Setelah sadar dari pingsannya,, Nayla berjalan dan memilih duduk di kursi taman belakang rumah,, sambil sesekali memijat kepalanya yang masih terasa agak pusing.
"Nayla,," panggil Jessica.
Nayla yang sedang melamun tak menggubris sama sekali panggilan Jessica.
"Nayla," panggil Jessica lagi dengan kesal.
Nayla seketika itu tersadar dari lamunannya.
"Iya Nyonya Jessica,," ucap Nayla sambil berdiri dari tempat duduknya terus melihat Jessica yang sedang berdiri dihadapannya sambil berkacak pinggang.
"Buatkan aku makanan cepat,, aku lapar,," perintah Jessica.
Nayla mengernyitkan dahinya bingung begitu mendengar perintah Jessica. Karena Nayla di rumah itu sebagai pengasuh anak, mengurusi kebutuhan dua bocah imut di rumah itu,, bukan untuk memasak,, kalau memasak ada ART yang lain yang memang sudah ditugaskan untuk itu.
Namun,, karena melihat ekspresi wajah kesal Jessica dan Nayla bukan tipe yang mau berdebat,, Nayla memutuskan untuk mengikuti keinginan Jessica,, istri dari majikannya yang telah merusak masa depan Nayla,, Nayla segera berjalan menuju dapur.
"Mbak Nayla yang cantik lagi masak apa sekarang?" tanya Rani sepulang sekolah setelah mengganti pakaian langsung saja mencari Nayla.
"Ehh Rani cantik,, Mbak Nayla sedang memasak untuk Nyonya Jessica,," jawab Nayla sambil fokus pada masakannya.
"Mbak,, aku juga mau dong,," ucap Rani.
"Tentu,, Mbak akan memasakkan juga untuk Rani,," ucap Nayla sambil tersenyum lembut pada Rani.
"Rani,, mau telur mata sapi?" tanya Nayla yang sudah sangat tau makanan yang disukai bocah imut itu.
Rani dengan segera mengangguk penuh semangat sambil tersenyum cerah.
Nayla berjongkok lalu mencium gemas pipi bocah itu. Sedangkan bocah itu hanya tersenyum senang karena memang Rani sangat dekat dan menyukai di asuh oleh Nayla.
"Baiklah,, tunggu sebentar yah,, Rani bisa tunggu dimeja makan,," ucap Nayla tersenyum lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.
Rani segera menuruti ucapan Nayla menunggu makanan kesukaannya disiapkan.
Akhirnya makanan sudah tertata rapi di atas meja,, Rani sudah tak sabar ingin melahapnya,, sedangkan Jessica dan Devan juga sudah bersiap-siap untuk makan beserta keluarga yang lainnya.
"Mau kemana Nayla? tetap disini,," ucap Jessica yang tak ingin Nayla pergi.
Nayla pun berusaha untuk tetap berada ditempat itu sambil melihat kemesraan Devan dan Jessica yang sudah menjadi tontonan nya sehari-hari. Nayla tak bermaksud cemburu hanya Nayla juga bingung dengan dirinya sendiri yang mood nya kadang berubah-ubah. Kadang senang,, kadang sedih,, kadang tertawa tanpa alasan yang jelas.
"Buatkan aku jus,," perintah Jessica lagi yang saat ini masih kesal pada Nayla,, karena Devan memberikan perhatian pada Nayla tadi pagi,, makanya Jessica ingin membalas dendam memerintah Nayla sesuka hatinya.
Nayla yang tak ingin ada keributan tetap melakukan apa yang diperintahkan Jessica,, walaupun sebenarnya itu bukanlah pekerjaannya.
"Mbak Nayla!!!" teriak Rani begitu melihat Nayla telah pingsan. Devan dan yang lainnya segera berlari menuju ke tempat Nayla pingsan karena mendengar suara Rani yang begitu nyaring dan khawatir sudah bisa dipastikan bahwa ada yang terjadi.
Devan segera mengangkat tubuh Nayla ke sofa. Lalu segera memeriksanya,, Devan lagi-lagi terdiam dan pucat karena lagi-lagi hasil pemeriksaan Nayla benar-benar sedang hamil saat ini.
"Sayang,,," teriak Jessica kesal karena Devan hanya diam saja seperti sedang melamun.
Devan seketika tersadar dari lamunannya begitu mendengar teriakan kesal dari Jessica,, Devan berulangkali menelan salivanya kasar.
Apa itu anak aku? bagaimana jika semua keluarga tau? batin Devan penuh tanya dan ketakutan karena tidak ingin menyakiti hati siapapun terutama hati Jessica jika itu benar-benar anaknya,, Devan juga tak akan pernah mau berpisah dari Jessica wanita yang sangat dicintainya.
Devan yang masih terus memikirkan kehamilan Nayla,, seketika menoleh kepada Nayla begitu merasa Nayla bergerak dan akhirnya sadar.
"Mbak Nayla nggak apa-apa kan?" tanya Rani yang sangat khawatir pada Nayla, pengasuhnya yang sangat baik hati dan juga sudah mengasuhnya sejak kecil.
Nayla tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
"Aku nggak apa-apa kok,," ucap Nayla sambil mengelus lembut rambut bocah itu yang sangat khawatir padanya.
"Nayla,, kamu sebaiknya istirahat di kamar dulu yah,," ucap Ana perhatian dan juga khawatir.
Nayla pun mengangguk dan segera menuju kamarnya untuk istirahat.
Belum lama istirahat tiba-tiba pintu kamar terbuka dan tertutup kembali,, ternyata Devan yang masuk ke dalam kamar Nayla tanpa izin dan saat ini pintu kamar Nayla sudah terkunci.
"Itu anak siapa?" tanya Devan dengan ekspresi wajah begitu dingin.
Nayla menghela nafas karena ternyata Devan sudah tau mengenai kehamilan nya yang sengaja ditutup rapat oleh Nayla. Nayla juga begitu shock saat pertama kali mengetahui dirinya hamil bahkan Nayla berulang kali melakukan test pack sambil berharap dirinya benar-benar tidak hamil namun hasilnya malah sebaliknya dirinya memang benar-benar hamil dan tentunya itu sudah pasti anak Devan karena hanya pada Devan dia melakukannya,, itupun hanya satu kali dalam hidupnya namun satu kali itu bisa membuat dirinya hamil.
"Maaf Tuan aku tidak semurahan itu bisa melakukan hal itu kepada sembarang lelaki,, kalau tidak diperkosa malam itu aku tidak mungkin melakukan hal itu,, aku pasti masih suci sampai aku menikah kepada pria yang mencintai ku,, aku akan pergi jadi Tuan tidak perlu khawatir akan ketahuan,," ucap Nayla yang sangat sakit hati dengan pertanyaan Devan padahal jelas-jelas dialah pria yang membuatnya hamil.
Nayla dengan segera memasukkan pakaiannya dan barang yang lainnya ke dalam tas lalu segera keluar dari dalam kamarnya meninggalkan Devan yang masih berdiri mematung ditempatnya.
Ana yang sedang bermain dengan Rani begitu terkejut ketika melihat Nayla membawa tas nya yang cukup besar.
"Nayla, kamu mau kemana?" tanya Ana.
"Nyonya,, aku mau pulang kampung dulu sampai aku sembuh Nyonya,, setelah sembuh aku akan kembali lagi,, aku juga rindu ibuku Nyonya," ucap Nayla memberikan alasan.
Rani tampak sudah menangis karena tidak ingin ditinggal oleh Nayla meskipun Nayla bilang akan kembali lagi.
"Mbak Nayla nggak boleh pergi,, aku nggak mau pisah dengan Mbak Nayla,, yang urusin Rani nanti siapa,, aku udah sayang banget sama Mbak Nayla,," ucap Rani sambil menangis tersedu-sedu menahan Nayla agar tidak pergi.
"Mbak akan kembali lagi sayang,, jangan nangis yah,," ucap Nayla yang sangat tidak tega melihat Rani menangis.
"Mbak jangan pergi,," rengek Rani lagi.
"Rani,, sayang nggak sama Mbak?" tanya Nayla sambil berjongkok agar bisa sejajar dengan Rani.
Rani segera menganggukkan kepalanya.
"Kalau gitu biarkan Mbak pulang dulu yah,, setelah Mbak sehat Mbak pasti akan kembali lagi,," ucap Nayla lagi.
"Janji yah Mbak?" ucap Rani.
Nayla pun menganggukkan kepalanya.
"Iya janji," ucap Nayla.
Rani pun dengan berat hati mengizinkan Nayla pergi,, Nayla juga berat hati meninggalkan Rani.
Rumah ibu Nayla..
Nayla berada di depan rumah ibunya yang sudah menikah lagi,, rumahnya terletak dipinggiran kota.
Nayla sebenarnya ragu untuk pulang karena ibunya tidak lagi menyayangi dirinya semenjak ibunya menikah lagi,, Ayah tirinya juga tidak menyukai Nayla.
"Hmm kenapa kamu pulang,, seharusnya kamu tak perlu pulang,," ucap Ratih begitu melihat Nayla anak yang telah dilahirkannya.
"Ibu apa kabar?" tanya Nayla masih sangat menghormati ibunya meskipun terlihat jelas ibunya tak menyayangi dirinya sedikit pun bahkan tidak ingin melihatnya.
"Baik," jawab ketus Ratih.
Setelah mendengar jawaban Ratih,, Nayla pun berjalan masuk menuju kamarnya,, namun kamarnya saat ini sudah ditempati oleh Ika adik tirinya.
Ika yang melihat Nayla datang sama sekali tak ada ekspresi wajah kebahagiaan yang terlihat hanya ekspresi wajah kesal dan benci.
Nayla tak ambil pusing,, Nayla segera mengambil beberapa peralatan mandinya dari dalam tas lalu segera pergi mandi.
Tiba-tiba...
"NAYLA," teriak marah Ratih.
Ratih benar-benar sangat marah begitu mengetahui Nayla sedang hamil saat ini,, karena melihat test pack di tas Nayla.
"Kamu hamil anak siapa hah? dasar perempuan murahan," teriak Ratih sambil menarik rambut Nayla dengan sangat kuat.
Nayla langsung meringis kesakitan.
"Ibu tolong lepas,, sakit Bu,," rintih Nayla sambil menangis karena tak kuasa dengan cobaan hidupnya dan juga rasa sakit pada rambutnya.
"Dasar perempuan murahan,, pergi dari sini Nayla,, aku tidak mau malu karena ulah mu,, apa kata tetangga kalau tau kamu hamil tanpa suami,, perempuan murahan sialan!!!," ucap Ratih dengan marahnya.
Tangan Nayla ditarik paksa menuju keluar rumah,, segera tas Nayla menyusul dilemparkan oleh Ratih tepat di wajah Nayla.
"Pergi kau perempuan murahan,, dan jangan pernah kembali lagi,, aku tidak sudi melihat kamu,," teriak Ratih dengan kemarahan.
"Ibu,," ucap Nayla penuh rasa memohon pada ibunya.
"PERGI!!! enak saja setelah kau hamil kembali ke rumah ini,, siapa yang mau mengurus anak haram kamu itu,, mengurus kamu saja aku tak sudi,, dasar murahan!!!" teriak Ratih lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
ruwet ruwet, itu alasan kenapa kita tdk boleh meminum gamer, karna bisa lupa ingatan dan lupa diri akhirnya bisa menzolimi org
2022-08-17
0
Nci
Devan bingung dan takut tuh.. makanya pake tanya ke Nayla anak siapa krn sbtlnya dia tau pasti saat memperkosa dan liat tanda bercak di seprei ..
2022-08-04
1
Sumawita
ya Allah kasian sekali Nayla
2022-08-04
1