Nayla tidak tau dimana letak kesalahannya,, mengapa takdir hidupnya seperti ini,, Nayla harus terjebak pada situasi yang tidak pernah terpikirkan olehnya sebelumnya.
Terkadang ada rasa iri di dalam hati Nayla begitu melihat orang lain sangat bahagia dengan kehidupannya tetapi mengapa dirinya tidak bisa bahagia sedikit saja. Dirinya seolah-olah dipermainkan oleh takdir, terkadang Nayla merasa putus asa dan ingin segera mengakhiri hidupnya saja tapi Nayla tau itu perbuatan dosa,, dan Nayla mencoba percaya bahwa nanti dirinya juga bisa bahagia seperti orang lain meskipun tidak tau kapan itu terjadi,, karena saat ini tidak ada kebahagiaan sedikit pun yang dia rasakan, hanya kesedihan yang dia rasakan.
"Sudah satu minggu lebih kamu disini,, tapi kamu belum juga dijemput-jemput,, kemana suamimu itu Nayla? hah tapi tidak perlu lah aku menanyakannya karena sudah pasti dia sedang bahagia dengan istri pertamanya dan melupakan kamu,, kamu itu hanya dinikahi lalu dibuang,, sungguh nasib yang sangat buruk,," ucap Santi sambil tersenyum miring melihat Nayla.
Nayla hanya melihat Ibu tirinya itu lalu segera meminum segelas air berusaha tegar,, sambil membenarkan di dalam hatinya perkataan Santi.
Hmm sejak kapan aku menjadi lemah seperti ini? ini hanya cobaan kecil dalam hidupku,, aku sudah biasa dengan cobaan hidup sejak dulu,, kamu harus kuat Nayla demi janin mu,, hiduplah untuk janin mu,, dia tidak bersalah sama sekali,, batin Nayla mencoba menguatkan dirinya sendiri.
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu,, membuat Nayla tersadar dari lamunannya sedangkan Santi sudah berjalan cepat untuk membuka pintu melihat tamu yang datang ke rumahnya.
Santi tersenyum lebar begitu melihat Devan yang datang dengan membawa beberapa barang.
"Devan akhirnya kamu datang," ucap Santi sambil terus tersenyum pada Devan.
"Iya Bu,, ini ada sedikit...," belum selesai Devan mengucapkan kalimat,, Santi sudah lebih dulu mengambil barang yang dibawa Devan.
Sedangkan Bobby yang mendengar ada suara pria segera keluar dari dalam kamarnya karena menduga itu adalah Devan,, dan benar memang Devan yang datang.
"Nak Devan,, datangnya sudah lama?" ucap Bobby sambil melihat Devan.
"Belum lama kok,, baru saja sampai," ucap Devan.
"Ayo duduk nak," ucap Bobby lagi.
"Iya,, terima kasih,," ucap Devan lalu segera duduk.
Mata Devan terus melihat Nayla yang berada di kursi meja makan sedang sibuk dengan makanannya,, tanpa melihat Devan,, apalagi tersenyum pada Devan. Nayla yang merasa diperhatikan oleh Devan memilih menyudahi makannya lalu segera masuk ke dalam kamar. Devan pun tak tinggal diam,, Devan langsung menyusul Nayla masuk ke dalam kamar.
Setelah masuk ke dalam kamar keduanya mendadak bisu,, mereka berdua sama-sama diam,, karena mereka memang tak pernah saling tegur ketika Nayla menjadi pengasuh kedua ponakannya makanya mereka benar-benar canggung.
"Hari ini kita akan ke Kota,, sekarang bereskan barang-barang mu,," ucap Devan setelah cukup lama diam.
Nayla hanya diam tak bergeming mendengar ucapan Devan.
"Cepat Nayla,, aku tidak punya waktu,," ucap Devan sambil melihat jam tangannya kemudian kembali melihat Nayla yang masih diam ditempat.
"Kalau kamu tidak mau datang kesini tidak usah Tuan,, aku tidak mau kamu menemui ku dengan terpaksa,, atau membawa ku dengan terpaksa,, lebih baik aku disini saja meskipun dihina terus dengan Ibu tiriku tapi itu lebih baik," ucap Nayla terpaksa karena kesal pada Devan yang tidak mengerti sama sekali perasaannya. Perasaan Nayla saat ini memanglah sangat sensitif.
"Maaf Nayla,," ucap Devan memilih minta maaf pada Ibu hamil di hadapannya saat ini. Devan tentu tau perasaan Nayla saat ini,, tersinggung sedikit pasti langsung marah atau menangis.
Hati Nayla sampai saat ini masih sakit karena menjadi istri kedua yang tak pernah diinginkan dalam hidupnya,, dengan bercucuran air mata Nayla tetap mengemasi barang-barangnya untuk mengikuti suaminya itu sekalipun Nayla terpaksa namun dia harus tetap mengikuti Devan karena dia sudah menjadi istri Devan.
Sepanjang perjalanan tak ada pembicaraan diantara mereka berdua,, keduanya sama-sama diam dan larut ke dalam pikirannya masing-masing,, hingga mereka sampai ke sebuah rumah,, Devan kemudian melirik Nayla yang masih diam.
"Turun," ucap Devan.
Nayla tersadar kemudian segera melihat rumah sederhana yang berada di depannya,, meskipun rumah itu sederhana tapi masih lebih baik dari rumah kedua orang tuanya,, Nayla hanya mengikuti ucapan Devan tanpa tau apa maksud Devan membawanya ke rumah ini.
"Nayla mulai sekarang kamu tinggal di rumah ini,, jarak rumah ini dan rumah sakit tidak jauh,, nanti aku akan menjenguk kamu lagi," ucap Devan sambil melihat Nayla.
Nayla tersenyum miris begitu mendengar ucapan Devan.
Nanti akan menjenguk? aku ini istrimu atau tetangga mu? batin Nayla yang mengasihani dirinya sendiri.
Lagi-lagi Nayla hanya diam sambil melihat Devan.
Setelah mengucapkan itu Devan segera pergi meninggalkan Nayla di rumah itu,, Nayla hanya mampu melihat kepergian Devan dengan hati terluka dan terisak. Nayla juga tidak mengerti dengan dirinya yang mudah sekali menitikkan air mata,, itu berbeda sekali dengan dirinya yang dulu sebelum hamil. Cobaan hidup Nayla selama ini sangat banyak namun Nayla jarang sekali menitikkan air mata,, tapi sekarang sedikit-sedikit Nayla pasti menangis,, perasaannya benar-benar sensitif.
"Kita harus kuat," ucap Nayla sambil mengelus perutnya yang masih rata,, alasan Nayla mau bertahan hidup sampai sekarang adalah karena janinnya.
Aku akan membesarkan mu dan merawat mu sebaik-baiknya,, kita akan hidup berdua tanpa ayahmu,, aku akan membuat mu bahagia meskipun tanpa Ayah,, aku akan menjadi Ayah mu sekaligus Ibu mu,, kamu penyemangat hidup ku,, batin Nayla sambil mengelus perutnya yang masih rata.
Begitu lama di dalam rumah tanpa tau harus ngapain membuat Nayla merasakan lapar karena begitu melihat jam sudah sore. Nayla berjalan menuju dapur melihat apa saja yang ada di dapur yang bisa dimasak lalu dimakan,, namun nihil,, tak ada apapun di dapur membuat Nayla menghembuskan nafasnya kasar dengan lapar yang sudah susah ditahan.
Nayla memutuskan ke luar mencari penjual makanan disekitaran tempat tinggalnya. Tak lama berjalan Nayla tersenyum bahagia begitu melihat penjual di seberang jalan,, dengan segera Nayla menyebrang tanpa melihat ke kanan ataupun ke kiri.
"Aaaaaaaaaaaaa,!!"
Nayla refleks berteriak karena melihat mobil yang akan menabraknya tanpa bisa Nayla hindari.
Nayla seketika itu menyesali dirinya yang tidak lihat ke kanan atau pun ke kiri sebelum menyebrang jalan.
Nayla menutup mata cukup lama dan pasrah dengan takdirnya lagi apabila harus tertabrak mobil,, namun Nayla tidak merasakan ditabrak sampai saat ini,, Nayla pun segera membuka matanya dengan perlahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
jangan cepat menyerah Nayla pasti ada jalan keluar
2022-08-17
1
Sumawita
Sabar Nayla Devan pasti akan lebih menyayangi mu dan mencintai mu dr pd istri pertamanya
2022-08-05
1
Nci
Sabar Nayla yg terpenting saat ini kamu aman dan ada yg bertanggung jawab secara finansial drpd kamu tinggal di rmh ortumu yg akan selalu berhadapan dgn Bu Santi yg mulutnya super pedas nyinyirin kamu..
2022-08-05
2