🌹🌹🌹🌹🌹
Orang kiriman dari sahabat Franklin yang bernama Joy dan Milna telah berhasil membekuk para tikus berdasi yang menggerogoti perusahaan selama ini. Kini tinggal eksekusi,karena para tersangka telah di kumpulkan di suatu tempat.
Berdasarkan saran dari Joy, agar tidak perlu melaporkan mereka ke pihak berwajib. Karena hanya akan memakan waktu dan biaya saja, yang kemudian ujungnya mereka akan di bebaskan berdasarkan jaminan.
Sat. Set. Sat. Set.
Interogasi kemudian habisi. Tak ada hak asasi bagi pencuri kelas kakap macam mereka. Franklin pun mengiyakan, apalagi para tikus itu masih bungkam. Akhirnya anak buah Joy mengirimkan vidio serta data mengenai keluarga dari para tukang catut dana tersebut.
"Yakin masih mau diam? Sementara nyawa keluarga mu ada di tanganku. Lihatlah, putri kecilmu yang kau belikan boneka dari uang haram itu. Sebentar lagi teddy bear raksasa itu akan meledak bersama dengan isi kepala anak perempuanmu." Joy mencengkeram rahang pemimpin tikus pengerat. Keringat dingin campur air mata ketakutan telah bercucuran dari wajah sang pelaku.
Ia bimbang, di satu sisi ancaman sama juga di berikan oleh sang dalang. Jika ia membuka mulut dan menyebut nama dari biang keladinya maka nyawa keluarganya pun akan melayang.
"Aku ... tidak bisa mengatakannya," ucapnya tercekat.
"Salahmu! Seharusnya sejak awal berpikirlah secara matang. Karena bukan tidak mungkin jika suatu saat aksi kalian akan ketahuan. Sekarang kau berada di antara dua jurang. Tanpa kau buka mulut pun aku dapat mengetahui orang pengecut yang telah mengirim tikus-tikus gendut macam kalian." Joy menekan ujung hak sepatunya ke atas paha sang pelaku.
"Aarrggh! Jamin keselamatan anak dan istriku. Aku pasti akan mengatakannya." Ketua dari para tikus berdasi itu melalukan penawaran sambil kesakitan.
"Itu bukan urusanku!" Joy lantas meninggalkan ruangan itu untuk keluar.
"Bakar tempat ini hingga tak bersisa!" Seru Joy pada anak buahnya. Karena Franklin telah mengantongi nama tersangka yang ia curigai. Siapa lagi kalau bukan sahabatnya sendiri yang pernah ia pekerjakan di perusahaannya kala itu. Hanya Alex yang sedikit tau mengenai keuangan serta data-data perusahaan.
"Tuan tolong selamatkan keluarga saya!" teriak para tikus-tikus itu bersamaan dengan pintu yang di tutup rapat.
"Panggil pasukan mundur, dari keluarga para pelaku. Mereka sudah bukan urusan kita lagi!" titah Joy pada Milna, partnernya. Segera wanita tomboi berambut pendek itu menghubungi rekan-rekannya.
"Kita akan mencari bukti nanti. Ketika Alexander Bouhlam mengadakan pesta di Mansionnya." Joy berkata pada Milna sambil berlalu masuk ke dalam mobil.
____
Franklin mendengar kejadian yang menimpa orang kiriman Arjuna sahabatnya. Semakin geram dan marah pada Alex. Padahal mereka bertiga dulu begitu kompak. Karena rasa iri dan dengki, membuat mata dan hati Alex tertutup akan keserakahan.
"Arjuna, maafkan aku. Anak buahmu bernasib malang karena kelakuan nista dan kejam dari Alex." Franklin berbicara melalui sambungan telepon seluler dengan sahabatnya yang berada di negara berbeda dengannya.
"𝘚𝘶𝘥𝘢𝘩𝘭𝘢𝘩. 𝘚𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩𝘮𝘶. 𝘒𝘦𝘫𝘢𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘭𝘪𝘬𝘪 𝘩𝘪𝘬𝘮𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳 𝘣𝘢𝘨𝘪 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘶𝘢.
" Apa maksudmu Juna?"
"𝘚𝘶𝘥𝘢𝘩𝘭𝘢𝘩, 𝘬𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘶 𝘧𝘢𝘩𝘢𝘮. 𝘚𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘶𝘳𝘶𝘴𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘣𝘢𝘪𝘬. 𝘛𝘦𝘵𝘢𝘱𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱, 𝘬𝘢𝘸𝘢𝘯."
"Oke. Oke, brother! Thanks!" Franklin pun menutup sambungan telepon itu. Dengan berat hati ia melangkah memasuki kamarnya dengan Raisa.
𝘚𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘨𝘦𝘮𝘦𝘳𝘪𝘤𝘪𝘬 𝘢𝘪𝘳. 𝘗𝘢𝘴𝘵𝘪 𝘙𝘢𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘢𝘯𝘥𝘪. 𝘈𝘬𝘶 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘯𝘺𝘢𝘮𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪. 𝘈𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘢𝘯𝘺𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘯𝘨𝘴𝘶𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢. 𝘗𝘦𝘳𝘪𝘩𝘢𝘭 𝘱𝘦𝘯𝘺𝘦𝘬𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘩𝘢𝘥𝘢𝘱 𝘝𝘺𝘯𝘯𝘪𝘵𝘵𝘢. Batin Franklin dengan rasa kesal yang perlahan menjadi sebuah kebencian pada Raisa.
KLEK.
Pintu kamar mandi terbuka, Raisa keluar dengan Bathrobe pendek sebatas paha atasnya saja. Wanita itu tersenyum miring seraya tetap mengelap rambutnya sambil berjalan ke depan tempat tidur.
Raisa duduk, dengan sengaja menyilangkan kakinya sehingga tereksposlah paha berikut sekelumit isi pada bagian pribadinya.
"Kau ingin bertanya padaku kan? Tanyakan saja." Tanpa di duga oleh Franklin Raisa justru menantang dirinya. Wanita itu bahkan tau maksud kedatangan Franklin.
𝘙𝘢𝘪, 𝘦𝘯𝘵𝘢𝘩 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩 𝘴𝘦𝘬𝘴𝘪𝘮𝘶 𝘬𝘪𝘯𝘪 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘩𝘢𝘭 𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘬𝘶. 𝘛𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘳𝘦𝘴𝘱𝘰𝘯 𝘢𝘱𝘢𝘱𝘶𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩 𝘣𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘬𝘶. 𝘈𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘣𝘢𝘩𝘸𝘢 𝘴𝘦𝘨𝘢𝘭𝘢 𝘳𝘢𝘴𝘢𝘬𝘶 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬𝘮𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘩𝘢𝘣𝘪𝘴? 𝘛𝘦𝘳𝘬𝘪𝘬𝘪𝘴 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘬𝘦𝘬𝘦𝘤𝘦𝘸𝘢𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘫𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘭 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘢𝘬𝘶𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘢𝘬𝘪𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘮𝘶 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬𝘬𝘶.
𝘍𝘳𝘢𝘯𝘬, 𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢. 𝘚𝘦𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘵𝘶𝘮𝘶 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭 𝘴𝘦𝘰𝘯𝘨𝘨𝘰𝘬 𝘮𝘢𝘺𝘢𝘵 𝘵𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘸𝘢. 𝘈𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘵𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘪𝘬𝘴𝘢 𝘣𝘢𝘵𝘪𝘯𝘮𝘶 𝘩𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢𝘬𝘶.
Keduanya hanya saling membeku dalam tatapan penuh arti. Raisa dengan tatapan penuh dendamnya sedangkan Franklin dengan tatapan luka dan kecewanya.
"Kenapa kau begitu menginginkan penderitaan terhadapku?" tanya Franklin yang akhirnya membuka suara setelah beberapa menit keduanya saling membisu.
Raisa bangun dari duduknya, ia mengibas rambut setengah basahnya kebelakang lalu berjalan perlahan menghampiri Franklin.
"Karena kau seharusnya sudah mati sejak sepekan yang lalu. Lalu aku akan menjadi janda kaya yang muda dan cantik. Aku akan puas menikmati warisan peninggalan dari suami bodohnya ini." Raisa menempelkan jarinya lalu menelusuri rahang dengan bulu halus yang membingkai wajah tampan Franklin.
"Selama ini, kau hanya hanya mengincar hartaku?" tanya Franklin meskipun ia telah tau jawabannya.
"Hemm, bukan hanya itu sayang. Aku juga ingin melihat kehancuran wanita tua itu. Ketika kau mati tapi belum ada keturunan yang akan meneruskan silsilah keluarga Boudouin." Raisa tertawa kencang hingga ia mendongakkan kepalanya. Sementara salah satu tangannya di letakkan di bahu Franklin.
"Kenapa kau memiliki dendam pada keluargaku? Bukankah kakek kita saling bersahabat sejak dulu? Bahkan, mendiang ayahmu dan juga ayahku yang telah mengikat kita sedari kecil." Franklin semakin penasaran untuk mengorek informasi yang membingungkan nya selama ini.
"Baiklah, sayang. Mungkin ada baiknya juga kau tau kenapa aku sangat menginginkan nyawa, harta dan juga kebahagiaanmu. Sebelum kau pergi untuk selamanya, aku akan memberitahukan padamu." Raisa berjinjit untuk dapat berbisik di telinga Franklin. Ia bahkan menggigit kecil telinga dari pria yang berlabel suaminya tersebut.
"Katakan!" Franklin mendorong tubuh Raisa hingga jarak mereka sedikit menjauh. Ia merasa tak nyaman atas segala perlakuan Raisa terhadap tubuhnya. Karena wanita di hadapannya yang mana dulu adalah sosok yang sangat ia cintai sejak kecil. Kini telah berubah menjadi iblis wanita yang kejam dan tamak.
" Keluarga Bou, sejak dulu hanya berpura-pura baik pada keluarga Matthew. Mereka menginginkan hati ibuku agar dapat didonorkan untuk ibumu!" Raisa menekan telunjuknya ke dada Franklin dengan tatapan dari kedua matanya yang berkilat.
"Mana mungkin Rai, bahkan Ibumu tiada setelah kematian mamiku." Franklin tak habis pikir, cerita apa yang dikarang oleh Raisa ini.
"Karena itu, kakek Bou yang tidak terima justru meracuni ibuku! Hingga ia mati karena hatinya hancur lalu keluar dari mulutnya!" teriak Raisa dengan kencang dan penuh emosi.
Bersambung>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Mimik Pribadi
Oohh ternyata dilatar belakangi dendam klrga,cm kasian aja tulus dan manisnya cinta Frenklin dibalas empedu sm Raisa dan itu sungguh membuat skt hati dan kecewa yng teramat dalam.
2023-06-30
1
fifid dwi ariani
trus bahagia
2023-04-12
1
Itarohmawati Rohmawati
lanjut
2022-08-07
1