🌹🌹🌹🌹🌹
Raisa yang mendulang resah karena Franklin yang mengabaikannya. Juga, sikap Vyn yang kurang ajar baginya. Amarah telah menggunung di dalam dadanya. Harusnya, dirinyalah yang membuat Vyn dan Franklin sengsara, bukan malah sebaliknya.
Terserang gatal semalaman, hingga timbul bercak kemerahan di sekujur tubuhnya. Membuat Raisa menyimpan dendam terhadap Vynnitta.
" Berkali-kali, ingin mengerjai gadis itu. Tapi, semua justru berbalik padaku! Membuat kesal saja! Lihat saja, pembantu sialan! Aku akan membuat mu jera, dan berpikir ulang sedang berhadapan dengan siapa." Raisa menyeringai sadis. Terbaca, jika yang ada di pikirannya saat ini adalah rencana super jahat.
Begitulah sifat Raisa yang sebenarnya. Wajahnya yang begitu cantik, sungguh bertolak belakang dengan hatinya yang kejam dan karena di selimuti oleh dendam.
"Franklin, akhirnya Oma bisa sarapan bersamamu," ucap Elli sumringah, wajahnya terlihat begitu senang. Karena pagi ini, ia melihat cucu kesayangannya itu ada di meja makan.
"Maafkan Frank, Oma. Karena, perusahaan sedang mendapat masalah. Tapi, Oma jangan khawatir. Karena, Frank akan menyelesaikan ini secepatnya. Dua pekan dari sekarang, Frank pasti bisa menemukan tikus-tikus yang telah berani menggerogoti perusahaan." Franklin, akhirnya menjelaskan apa yang terjadi dengan perusahaan kepada Elli. Agar, sang oma mengerti kenapa dalam beberapa hari ini, ia selalu pulang larut malam. Bahkan, Franklin berharap agar penyakitnya tidak kambuh dalam waktu dekat ini.
𝘉𝘪𝘢𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘱𝘦𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵𝘢𝘯. 𝘛𝘢𝘱𝘪, 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘬 𝘬𝘦𝘫𝘢𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘥𝘪 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘥𝘢𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘱𝘢𝘨𝘪 𝘪𝘵𝘶. 𝘈𝘬𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘳𝘢𝘤𝘶𝘯 𝘥𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩𝘬𝘶 𝘭𝘢𝘨𝘪. 𝘔𝘦𝘴𝘬𝘪, 𝘴𝘦𝘫𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘥𝘪𝘬𝘪𝘵 𝘭𝘦𝘮𝘢𝘴.
Franklin, memasukkan makanan itu dengan cepat ke mulutnya. Karena, ia melihat Raisa yang tengah menghampiri meja makan.
"Frank, kenapa terburu-buru sekali?" tanya Raisa yang hanya di lirik sekilas oleh Franklin. Bagaimanapun, Franklin tidak bisa bersikap terang-terangan di depan oma Elli.
"Aku ada beberapa rapat di kantor hari ini, maaf tidak bisa menemanimu." Lalu Franklin, terlihat mengusap rambut panjang Raisa yang bergelombang. Kemudian, ia segera pergi setelah sempat mengecup kening oma Elli.
𝘚𝘪𝘢𝘭! 𝘉𝘢𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘢𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘶𝘮 𝘬𝘶 𝘭𝘢𝘨𝘪. 𝘈𝘱𝘢 𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘩𝘪𝘭𝘢𝘯𝘨? 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘶𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯? 𝘗𝘳𝘪𝘢 𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩 𝘪𝘵𝘶, 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘱𝘢𝘥𝘢𝘬𝘶. 𝘓𝘢𝘨𝘪𝘱𝘶𝘭𝘢, 𝘴𝘦𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴𝘯𝘺𝘢 𝘳𝘢𝘤𝘶𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘪𝘬𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘢𝘩𝘢𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘣𝘪𝘴𝘪𝘯𝘺𝘢. 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢? 𝘋𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵. 𝘉𝘪𝘴𝘢-𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘳𝘦𝘯𝘤𝘢𝘯𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘫𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘶𝘭𝘵𝘢𝘯 𝘨𝘢𝘨𝘢𝘭 𝘵𝘰𝘵𝘢𝘭.
Raisa mendendus kasar, ketika dirinya telah sendirian di meja makan. Elli, pamit meninggalkannya karena ada panggilan alam.
Setelah makan, Raisa kembali ke kamarnya.
"Oh, Alex, my darling. Aku ingin kau mengeksekusi rencana kita. Sebentar lagi sasaran akan keluar rumah. Dia akan menemani nenek tua itu ke salon."
𝘉𝘢𝘪𝘬𝘭𝘢𝘩, 𝘮𝘺 𝘴𝘸𝘦𝘦𝘵𝘺. 𝘖𝘳𝘢𝘯𝘨-𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨𝘬𝘶 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘵𝘢𝘯𝘥 𝘣𝘺 𝘥𝘪 𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵.
"Setelah ini, kita akan bertemu. Aku rindu sentuhan mu pada tubuhku, Lex."
𝘙𝘪𝘯𝘥𝘶𝘬𝘶 ... 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳, 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘳𝘪𝘯𝘥𝘶𝘮𝘶 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢𝘬𝘶, 𝘮𝘺 𝘴𝘸𝘦𝘦𝘵𝘺. 𝘈𝘬𝘶 𝘱𝘢𝘴𝘵𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘯𝘤𝘢𝘳.
"Thank you, Lex." Raisa pun memutuskan panggilan dari selulernya.
"Rasakan kau, Vyn. Sebentar lagi, kau tidak akan bisa berlagak padaku." Raisa menyeringai buas. Membuat wajahnya begitu seram bagaikan iblis.
Tak lama kemudian, oma Elli dan Vynnitta keluar dari mansion. Oma Elli, memang selalu bepergian tanpa pengawalan. Ia hanya akan membawa Vynnitta bersamanya. Entah kenapa, Elli merasa tenang jika pergi dengan gadis bar-bar itu.
"Vyn, nanti kamu ikut nyalon juga ya. Biar kamu gak bosan nungguin Oma," ajak Elli.
"Enggak ah, Oma. Vyn, cukup perawatan sendiri aja," tolaknya.
"Kamu, selalu saja menolak. Tubuhmu juga harus di rawat dengan baik. Karena itu aset masa depanmu," saran Elli.
"Iya, Oma. Vyn rawat kok. Nih, kulit aku juga halus meskipun enggak perawatan ke salon," dalih Vyn.
" Iya, Oma tau. Kamu 'kan emang dasarnya udah cantik. Kamu juga, berasal dari kalangan atas. Hanya, saja kamu tuh gak mau dandan bener gitu, biar cantiknya keliatan," ujar Elli.
"Biar aja, Oma. Justru dengan begini, Vyn jadi merasa aman dari pandangan nakal laki-laki tak bermoral," jelas Vyn, membuat Oma Elli mengangguk dan tak lagi memprotes penampilannya.
Vynnitta, yang selalu bergaya casual atau lebih condong mirip dengan gaya laki-laki. Ia merasa aman dengan berdandan seperti ini. Menutupi rambut panjangnya dengan topi. Menyembunyikan mata indah dan wajah cantiknya dengan kacamata dan masker. Menyamarkan bentuk tubuhnya dengan pakaian yang kebesaran serta berlapis. Ia tak ingin mengundang hasrat pria di luaran dengan berpakaian yang membentuk badan.
"Aku akan mampir ke toko buku sebentar, Oma gapapa kan aku tinggal?" tanya Vyn, ia ingin membeli novel cetak penulis novel online kesukaannya.
"Pergilah, Oma akan aman di sini. Kau lah yang harus berhati-hati. Minta lah pada pak Tun, untuk menemanimu," saran Elli khawatir.
"Tokonya deket gitu, Oma. Gapapa kok, Vyn bakal baik-baik aja, dan segera kesini nungguin Oma. Ok!" ucapnya, membuat Elly tak bisa menahannya lagi.
𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘰𝘮𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘵 𝘮𝘦𝘭𝘦𝘱𝘢𝘴𝘮𝘶 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪, 𝘝𝘺𝘯.
"Pak Tun! Tolong ikuti kemana Vynnitta pergi!"
𝘉𝘢𝘪𝘬 𝘕𝘺𝘰𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘦𝘴𝘢𝘳.
Elli, pun kembali memasukkan ponsel ke dalam tas branded nya.
"Kenapa toko yang di sana mendadak tutup sih!" decak Vyn, kesal. Karena, mau tak mau ia harus berjalan agak jauh lagi. Untuk mencapai toko buku berikutnya.
"Haih, tau gini. Minta antar sama pak Tun aja tadi." Vyn, gemas sendiri karena toko yang kedua pun sepertinya pindah toko, sehingga dirinya harus menyebrangi pertigaan jalan.
"Lokasi sepi, Bos. Kita akan bergerak sekarang."
𝘉𝘢𝘸𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘬𝘦𝘵𝘦𝘮𝘱𝘢𝘵 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘬𝘶 𝘴𝘪𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯.
"Baik, Bos!"
Seorang wanita berambut panjang nan ikal tengah tersenyum sinis. Kemudian ia bersiap, pergi menghampiri kantor suaminya dengan membawa makan siang.
𝘈𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘮𝘱𝘦𝘳𝘤𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘱𝘳𝘰𝘴𝘦𝘴 𝘱𝘦𝘯𝘺𝘦𝘣𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘳𝘢𝘤𝘶𝘯 𝘪𝘵𝘶. 𝘛𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘢𝘮𝘪 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘯𝘨𝘬𝘶.
_____
" Siapa kalian! Jangan menghalangi jalanku! Minggirlah!" usir Vyn pada beberapa pria yang mengenakan jaket serta masker hitam di wajah mereka.
"Tangkap dia!" titah pria bertato itu kepada temannya dua orang temannya. Sementara, dirinya telah menyiapkan tisu yang di beri obat bius.
"Jangan, ada yang mendekat! Pergi kalian! Akkhh ...!" Vyn berteriak panik, ketika para preman itu mendekatinya bersamaan.
Bruukk!
Duagh!
Dua orang preman tersungkur seraya memegangi dada mereka.
"Gadis kecil, sialan! Aku tidak akan segan lagi padamu!" Preman itu pun maju dengan wajah lebih beringas dari semula. Karena ia kesal, telah mengira bahwa yang ditangkapnya adalah seekor anak kelinci.
"Menangkap Ku? Jangan mimpi kalian!" Vyn pun tidak tinggal diam, ia terus memberikan perlawanan pada preman yang hendak menangkapnya. Meski tangan dan kakinya terasa kebas karena memukul dan menendang para preman yang berbadan besar dan keras.
"Akkhh! Kau mematahkan tanganku gadis sialan!" Seorang preman berteriak kencang, karena salah satu tangannya telah di pelintir menggunakan jurus gunting dari kedua kaki Vyn.
"Rasakan! Beraninya kau menyentuh dadaku dengan tangan kotormu ini!"
Krekk!
"Akkhh!!"
"Jangan diam saja, bantu dia!"teriak Bos para preman itu. Hingga, kedua pria pun kembali maju menyerang Vyn.
Bugh!
Satu pria terjatuh, karena di pukul dengan alat pemukul bisbol oleh pak Tun.
Duagh!
Vyn, juga telah menendang preman satunya lagi hingga terjengkang.
" Terima kasih, Pak Tun." Vyn, lega karena ada yang membantunya.
"Sama-sama, Nona."
𝘚𝘦𝘮𝘰𝘨𝘢 𝘣𝘢𝘯𝘵𝘶𝘢𝘯 𝘤𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨 ...
Sementara itu ....
𝘈𝘱𝘢 𝘪𝘯𝘪? 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘗𝘢𝘬 𝘛𝘶𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘶𝘣𝘶𝘯𝘨𝘪𝘬𝘶. 𝘚𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘴𝘢𝘯? 𝘈𝘱𝘢! 𝘝𝘺𝘯, 𝘥𝘪𝘪𝘬𝘶𝘵𝘪 𝘱𝘳𝘦𝘮𝘢𝘯!
"Gill! Siapkan mobil cepat!" Franklin, segera meninggalkan rapat yang hampir selesai itu, membuat asistennya kalang kabut.
"Jhonny, kau handel ini semua." Kata Gill pada Sekretaris Franklin.
Bersambung>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sabar
2023-04-12
1
Itarohmawati Rohmawati
hebat kau vyn
2022-08-07
2
💮Aroe🌸
nah nah, belum sampe di culik😆
2022-08-05
2