Hasrat Terlarang Pembantu
🌹🌹🌹🌹
Brakk!!
"Sialan Kalian!" Kedua mata Franklin memerah tatkala melihat pemandangan tak senonoh di hadapannya.
"Franklin!"
"Heh! Mau apa si bodoh itu kemari?!"
Kedua manusia yang sedang asik-asiknya bergelut panas. Buru-buru memisahkan diri mereka, serta menarik apapun untuk membungkus tubuh polos mereka.
"Jadi ini yang kalian lakukan di belakangku! Menjijikkan!" hardik Franklin. Pria tampan itu, mengeratkan rahangnya seraya mengepalkan kedua tangannya. Menahan gemuruh dan amarah yang membakar akal sehatnya.
Dimana dihadapannya ini, istri serta sahabatnya sendiri tengah bergumul panas di atas peraduan sebuah hotel mewah. Berkat, kekuasaan serta uang yang di milikinya. Franklin meminta pihak hotel untuk memberinya akses terhadap kamar tersebut.
" Sekarang, kau 'kan sudah tau, jadi menyingkir lah!" Alexander, pria berkulit eksotis dengan bentuk badan yang atletis itu, tersenyum miring. Ia merangkul bahu polos Raisa, yang masih sah menjadi istri dari Franklin sahabatnya.
"Anjing pun tidak akan menggigit tuannya sendiri! Kau, penghianat busuk!" Franklin tak dapat lagi menahan emosinya. Ia mendekati Alex kemudian memukuli pria itu hingga selimut yang menutupi bagian bawah Alex terbuka.
Buukk!!
Dugghh!!
Tubuh kekar Alex terjerembab dan tersungkur.
Satu-dua pukulan telah mendarat di wajah tampannya, hingga darah mengucur dari hidung serta ujung bibirnya. Bagaimanapun, Alex tak bisa menandingi keahlian beladiri Franklin.
Franklin menarik nafasnya, berusaha mengontrol degup jantungnya yang tak beraturan, sisi dada kirinya sakit, tapi dia mencoba mengabaikannya.
‘Bagus saja Franklin tengah keracunan, jika tidak aku pasti akan dipukulinya hingga mati.’ batin Alex.
"Segitu saja? Ayo pukul aku lagi!" tantang Alex. Pria itu tau penyakit yang di sembunyikan oleh mantan sahabatnya itu. Ya mantan, karena kini Franklin telah mengetahui kebusukannya.
Alex sengaja, membiarkan Franklin emosi dan menghajarnya bertubi-tubi. Karena, yang akan tumbang nanti bukanlah dirinya melainkan Franklin sendiri.
Franklin semakin meremas dada kirinya, rasa sakit serta nyeri itu semakin menjadi. Bahkan, ia mulai kesulitan bernapas serta pandangannya mulai kabur.
"Sebaiknya kau sadar diri, Franklin! Aku tidak membutuhkan pria yang lemah! Kau, bahkan tidak mampu untuk melindungi dirimu sendiri!" sarkas Raisa, wanita itu membantu Alex bangun lalu merangkulnya.
‘Kau tidak akan mati sekarang suami payah! Kau masih memiliki waktu satu purnama lagi, itu jika kau masih bertahan.’
Raisa terus tertawa dalam hatinya. Sejak awal ia tidak pernah mencintai Franklin. Sebuah dendam berkarat, yang telah membuatnya berada di titik ini.
"Kau, pulang saja sana! Biarkan aku bersenang-senang dengan Alex. Kau silakan bermain dengan pembantu saja, dia tidak akan menuntut macam-macam padamu." Raisa berkata tanpa perasaan sama sekali. Tak ada rasa bersalah dan malu di hatinya, ketika sang suami memergokinya secara langsung, dirinya tengah di tunggangi.
Franklin tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia menyimpan tenaganya agar tidak pingsan saat ini. Ia berusaha kuat di hadapan para penghianat. Sahabat serta istrinya sendiri, yang berselingkuh juga membodohi nya.
Merencanakan untuk mengambil sebagian harta warisan kakeknya. Sungguh, Franklin merasa di permainkan bagai sampah tak berguna. Penyakit yang di deritanya, telah membuatnya menjadi manusia lemah.
"Nikmatilah, Raisa. Selagi, kau masih bernapas, tertawalah di atas penderitaan ku. Suatu saat, aku akan membalas kalian berdua!" ancam Franklin dengan suara yang terputus-putus. Emosinya, membuat dadanya bergemuruh hebat hingga adrenalin nya berpacu dengan cepat.
"Jangan emosi dong, kau tidak mau mati muda 'kan? Franklin, cucu kesayangan Oma Elli!" ledek Raisa dengan tawa meremehkan. Memandang keadaan menyedihkan dari pria yang tertulis sebagai suaminya itu.
"Terima saja, nasib mu! Harta warisan Opa sebentar lagi jatuh ke tanganmu bukan? Hanya menunggu sampai tiga bulan pernikahan kita saja, dan itu adalah pekan depan. Jadi, kau jangan mati dulu, setidaknya tunggulah sampai hak waris itu jatuh ke tanganmu." Raisa berkata dengan senyum jahat menghias wajah cantiknya.
‘Aku sangat mencintaimu, Rai. Tapi kenapa kau balas cinta dan ketulusanku ini dengan racun dan penghianatan? Kenapa kau menipuku? Apa salahku Rai?’
Franklin menatap nanar wanita setengah bugil yang masih sah sebagai istrinya itu. Wanita yang ia nikahi atas dasar cinta dan kasih sayang, hingga Franklin rela memberikan apapun yang diminta olehnya.
Tapi, ternyata wanita itu telah menipunya. Berkerja sama dengan sahabat nya sendiri, meracuninya dengan penyakit yang menggerogoti tubuhnya secara perlahan.
" Kau, sangat kejam sayang." Alex memuji Raisa seraya mengecup bibirnya dari samping. Sengaja, melihat wajah sengsara Franklin membuatnya bahagia. Benar-benar sahabat terlaknat seantero galaksi.
‘Kejahatan nampak di depan mata, tapi aku tak berdaya untuk menghentikannya. Oma Elli, akan terkena serangan jantung jika mengetahui kejahatan mu Rai. Biar aku saja yang pergi, demi menghentikan persekongkolan dua iblis ini.’
"Apa kau sedang berpikir untuk mati? Bersabarlah, sepekan lagi. Jadikan aku janda berharga dengan kekayaan peninggalan suaminya." Raisa dan Alex pun tergelak bersama.
"Tidak akan! Kalian berdua tidak akan menikmati apapun dari ku! Permainan kalian berakhir seiring dengan berakhirnya nyawaku." Franklin berkata dengan nada dingin.
Pria itu melangkah lunglai meninggalkan kamar panas membara yang meninggalkan sesak di dalam dadanya.
"Hei, dia pergi begitu saja!"
" Dia tidak berniat bunuh diri kan?" risau Alex tiba-tiba.
"Tidak, mungkin. Mana berani dia!" tampik Raisa.
Franklin terus melangkah. Ia sudah memutuskan, untuk mengakhiri semuanya. Hingga, kedua kakinya membawanya menjauh, keluar dari gedung hotel. Menyebrangi jalan raya yang ramai. Hingga beberapa kendaraan meneriakinya dengan klakson kencang.
Franklin tetap terus berjalan, melangkahkan kakinya memasuki gedung, tatapannya kosong. Di dalam pikirannya saat ini adalah, sekarang atau pun nanti dirinya memang akan mati. Lalu, apa salahnya jika ia mempercepat takdirnya.
‘Ku harap kepergianku dapat mengakhiri semuanya. Maafkan aku, Oma. Rai, aku akan membawa cintaku ke alam baka. Berharap di kehidupan selanjutnya, aku akan mendapatkan hati dan cintamu yang tulus.’ Franklin bergumam dalam hatinya. Hingga ia tak menyadari jika kakinya telah membawanya hingga berada di puncak gedung tertinggi.
"Jangan lakukan hal bodoh itu! Aku akan membuat, Tuan melupakan dia!" pekik Vynnitta pada pria yang tak lain adalah majikannya itu.
Sementara Franklin seakan sudah tuli tak bergeming di atas sana. Meskipun Vinnytta berkali-kali berteriak padanya. Pembantunya itu melihatnya menyebrang dengan asal hingga mengikutinya sampai ke atas gedung ini.
"Untuk apa, anda putus asa hanya demi dia? Apa anda itu sudah menjadi bodoh karena cinta?" sindirnya, ia sengaja hendak memancing emosi Franklin Marquise. Berharap, pria itu berbalik dan tak jadi melompat.
Pria bertubuh tinggi tegap yang tak lain adalah majikannya selama enam bulan itu, tak bergeming. Franklin merasakan angin kencang menerpa tubuhnya. Kata-kata wanita di bawah sana, telah menghentikan sementara kakinya yang hendak melangkah menginjak udara. Karena, dirinya kini berada ujung gedung tertinggi, di pusat kota itu.
"Ternyata, pria tampan dan kaya itu, tak semuanya berotak normal! Percuma saja, kau punya darah bangsawan! Jika, nyawamu saja lebih rendah dari seekor kutu!" teriaknya lagi, terus memancing emosi Franklin.
Terlihat, sebelah tangan pria itu terkepal. Frank, memang tak kuasa mendengar hinaan dari orang yang ia anggap rendah dari dirinya. Terutama, Vynnitta. Dimana gadis itu adalah perempuan yang ia anggap bodoh karena telah di DO dari kampusnya. Satu lagi, perempuan itu adalah pembantunya sendiri.
"Mati lah! Maka Raisa, istri yang kau banggakan itu akan menertawakan mu bersama dengan pacar barunya!"
"Jadilah orang bodoh dan lemah! Ayo ... melompat saja sana!" teriaknya lagi, meski jantungnya berdegup dengan kencang. Takut, jika Franklin benar-benar akan melompat.
"Gadis sialan! Pembantu bodoh!" umpat Franklin pelan. Pria itu mengeratkan giginya.
"Alexander memang lebih hebat darimu, karena dia tidak akan melakukan hal bodoh demi Raisa!" Vyn, terus menyerang sisi arogan dari Franklin.
Kaki itu mundur selangkah, dua langkah. Seketika raga atletis dengan tinggi 185cm itu, berbalik, lalu melompat.
Hap!
Bugh!
"Akh!" pekik Vyn, merasakan tulang punggungnya nyeri karena terbentur dinding.
"Apa yang kau katakan barusan? hah!" hardik Franklin, yang tengah mencengkeram dagu Vyn.
"Apa anda sudah tuli, Tuan yang terhormat?" ledek Vyn, dengan tawa, meski pria di hadapannya ini terus mengikis jarak dengan tubuhnya.
" Beraninya kau!" Franklin semakin mengeratkan cengkeramannya.
"Jangan melunjak, hanya karena aku pernah menciummu! Bagiku, itu adalah kesalahan terburuk dalam hidupku." Franklin berkata dengan datar dan dingin, anehnya meski pun marah ia tidak merasakan sesak di dadanya.
Hati gadis itu sangatlah, sakit. Tapi, ia tak peduli. Baginya kini, yang terpenting, Tuannya tak jadi melompat dari gedung. Maka, ia masih punya muka untuk menghadap Oma Elli. Nenek dari majikannya itu. Vyn, juga tidak bisa melihat Franklin mati di hadapannya.
Tap ... Tap ... Tap!
Beberapa pria berseragam menghampiri mereka.
"Tuan, anda baik-baik saja?" tanya salah satu dari pria berpakaian serba hitam itu. Untung saja, mereka datang terlambat. Karena, jika tidak pasti akan membuat keadaan semakin genting.
"Kau, tunggu aku di dalam kamar! Karena urusanku denganmu belum beres!" titah Franklin pada Vyn dengan gaya ketus seperti biasa.
"Kalian bertiga, ikut aku!" titahnya pada anak buahnya itu. Lalu, pria dengan wajah kaku serta hati sedingin es itu melangkah cepat, seolah barusan tidak terjadi apapun.
‘Pria itu, bisa-bisanya ia berlagak sekarang. Tadi, siapa yang ingin sekali mati. Ya Tuhan, kenapa aku harus jatuh cinta pada manusia gletser itu.’ Batin Vyn, merutuki kebodohannya.
Vyn, akhirnya ikut dengan pengawal Franklin. Hingga kini mereka telah sampai di mansion milik keluarga Marquise Boudouin.
"Vyn!" pekik Elli, wanita yang
berusia 60 tahun, tapi masih nampak sangatlah bugar.
"Nyo–nya," lirih Vyn, mau tak mau menerima pelukan dari pemilik kekayaan nomer sepuluh di negeri ini.
" Kau darimana Vyn? Kenapa begitu lama hanya untuk berbelanja?" tanya wanita paruh baya dengan pakaian rapi dan tongkat di tangan kanannya.
"Maaf Nyonya, tadi ada sedikit kendala di jalan," jawab Vyn sengaja menutupi yang sebenarnya.
"Berapa kali, sudah kubilang . Call me, Oma. Seperti yang lainnya," pinta Elli, sedikit merajuk.
"Ah, ya. Baiklah, Oma," ucap Vyn dengan seulas senyum manis. Membuat oma Elli, kembali memeluknya.
Bersambung>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sehat
2023-04-12
1
Yuliani Latif
awal yg menarik...
2022-09-23
1
༄༅⃟𝐐𝗧𝗶𝘁𝗶𝗻 Arianto🇵🇸
absen
2022-08-29
1