayangi orang yang lebih tua dari mereka.
"Ayo bangun,,, Rani sayang ayo bangun juga," ucap Nayla membangunkan Rani juga.
"Mbak Nayla,, Rani minta gendong,," ucap Rani dengan mata yang masih terpejam.
"Ayo sini," ucap Nayla sambil duduk agar Rani bisa naik ke punggungnya.
Perut Nayla langsung terasa sakit begitu Rani naik ke punggungnya,, tapi Nayla mencoba menahan itu semua,, Nayla menurunkan Rani ke dalam kamar mandi sambil menahan sakit pada perutnya.
"Ayo sikat gigi sayang," ucap Nayla mencoba tersenyum tak ingin membuat Rani menyadari dirinya sedang kesakitan sekarang,, wajah Nayla bahkan terlihat sangat pucat.
"Mbak Nayla kenapa?" tanya Rani begitu melihat wajah Nayla yang pucat dan terlihat sedang menahan sakit.
Nayla langsung menyandarkan tubuhnya pada dinding untuk meredakan rasa sakitnya sedikit.
"Mbak Nayla,, Rani berat banget yah?" tanya Rani dengan ekspresi wajah bersalahnya.
"Nggak kok sayang,," ucap Nayla sambil mengelus lembut rambut Rani dan tersenyum begitu dirasa perutnya sudah agak baikan.
"Rani janji Mbak Nayla,, Rani nggak akan minta gendong lagi,, Rani udah besar sekarang,," ucap Rani penuh keyakinan.
Nayla langsung tersenyum begitu mendengar ucapan Rani,, terlihat jelas bahwa Rani sangat menyayangi dirinya dan juga merasa bersalah.
Setelah memakai pakaian sekolah,, Nayla segera membawa Rani dan Raka ke meja makan.
"Selamat pagi," ucap Rani dan Raka dengan gembira sambil melihat semua anggota keluarga yang sedang duduk di kursi masing-masing.
"Pagi juga anak-anak papa," ucap Angga sambil tersenyum melihat kedua anaknya.
"Pagi juga anak-anak mama yang ganteng dan cantik," ucap Andini sambil tersenyum juga melihat kedua anaknya.
Rani segera duduk di kursi meja makan dengan sendirinya tanpa bantuan dari Nayla seperti biasanya,, membuat semua anggota keluarga merasa heran pada tingkah Rani yang tidak seperti biasanya.
"Aku sendiri aja Mbak,, aku bisa kok,, aku nggak mau lagi menyusahkan Mbak Nayla,, tadi aja gara-gara menggendong Rani,, Mbak Nayla kesakitan dan hampir jatuh," ucap Rani penuh perhatian pada Nayla.
Uhuk Uhuk Uhuk...
Devan langsung terbatuk begitu mendengar ucapan Rani.
Seketika Devan langsung melirik Nayla,, terlihat jelas wajah Nayla sangat pucat saat ini.
"Sayang,,, ayo minum,," ucap Jessica sambil memberikan air putih pada Devan.
Devan meminumnya dan merasa lebih baik.
"Rani dan Raka mau makan apa sayang?" tanya Nayla sambil melihat kedua bocah itu.
"Ikan dan nasi goreng,," ucap mereka bersamaan.
Nayla langsung menyajikan begitu mendengar ucapan kedua bocah itu.
Huekkkkkk...
Seketika Nayla menjadi mual begitu mencium bau nasi goreng. Nayla sudah mencoba menahannya agar tidak mual namun percuma dirinya tetap mual,, Nayla langsung berlari ke kamar mandi dengan cepat.
"Apa-apaan sih dia,, sekarang kita lagi makan dia seperti itu,," omel Jessica. Nafsu makan Jessica mendadak hilang begitu mendengar suara Nayla yang mual tadi.
Devan memijat dahinya sambil melihat Nayla yang sedang berlari menuju kamar mandi karena mual.
Setelah mengeluarkan cairan saja,, Nayla segera kembali ke meja makan dengan perasaan tidak enak.
"Tuan,, Nyonya,, aku minta maaf,, sudah tidak sopan tadi," ucap Nayla tulus benar-benar merasa bersalah karena mual disaat yang lain sedang makan.
"Kamu sakit Nayla?" tanya Ana perhatian.
"Maaf Nyonya,, aku mau berhenti bekerja dulu,, aku sedang sakit saat ini,, bisa kan Nyonya?" tanya Nayla.
"Nggak mau,," teriak Rani dan Raka bersamaan. dengan ekspresi wajah sedih mereka.
Nayla lagi-lagi tidak tega melihat kedua bocah itu yang sudah ingin menangis begitu Nayla mengucapkan kalimat itu.
Tapi saat ini Nayla juga merasa sangat lemah dan juga sangat lelah.
"Maag kamu kambuh Nayla?" tanya Andini sambil melihat Nayla.
"Iya Nyonya,," jawab Nayla yang lagi-lagi berbohong karena tidak mungkin mengatakan jika dirinya sekarang sedang mengandung anak Devan.
Andini tampak pergi ke tempat lain lalu segera kembali.
"Ini aku punya obat maag,, dan sekarang aku sudah sembuh berkat obat ini,, jadi kamu minum sekarang juga biar cepat sembuh,," ucap Andini dengan penuh perhatian pada Nayla.
Nayla tampak khawatir,, takut obat itu akan bermasalah untuk kandungannya,, tapi Nayla juga bingung bagaimana cara tidak meminum obat itu,, karena tidak enak bila harus menolak niat baik dari Andini.
"Nyonya,, aku akan meminumnya nanti setelah mengantar Raka dan Rani,," ucap Nayla mendapatkan alasan.
"Minum sekarang Nayla,," ucap Andini tegas.
Nayla kini tidak memiliki alasan lagi selain meminum obat itu,, Nayla perlahan menuang obat itu ke sendok lalu hendak meminumnya,, namun tiba-tiba...
"Tunggu!!! jangan minum Nayla,," Devan tidak mungkin membiarkan Nayla meminum obat itu,, karena akan sangat berbahaya bagi anaknya.
Mata semua anggota keluarga langsung melihat ke arah Devan dengan tatapan penuh tanya dan juga keheranan.
"Kenapa kamu melarang Nayla meminum itu Devan? kamu senang melihat Nayla sakit? ini itu untuk kesembuhan dia,, obat itu sangat bagus,, aku saja sudah sembuh,," ucap Andini sambil melihat Devan dengan tatapan penuh keheranan.
"Tidak boleh meminum obat tanpa diperiksa dulu,," ucap Devan memberikan alasan dan berharap itu bisa diterima oleh semua anggota keluarga.
"Terus? jangan bilang kamu yang akan memeriksa dia?" tanya Jessica dengan tatapan kesalnya.
Sudah banyak kali Jessica menyaksikan Devan memeriksa Nayla,, dan tidak bisa dipungkiri itu membuat dirinya sangat cemburu pada Nayla.
"Sayang,, suamimu ini seorang dokter,, jadi kamu mengerti kan tugas dokter,," ucap Devan sambil mengelus lembut rambut Jessica agar istrinya itu tidak marah.
Jessica masih kesal karena tidak terima dengan alasan Devan yang itu-itu saja.
"Hmmm perasaan kamu itu sangat perhatian banget sama dia," ucap Jessica kesal lalu segera pergi,, sebelum pergi Jessica menatap tajam ke Nayla.
"Sayang,, jangan marah,," Devan langsung menyusul Jessica karena tidak mau masalah itu menjadi masalah yang serius nantinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Nci
Bik Ina kemungkinan tau Nayla hamil karena sering mendapati Nayla lagi huekk..hurkk muntah 😷
Nayla unt ketenangan dan kesehatanmu lbh baik kamu kembali ke rmh yg dibelikan Devan dan bisa sesekali numpang ikut di apartment sahabatmu Reyna. Dgn tinggal di tempat terpusah kmgkn Devan akan lbh perhatian krn kecil kemungkinan keluarganya akan tau rahasianya..
2022-08-08
3
Sumawita
Semoga keluarga Devan ga suka dg sikap Jessica
2022-08-08
1